"Selain sering berbicara kaku seperti Google translate, kamu juga tidak peka, Peony. Mengertilah, Aku menyukaimu sejak awal!!" — Van Jeffdan Admaja.
"Maaf, Saya hanya berusaha bersikap profesional, Tuan.” — Peony Thamyta Sedjatie.
***
Peony adalah tuan putri manja yang segala sesuatunya selalu di siapkan oleh para pelayan.
Makan dari sendok emas. Kehidupan layaknya tuan putri yang keinginannya selalu di turuti sang raja. Itulah Peony Thamyta.
Hidupnya serba mewah, apa yang dia inginkan hanya perlu dia katakan dan beberapa menit setelahnya akan menjadi kenyataan.
Setidaknya, hal itu terus berlanjut sebelum Ayahnya —Darius Sedjatie, tiba-tiba menjodohkan Peony dengan anak teman bisnisnya.
Peony yang merasa belum siap menikah pun menolak! Berharap keinginannya kali ini akan terkabulkan, tapi sayangnya kali ini keberuntungan Peony seolah hilang. Darius tak mau menurutinya lagi, sehingga lelaki paruh baya itu menawarkan sebuah perjanjian gila.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nitapijaan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkenalan dengan Yuka
"Hai, karyawan baru?"
Tanya laki-laki tinggi di sebelahnya, Peony hanya mengangguk kecil sebagai jawaban. Membuat laki-laki tinggi yang sedikit berkulit tan itu terkekeh kecil.
Peony menoleh saat laki-laki tadi tiba-tiba saja tersenyum lebar, “Kenapa? Apakah ada yang salah, tuan?”
Pertanyaan Peony membuat laki-laki tinggi itu kembali tertawa, kini lebih rileks dan sedikit keras. “Gak usah se formal itu sama aku, bukan bos besar juga, hhe.” Sahutnya.
“Eh, maksud anda bagaimana, tuan?”
“Astaga, udah aku bilang gak usah formal, panggil nama aja. Namaku Yuka.” Tutur laki-laki tinggi itu jengah, lantas dia menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan. Mengenalkan diri.
Peony tak membalas, dia malah membungkuk dua puluh derajat, lalu kembali berdiri tegak dan mulai mengenalkan dirinya sendiri.
“Perkenalkan nama saya ...” Gadis itu menjeda ucapannya, dia harus mengenalkan diri sebagai siapa, ya?
“Namamu adalah?”
“Namaku, Peonytha! Iya, Tuan bisa memanggil saya Peony.” Ungkap Peony, hampir saja dirinya kelepasan.
Yuka tersenyum hingga menampakan deretan giginya, “Oke, Peony. Nama yang cantik, seperti bunga Peony. Ngomong-ngomong, panggil aku Yuka aja, gak usah pake embel-embel tuan. Oke?” Kata Yuka tersenyum girang.
“O-oke.”
Peony mengangguk walaupun sedikit tidak rela dan tidak enak juga. Bagaimanapun dia harus menghormati setiap atasannya bukan?
“Oh iya, kamu mau kemana? Sendirian? Hari pertama kenapa gak ada yang menemani?” Tanya Yuka secara beruntun, meskipun Peony adalah tipe orang yang mudah kesal dan marah, tapi dia membalasnya selengkap mungkin.
“Sa-Aku, ingin ke ruangan Presdir, Yuka. Aku bersama Tani tadi, tapi dia sedang mengobrol dengan teman nya, jadilah aku sendirian sekarang.” Jelas Peony, Yuka mengangguk-angguk saja.
“Yaudah bareng aja, aku juga mau ke sana sih.” Tawar Yuka, dengan cengiran lebar.
Kini gantian Peony yang mengangguk, “Boleh.” Gadis itu setuju, membuat Yuka tersenyum girang. Lantas lelaki itu tanpa sungkan menggandeng tangan ringkih milik Peony saat pintu lift terbuka, sebenarnya sudah terbuka sejak tadi. Tapi keduanya sama-sama menunggu giliran.
Aneh sekali, padahal tinggal duluan saja, kalau tidak ya, keluar secara berdampingan kan bisa? Lagian pintu lift terbuka lebar, jadi tidak ada alasan bagi mereka akan terjepit nantinya!
“Peony, berapa usiamu? Kamu kelihatan muda banget,” Tebak Yuka, saat mereka benar-benar sudah keluar dari lift tadi.
“Aku, Dua puluh satu tahun.”
“Wow! Padahal tadi aku kira kamu masih anak SMA, sudah lulus kuliah?” Yuka tampak tak percaya.
“Belum, sebentar lagi, doakan saja.”
Peony terkekeh kecil, bagaimana bisa mereka bisa akrab secepat kilat. Bahkan belum sampai tiga puluh menit? Oh tidak itu terlalu lama, sepertinya sepuluh menit juga tidak ada? Atau tiga hingga lima menit?? Haha.
Tanyakan pada dirinya sendiri yaa.
“Aku dua puluh tiga tahun, ternyata kita gak beda jauh, yah?” Kata Yuka, lebih mengarah ke ejekan, sepertinya.
“Masa, sih? Padahal aku kira kamu lebih dewasa lagi.” Peony memasang wajah geli, seolah mengejek
“Wah, itu terdengar seperti ejekan, ya. Peony manis, kamu pandai meledek juga, ya?” Peony tertawa ringan mendengar ucapan Yuka.
“Oh iya, kamu bilang masih kuliah, kan? di universitas mana?” Yuka mengalihkan pembicaraan.
Wajah Peony seketika berubah menjadi kikuk sendiri, bagaimana cara menjawab persoalan sulit seperti ini? Beri tahu Peony bagaimana caranya. Lantas dengan sedikit gugup, Gadis itu pun menjawab
“A-aku, pa—“