Diora, seorang wanita yang hidup mandiri. Kehidupannya cukup senang, tentram, nyaman, dan damai dengan cinta serta kasih sayang yang diberikan oleh kekasih dan sahabatnya.
Namun, ketentraman itu musnah seketika setelah Davis, pria kaya yang arogan masuk ke dalam kehidupan Diora. Hanya karena kebaikan Diora menolong pria itu ketika badai salju membuat Davis begitu menginginkan Diora menjadi miliknya.
Berbagai cara Davis lakukan untuk mendapatkan wanita itu, hingga akhirnya Diora terpaksa harus menikah dengan Davis atas jebakan yang dibuat oleh pria itu.
Kehidupan pernikahan yang mereka jalani tanpa cinta, karena Davis hanya terobsesi dengan Diora. Akankah pernikahan itu membawa kebahagiaan untuk Diora? Atau sebaliknya?
Follow instagram Author yuk : heynukha
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NuKha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Diora memutar otaknya untuk berfikir. Tidak ingin terjadi pertumpahan darah akibat kesalahannya. Lebih tepatnya kesalahan yang sengaja dibuat untuk dirinya.
Masih sengit perdebatan Davis dengan para pengendara yang semakin banyak dan mengerumuni mereka.
“Apakah aku harus melakukan adegan seperti pada novel yang sering aku baca tentang pria arogan persis dirinya,” gumam Diora, mendapatkan ide dari salah satu adegan yang selalu ada pada novel karakter tokoh utama pria arogan. “Tidak ....” Ia menggelengkan kepala. “Tapi hanya adegan si wanita memeluk pria arogan untuk membuatnya tidak marah lagi ... ah astaga ... aku tidak tahu harus berbuat apa, aku tak pernah berurusan dengan pria arogan seperti dirinya,” dialognya dengan diri sendiri.
“Coba saja kau lakukan,” celetuk George yang mendengar perkataan Diora.
“Apa kau gila? Mana mungkin aku memeluknya,” tolak Diora. Ia mengerucutkan bibirnya kesal.
Kau saja pernah memeluknya dengan kulit saling bersentuhan. Ingin rasanya George mengatakan itu, tapi melihat sikap Diora yang sepertinya lupa jika pernah memberikan pertolongan berupa pelukan hangat kepada sahabatnya, ia tak jadi mengatakan langsung dan hanya berucap dalam hatinya.
“Terserah kau, akan ku pastikan setelah ini dia sungguh menembak orang itu,” ujar George menakuti. Menunjuk pria bertubuh gendut dengan dagunya yang sedang dibantu pengendara lain untuk menepis pistol.
“Hishh ....” Diora mengatupkan gigi atas bawahnya.
“Demi dewa neptunus aku terpaksa melakukan adegan dalam novel,” kelakar Diora, menengadahkan kepalanya menatap langit meminta persetujuan semesta. “Semoga berhasil,” harapnya. Namun tak juga melangkahkan kaki, masih ada rasa ragu pada dirinya.
“Kau terlalu lama berfikir!” cela George. “Langsung saja kau peluk dia, berhasil tidaknya kau fikir belakang,” sarannya tanpa menatap Diora, ia asyik melihat perdebatan Davis. “Jika kau tak melakukannya sekarang, dan membuatnya menembak seseorang ... kau yang akan menanggungnya.” Ia menunjuk Diora dengan tatapan dingin.
Diora bergidik ngeri membayangkan jika dirinya yang akan dikambing hitamkan atas kesalahan orang lain. Secara lawannya seorang sultan, pasti dengan uang dia bisa melakukan apa saja.
“Masa bodohlah dengan urat malu, daripada aku harus menanggungnya,” lirih Diora.
Dengan langkah cepat, Diora mendekati Davis. Lalu memeluk dari arah depan. Membenamkan tubuhnya yang setinggi dada Davis pada tubuh kekar itu.
“Sayang ... ku mohon hentikan, aku takut,” ujar Diora lembut, tanpa sadar mengucapkan kata sayang akibat menirukan dialog salah satu karakter tokoh novel yang dia baca dan terngiang di otaknya.
Reflek tangan sebelah kiri Davis memegang punggung Diora untuk membalas pelukannya, sedangkan tangan kanannya masih memegang pistol.
“Jangan takut, ada aku,” cicit Davis. Mengelus punggung tertutup jaket itu. “Lihat! Kalian membuatnya takut,” berangnya menunjuk kerumunan orang yang riuh menyalahkan dirinya dengan tangan kanannya.
*Kau yang membuatku takut dasar pria arogan *... Sial! Apakah ini tidak berhasil. Gerutu Diora dalam hati.
“Kita pergi saja dari sini,” pinta Diora mendongakkan kepalanya menatap wajah tampan Davis yang terlihat garang.
“Aku belum memberi mereka pelajaran karena sudah menantangku,” tolak Davis, menundukkan kepalanya menatap wajah cantik Diora yang menatapnya dengan tatapan memohon. Membuat jantungnya berlari marathon lagi ketika mata tajamnya bertemu pandang dengan mata beriris biru keabuan yang indah. “Baiklah,” ucapnya dingin dan langsung memalingkan wajahnya agar tak menatap Diora lagi.
Diora dapat bernafas lega, akhirnya berhasil. “Terima kasih novel, sudah memberiku ide gila,” gumamnya sangat pelan dan tak akan terdengar oleh Davis. Lalu melepaskan pelukannya.
my love cocoknya panggilan itu buat Doria bukan sebaliknya ya Thor ....he....
Dannes
baru emak bapak nya 😁
tapi kesemuanya bagus2 thor
lgsg like, subscribe,vite dan d tutup ☕