Aku akan kuat dengan caraku sendiri, tanpa menggangu yang lemah dan mengemis kepada yang kuat.
Siapa yang berani melawanku, maka aku tidak segan untuk membunuhnya, siapa yang berani menghalangiku, maka aku tidak segan untuk membunuhnya, siapa yang berani mengusikku, maka aku tidak segan untuk membunuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mhanks, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Fang
“Haha kau membuatku terkejut dengan tatapan seperti itu.” Kata pria tua tersebut yang merupakan Fang, pendiri negara air yang Zeno lihat di air terjun kehidupan. Entah kenapa dia bisa mendatangi mimpi Zeno dan mengganggunya tidur.
Zeno beranjak dari tidurnya, keadaan di alam mimpi kali ini tidak seperti biasanya yang membuat Zeno ternganga. Ruangan putih dengan luas tak terbatas di segala sisi membuat Zeno tidak bisa membedakan arah. Dan yang pasti, dia terbangun di alam mimpi dengan kondisi melayang.
“Hormat kepada pendiri negara.” Hormatnya dengan membungkukkan setengah badan.
“Kau elementalist angin, kenapa kau rela kelelahan hanya karena ingin merasakan energi bahkan menyerap orka alami dari terjun kehidupan?” Tanya Fang dengan begitu santai.
Zeno terdiam beberapa saat, dalam benaknya bagaimana bisa pak tua ini mengetahui niat Zeno yang orang lain tidak tahu. Sepertinya pak tua ini memang benar-benar bukan tandingan Zeno saat ini.
Tetapi memilih diam bukan pilihan yang begitu tepat, pak tua ini akan menjadi pusing saat Zeno memilih berdiam dan tidak menjawab. Lagipula sangat tidak sopan rasanya tidak menjawab pertanyaan dari yang lebih tua, apalagi kepada Fang yang umurnya ribuan jauh di atas Zeno.
“Tidak leluhur Fang, aku hanya ingin melihat rupa anda sahaja.” Kata Zeno.
“Lagipula menyerap energi orka alami dari air terjun kehidupan akan menambah rasa perih bagi saya.” Sambungnya.
“Jujur saja, aku tidak memarahimu karena menyerap sebuah energi yang akan membuatmu sia sia. Tetapi, apa yang membuatmu melakukan hal bodoh tersebut.” Memang, Fang pasti tidak akan marah, tetapi saat mengatakan hal tersebut, wajah santainya berubah menjadi kerutan di dahi sehingga membuat Zeno merasa ngeri. Ditambah dengan wajah menjorok ke depan mendekati Zeno membuat Zeno seakan akan dihukum oleh pak tua ini.
“Lebih baik jujur saja, leluhur mungkin akan bisa membantu memecahkan masalah Zeno.” Batinnya sambil mempersiapkan cerita yang akan disampaikan kepada Fang.
Zeno menghela nafas, memulai cerita dimana saat dia diberikan lima elemen oleh dewi Luna, dimana keempat elemennya tidak akan muncul saat tidak dibangkitkan, serta mengalahkan Yashimaru adalah tujuan dewi Luna memberikan sebuah elemen kepada Zeno.
Mungkin cerita tersebut bagaikan dongeng pengantar tidur bagi orang biasa yang mendengarnya, tetapi berbeda dengan pak tua di hadapan Zeno, Fang juga mengetahui siapa itu dewi Luna dan Yashimaru.
Tetapi yang membuat Fang tidak terlalu percaya adalah, dimana saat Zeno menceritakan dirinya bertemu dengan dewi Luna. Itu merupakan sesuatu yang amat jarang terjadi dimana seorang dewi yang bertemu dengan manusia, apalagi Fang sendiri juga belum pernah bertemu dengan dewi Luna sebelumnya, bahkan saat dirinya sudah meninggal, dan menjadi roh, dia tidak pernah bertemu dengan salah satu dewa sekalipun apalagi dengan dewi Luna yang merupakan dewa tertinggi saat dulu.
“Apa kau yakin kau pernah bertemu dengan dewi Luna? Aku berharap ceritamu tidak terlalu dibuat-buat.” Fang mengerutkan dahinya, menarik-narik janggutnya yang begitu panjang dengan lembut.
“Apa anda tidak percaya? Baiklah kau bisa menanyakan kepada kakek Yoshi apa warna elemen angin ku.” Ucap sinis Zeno.
Masalahnya saat ini Fang tidak muncul kembali dalam air terjun kehidupan, dia mungkin harus menunggu dua belas tahun lagi untuk muncul kembali dan menanyakan hal tersebut kepada Fang Yoshi agar bisa mempercayainya.
Tetapi siapa juga yang mau melakukan hal tersebut, menunggu selama bertahun-tahun hanya karena ingin mengetahui jawaban yang tidak terlalu penting baginya.
“Warna elemen?" Fang sebenarnya mengetahui tentang tujuh elemen legenda yang hanya dimiliki oleh para dewa. Tetapi dia berpura-pura bodoh hanya karena ingin mendengarkan apakah Zeno bisa menjelaskan lebih lanjut tentang elemen legenda tersebut.
"Anda yang tidak tahu, atau anda berpura-pura tidak tahu." Katanya dengan begitu sinis.
"Baiklah, aku pernah tidak sengaja menggunakan elemen legenda tersebut sebanyak dua kali. Dan warna elemen angin legenda adalah berwarna ungu." Sambungnya.
Fang diam sejenak, memperhatikan raut wajah Zeno yang begitu meyakinkan dan tidak ada kebohongan bahwa dia memiliki elemen legenda.
"Anak ini mungkin ada benarnya dan tidak berbohong. Aku juga merasakan bahwa anak ini akan berdampak besar bagi masa depan." Batin Fang yang juga mengingat dengan perkataan Ilohu, bahwa dia bertemu dengan seorang anak yang sepertinya memiliki bakat elemental yang begitu baik.
Zeno menatap Fang yang sedang berpikir begitu lama, membuat pikiran Zeno begitu stress karena terlalu lama berada di ruangan ini. Tempat putih dengan luas tak terbatas di segala sisi seakan ingin bangun dari mimpi buruk ini.
Lebih tepatnya bukan mimpi buruk, andaikata mimpi ini berada di tempat yang nyaman dan memiliki dimensi ruang pasti suasana hati Zeno pasti akan begitu damai.
“Aku percaya dengan ucapanmu, berjuanglah sampai takdir semesta berada di tanganmu.”
“Tetapi sebelum itu, lawanlah aku!” Sembari menyatukan kedua tangannya, kemudian menarik udara kosong seakan ingin mengeluarkan sesuatu.
Embun-embun air berkumpul membentuk pedang yang bahan dasarnya air, tidak ada besi yang menyatu dengan pegangannya, melainkan sebuah air yang berbentuk pedang dengan tajam di pinggir.
Zeno mundur sejenak dan menghela nafas panjang, tidak ada rasa takut yang ada dalam hati Zeno. Tetapi rasa-rasanya kurang puas karena tidak ada katana milik Zeno disini, sehingga mungkin Zeno akan kesulitan menghadapi Fang dengan membawa sebilah pedang.
“Tak masalah, melawan Leluhur yang mungkin kekuatannya jauh di atasku, dengan tidak membawa sebuah katana untuk melatihku agar tidak terlalu mengandalkan pedang tersebut.”
Tiba-tiba keadaan berubah total, mereka berdua berpindah di sebuah padang rumput dengan waktu sore hari, hal yang mengejutkan lagi, Zeno masih berada di dalam mimpi dan belum terbangun di alam nyata.
Zeno tersenyum kecil, dengan berada di tempat yang jauh lebih nyaman di tempat sebelumnya membuat Zeno bersemangat. Apalagi ditambah dengan semilir angin yang membuat rumput bergoyang mengakibatkan Zeno lebih betah berada di sini.
“Bagaimana? kau sudah siap?” Kata Fang dengan memegang erat pedang air nya,
Zeno mengangguk, mengambil ancang-ancang untuk menerima teknik pertama yang akan dikeluarkan oleh Fang. Entah apa teknik milik Fang, yang pasti memiliki tahap dan berada di tahap terakhir, dan juga akan sangat dahsyat teknik tersebut.
“Air:” Terdengar suara Fang yang begitu ditekan, sehingga membuat Zeno sedikit merinding saat Fang mengucapkan kata pertama tersebut.
“Tarian naga tahap sebelas.” Fang melangkah ke arah Zeno dengan memainkan sebuah pedangnya, membentuk sebuah naga air yang sedang menari-nari sambil menyerang Zeno.
Zeno begitu kesulitan, dimana dia menghindari dua serangan sekaligus, yang mana serangan pertama merupakan pedang yang dikendalikan oleh Fang, sedangkan yang kedua naga air yang menari-nari mengikuti pola ujung pedang Fang.
Tetapi Zeno tidak terlalu terkejut dengan teknik itu, apalagi dengan tahap kesebelas yang sudah terlalu hebat bagi Zeno. Dengan teknik hebat seperti ini, mungkin memang wajar dimiliki oleh seorang leluhur ternama.