Azura Eliyena, seorang anak tiri terbuang. Ibu dan Ayahnya bercerai saat usia Azura masih tiga tahun. Bukan karena ekonomi, melainkan karena Ibunya tak sudi lagi bersama Ayahnya yang lumpuh. Ibunya tega meninggalkan mereka demi pria lain, hidup mewah di keluarga suami barunya. Menginjak remaja, Azura nekat kabur dari rumah untuk menemui Ibunya. Berharap Ibunya telah berubah, namun dirinya justru tak dianggap anak lagi. Azura dibuang oleh keluarga Ayah tirinya, kehadirannya tak diterima dan tak dihargai. Marah dan kecewa pada Ibunya, Azura kembali ke rumah Ayahnya. Akan tetapi, semua sudah terlambat, ia tak melihat Ayah dan saudaranya lagi. Azura sadar kini hidupnya telah jatuh ke dalam kehancuran. Setelah ia beranjak dewasa, Azura menjadi wanita cantik, baik, kuat, tangguh, dan mandiri. Hidup sendirian tak membuatnya putus asa. Ia memulai dari awal lagi tuk membalas dendam pada keluarga baru Ibunya, hingga takdir mempertemukannya dengan sepasang anak kembar yang kehilangan Ibunya. Tak disangka, anak kembar itu malah melamarnya menjadi Istri kedua Ayah mereka yang Duda, yang merupakan menantu Ayah tirinya.
“Bibi Mackel… mau nda jadi Mama baluna Jilo? Papa Jilo olangna tajil melintil lhoo… Beli helikoptel aja nda pake utang…” ~ Azelio Sayersz Raymond.
“Nama saya Azura, bukan Bibi Masker. Tapi Ayah kalian orangnya seperti apa?” ~ Azura Eliyena.
“Papa ganteng, pintel masak, pintel pukul olang jahat.” ~ Azelia Sayersz Raymond.
“Nama kalian siapa?”
“Ajila Ajilo Sales Lemon, Bibi Mackel.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33. ANAK TIRI TERBUANG MENJADI ISTRI TANGGUH DUDA KILLER | RENCANA SI KEMBAR
Gemuruh di luar semakin kuat, bagai genderang raksasa yang ditabuh di langit. Rintik hujan mulai jatuh membasahi jendela rumah Joeson. Di dalam, suasana terasa hangat. Si kembar baru saja selesai belajar dan kini memulai misi rahasia mereka.
"Jila ke kamal Mama Jula," bisik Azelio pada Azelia.
"Kakak Jilo ke Papa ya!" balas Azelia dengan ceria.
Keduanya mengangguk penuh tekad, lalu melesat ke arah yang berbeda. Azelio menuju ke kamar Ayahnya, sementara langkah kecil Azelia membawa gadis mungil itu menuju kamar Azura.
Di dalam kamarnya, Azura duduk di atas kasur. Kilau layar laptop barunya menerangi wajahnya. Tiba-tiba, sebuah notifikasi pesan muncul. Pesan itu dari Hansel.
"Mbak, rekaman sudah saya kirim langsung ke email Tuan Matthias. Saya samarkan nama pengirimnya, jadi aman," begitu isi pesannya.
Azura tersenyum lega. Bahunya yang tegang langsung mengendur. Ia berharap, rekaman itu bisa membalas rasa sakit yang selama ini mereka berikan. Setidaknya, keadilan untuk Aina bisa dimulai dari sana dan Matthias yang sudah menghancurkan keluarga Azura juga harus merasakan yang Andersson rasakan. Azura menghela napas ringan, lalu kembali fokus pada layar laptopnya. Wanita itu sedang mengisi formulir pendaftaran untuk kembali kuliah.
Perhatiannya terusik saat pintu kamarnya terbuka perlahan. Azelia menyelinap masuk, lalu naik ke kasur dan duduk di sebelahnya.
"Mama Jula lagi kelja apa?" tanya Azelia, matanya yang besar dan bulat menatap penasaran ke arah layar laptop.
Azura menutup laptopnya, lalu tersenyum hangat. "Mama lagi urus berkas buat sekolah lagi."
Mata Azelia langsung membulat kaget. "Ohhh... Mama Jula masih sekolah yah? Nanti nda temenin Jila lagi ke sekolah?" tanyanya, nada bicaranya langsung terdengar khawatir.
Azura terkekeh pelan melihat ekspresi murung Azelia. Ia mengusap-usap rambut gadis mungil itu dengan lembut. "Tidak, kok. Mama akan temani Jila terus, sampai Jila besar dan bisa sekolah sendili."
"Betul? Mama janji?"
"Janji dong," kata Azura sambil mengacungkan jari kelingkingnya. "Mama kuliahnya tahun depan, jadi sekarang Mama akan fokus ke kalian dulu.”
Azelia tersenyum lebar. "Mama Jula baik sekali. Jila tambah sayang Mama,” serunya riang.
Setelah hening sejenak, Azelia menyandarkan kepalanya di bahu Azura. "Mama Jula..." panggilnya, kali ini dengan nada yang lebih lembut.
"Ya, kenapa, sayang?"
"Boleh nda Jila tidul sama Mama malam ini?" tanya Azelia, suaranya kecil dan polos, diiringi suara gemuruh badai yang terdengar di luar.
"Tentu saja," jawab Azura sambil tersenyum hangat.
"Ayo, kita bobo bareng,” lanjutnya turun dari ranjang.
Wajah Azelia pun berseri-seri. Ia melompat dari kasur, lalu menarik tangan Azura dengan penuh semangat menuju kamarnya. "Mama Jula, ayo! Kita bobo, hihi.."
Di kamar lain, Joeson tampak serius di depan layar laptopnya. Jari-jarinya menari di atas keyboard. Hujan di luar semakin deras, dan sesekali kilatan petir menerangi ruangan.
"Papa Jila lagi apain?"
Suara kecil Azelio menginterupsi kesibukannya. Joeson pun menoleh kemudian melihat putranya yang berdiri di sampingnya. "Papa sedang bekerja,” jawabnya tanpa nada.
"Papa masih kelja? Kan udah malam," tanya Azelio dengan nada heran.
"Papa harus memastikan bisnis Papa lancar," jawab Joeson, kembali menatap laptopnya.
"Jilo mau tidul di sini baleng Papa. Jilo takut," rengek Azelio, mencoba naik ke kursi.
"Tidak bisa, Azelio. Kamu harus tidur di kamarmu," tolak Joeson. "Sudah malam, nak."
Azelio terdiam. Ia tidak beranjak, wajahnya cemberut.
"Kenapa, Jilo?" tanya Joeson, bingung dengan sikap manja putranya.
"Jilo takut bobo kalo lagi hujan," jawab Azelio, suaranya mengecil. "Jilo takut petil. Takut mati lampu."
Joeson menghela napas. "Seorang laki-laki tidak boleh takut, Jilo. Hal-hal itu bukan untuk ditakuti. Kamu harus berani."
Mata Azelio pun langsung berkaca-kaca. Ia menatap Ayahnya dengan kekecewaan. "Papa nda sayang sama Jilo. Papa sayang cuma sama uang," ucapnya lirih dan kalimat itu berhasil menusuk hati Joeson. Ia mematikan laptopnya dan memandang putranya dengan tatapan bersalah.
"Maaf, Nak," gumam Joeson. Hatinya luluh melihat mata Azelio yang penuh kesedihan. "Baiklah. Sini, Papa temani tidur."
Wajah Azelio langsung cerah. Ia berseru girang.
Azelio langsung menarik tangan Joeson, mengajaknya keluar kamar. Tepat di depan pintu kamar si kembar, Joeson dan Azura bertemu. Mata mereka bertatapan, menciptakan kecanggungan yang tiba-tiba.
“Eh… ini maksudnya apa ya?” tanya Azura bingung dan langsung gelisah. Begitu pula Joeson cemas tidur satu kamar dengan istrinya itu.
“Mama… Papa… ayo tidul baleng, boleh?”
Benar saja, si kembar meminta hal yang bertentangan dengan perjanjian pernikahan mereka. Azura membisu diam, sedangkan Joeson tubuhnya dari bawah sampai atas langsung menegang. Terutama yang di bawah ikutan tegang.
_________
Gak usah tegang begitu, tidurnya bareng istri bukan sama hantu kok ><
Like, komen, subscribe, vote 🌹 ya
pasti lucu tiap ketemu teringat tubuh polos istri nya pasti langsung on
secara dah lama ga ganti oli 😂😂😂
karena klrga joe bukan kaleng3
bapak nymshhidup dn tanggung jawab samaanaj ny, kok malah mauerevut hak asuh.
memang nyari masalah nexh siMatthuas dan Aeishta