[Sekuel dari Novel "Love Me Please, Hubby"]
Almahyra Tsalsania, seorang mahasiswi berusia 20 tahun yang terjebak cinta dengan pria yang usianya terpaut jauh darinya. Dia mencintai pria itu selama lima tahun, namun sayangnya cintanya tak berbalas. Pria itu terlalu mencintai kakaknya untuk bisa melihat keberadaannya.
Daniel Vieri Nathaniel, pria matang berusia 32 tahun. Dia adalah pewaris kedua dari Grup H, menjabat sebagai wakil direktur utama. Selama lima tahun hidupnya dihabiskan untuk mengejar cinta yang sia-sia. Dia tidak tahu ada cinta tulus yang menunggunya.
Karena jebakan orangtuanya, Daniel harus berakhir menikahi Alma, adik dari wanita yang dicintainya.
Mampukah Daniel menerima cinta Alma?
Mampukah Alma membuat Daniel mencintainya?
Bagaimana kisah cinta mereka? Baca terus kelanjutan kisah mereka dalam novel DANIEL & ALMA.
#StoryOfDaniel&Alma
#CintaDalamDiam
#Diusahakan untuk update tiap hari ^^
~ErKa~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 25 - Menginap di Rumah Kakak
Alma membereskan meja kerjanya.
Setelah rapi, dia mulai mengambil tas. Bersiap-siap untuk meninggalkan tempat
itu. Sebelum pergi, dia kembali menatap pintu. Matanya tampak sedih.
Alma tidak mau berlama-lama
larut dalam kesedihan. Dia sedang marah pada Daniel. Dia harus menghukum pria
itu. Salah satunya dengan melakukan pemberontakan kecil seperti ini. Meskipun
tidak akan ada pengaruh apa-apa terhadap Daniel, karena pria itu tidak memiliki
perasaan terhadapnya.
Alma turun ke lantai bawah,
menuju area parkiran. Di sana terlihat banyak ojol yang tampak menunggu
customernya. Alma celingukan, berusaha untuk mengenali mas ojol bernama Ezra.
Tiba-tiba sebuah motor menghampiri dan berhenti tepat di depannya.
"Masih ingat dengan
Saya?"
"Mas Ezra ya?"
"Iya. Terima kasih atas
orderannya. Meskipun ini orderan offline, untuk tarifnya di samakan dengan
online. Anda bisa mengecek sendiri untuk tarifnya."
"Masalah tarif gampang Mas.
Bisa antarkan Saya ke tempat yang agak jauh?"
"Seberapa jauh?"
"Sebentar, Saya hubungi Kakak
Saya dulu." Alma menelepon Nisha.
"Al, kenapa baru
telepon?"
"Kak, rumah Kakak dimana?
Share lokasi dong Kak."
"Kamu mau kesini? Serius?
Gak bohong kan?"
"Iya, beneran serius."
"Kamu lagi dimana Al? Biar
Kakak suruh Zico jemput Kamu."
"Gak usah Kak. Aku saja
yang ke rumah Kakak. Aku lagi di gedung Grup H Kak, Jln. Thamrin Kak."
"Oh kalau dari situ sekitar
60 kiloan Al. Mungkin sekitar 1 jam, kalau tidak macet. Kakak kirim lokasinya
ya. Kamu kesini sama Daniel kan?"
"Gak Kak. Kak Daniel masih
kerja."
"Lho? Kalau begitu biar
Kakak suruh Zico saja ya, kebetulan dia sudah pulang ini."
"Gak usah Kakakku sayang.
Aku tutup teleponnya. Sampai ketemu 1 jam lagi Kak. Miss you." Dan Alma
menutup panggilan itu. Dia kembali mengalihkan perhatiannya pada Ezra.
"Ke daerah ini bisa gak
Mas?" Alma menyodorkan ponselnya, menyuruh Ezra untuk melihat map.
"Bisa banget. Ayo Kita
berangkat." Ezra tersenyum manis. Mungkin kalau dia belum pernah mengenal
Daniel sebelumnya, Alma akan dengan mudah menyukai Ezra. Wajah pria itu benar-benar
enak untuk di lihat. Sayangnya hati, tubuh dan pikirannya sudah penuh dengan
Daniel. Tidak ada kesempatan bagi pria lain untuk memasuki hatinya.
Alma naik ke atas motor. Ezra
memberikan helm pada Alma. Setelah Alma memasang helm, Ezra pun melajukan motor
dengan kecepatan sedang.
"Sudah lama kerja di
sana?" tanya Ezra, memecah keheningan.
"Gak. Hari ini adalah hari
pertama Saya kerja Mas. Saya karyawan magang di perusahaan itu."
"Oh, Saya pikir karyawan
tetap."
"Gak Mas. Saya masih
kuliah."
"Kuliah dimana?"
"Di universitas X
Mas..." Dan percakapan mereka pun berlanjut. Dari percakapan itu, Alma
menjadi tahu sedikit banyak tentang Ezra. Pria itu berusia 22 tahun, hanya
lebih tua dua tahun dari dirinya. Ezra sudah lulus kuliah dan sedang
menganggur. Sembari menyebar lamaran kerja, dia menjadi ojek online. Katanya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Alma salut pada Ezra, karena
pria itu tidak malu menjadi ojol padahal dia mempunyai ijazah sarjana. Mereka
berbicara ngalor-ngidul, hingga tanpa sadar mereka sudah sampai di tempat
tujuan. Alma menyerahkan helm dan uang tunai pada Ezra.
"Eh, ini kebanyakan. Aku
tidak bisa menerimanya." Terlalu banyak bercerita membuat mereka tidak
terlalu formal lagi dalam berbicara.
"Gak apa-apa Mas. Kalau tidak
mau terima, Aku tidak mau jadi langganan lagi lho."
"Tapi ini benar-benar
kebanyakan..."
"Gak apa-apa. Lain kali Aku
akan bayar sesuai tarif. Jangan menyesal ya, hehe"
"Terima kasih. Boleh Aku
memanggilmu Alma?" Ezra bertanya dengan tatapan teduh. Mungkin wanita lain
akan salah tingkah bila di tatap seperti itu, tapi tidak berlaku untuk Alma.
"Iya. Di panggil apa saja
boleh, asalkan jangan yang jelek-jelek panggilannya,hehe."
"Kalau di panggil 'sayang'
mau?"
"Hah?"
"Bercanda Al. Kalau begitu
Aku permisi dulu ya. Oh ya, besok mau di antar lagi gak?"
"Mau sih, tapi lokasinya
jauh. Nanti Aku order ojol di sekitaran sini aja Mas."
"Jangan begitu. Besok Aku
jemput lagi ya. Hitung-hitung bantu Aku dapat orderan." Ezra tersenyum
lucu, ada kilatan sedikit licik di matanya.
"Iya juga sih. Tapi beneran
gak rugi Mas jemput Aku di sini?"
"Gak, gak rugi kok. Yang
rugi itu muter-muter gak dapat pelanggan."
"Iya juga sih. Kalau Mas
Ezra gak keberatan, besok jemput Aku di sini ya."
"Oke siap cantik."
Ezra keceplosan. Karena malu, dia cepat-cepat menyalakan motor. "Aku pergi
dulu, sampai bertemu besok Al"
"Iya, terima kasih
Mas." Dan Ezra pun pergi. Alma membalikkan tubuhnya. Dia menatap rumah
mewah yang berada di depannya.
Hem, sepertinya suami kakaknya
juga sangat kaya. Kakaknya sangat beruntung. Bisa menikah dengan pria tampan,
kaya dan juga sangat mencintainya. Sebenarnya dia juga beruntung sih bisa
menikah dengan Daniel, hanya saja Daniel tidak mencintainya. Itu perbedaan
pernikahan mereka berdua.
Alma melihat Nisha keluar dari
dalam rumah, di temani Zico yang sedang menggendong Zoey di lengan kirinya.
"Onty!!" Zoey
melambai-lambaikan tangannya. Hah, Alma sangat merindukan keponakan tampannya
ini. Alma mempercepat jalannya. Dia ingin segera meraih Zoey dalam pelukannya.
Sebelum dia sempat meraih Zoey,
tubuhnya sudah di raih terlebih dahulu. Kakak cantiknya memeluknya dengan erat.
"Sayangku. Kakak bahagia
banget bisa ketemu Kamu di sini."
"Iya Kak, Aku juga senang
bisa ketemu Kakak." Alma balas memeluk Nisha. Cukup lama mereka saling
melepas rindu sebelum akhirnya Zoey meminta Alma untuk menggendongnya.
Nisha membawa Alma masuk ke
dalam rumah. Dia tak henti-hentinya bertanya ini-itu.
"Malam ini nginep di sini
kan Al?"
"Iya Kak, Aku nginep."
"Daniel tahu Kamu di
sini?"
"Iya Kak." Alma
berbohong.
"Dia mengijinkan?"
"Iya Kak."
"Hah, Kakak kecewa sama
dia. Kenapa dia memperlakukan adikku seperti ini? Seharusnya meskipun dia tidak
bisa mengantar, dia bisa menyuruh supir untuk mengantarmu. Naik apa ke
sini?"
"Naik taksi online Kak."
"Beneran?"
"Iya Kak." Alma tidak
berani menatap mata Nisha. Karena kakaknya itu akan tahu kalau dia berbohong.
"Ya sudah, Kamu mandi dulu.
Kamu bisa menggunakan kamar Zoey atau kamar tamu. Suka-suka Kamu saja. Makan
malam akan siap sebentar lagi."
"Iya Kak." Alma
menuruti perintah Nisha. Sementara Nisha kembali ke ruang keluarga. Di sana dia
melihat Zico masih menggendong Zoey.
"Malam ini Zoey tidur sama
Daddy ya. Mommy akan tidur sama Onty. Kasihan Onty tidak ada temannya."
"Gak mau!" Zoey dan
Zico menjawab bersamaan. Nisha menggelengkan kepalanya melihat ke kompakan ayah
dan anak ini.
"Hanya satu malam saja,
ya?" Nisha masih berusaha untuk membujuk.
"Mommih, Zoey mau tidul
sama Mommih."
"Aku juga." Zico
ikut-ikutan menjawab. Nisha mencubit lengannya. Zico mendekati Nisha, dan
berbisik. "Bagaimana kalau begini saja. Kita akan menidurkan Zoey bersama
di kamarnya. Setelah itu sayang bisa menemani Alma. Setelah Alma tidur, sayang
bisa kembali ke kamar Kita. Menemaniku tidur, bagaimana?" Zico
mengerlingkan mata nakal. Ingin rasanya Nisha membawa makanan dengan aroma kuat
dan menyodorkannya pada Zico. Agar pria itu kembali mual dan muntah-muntah.
Nisha mencubit perut Zico.
"Jangan kebanyakan rencana.
Cepat bawa Zoey ke ruang makan. Setelah makan malam selesai, temani Zoey
mengerjakan PR-nya. Mengerti?"
"Baik Nyonya, laksanakan.
Cium dulu." Zico memonyongkan mulutnya, di ikuti oleh Zoey. Nisha
tersenyum gemas. Dia mencium satu persatu pria kesayangannya.
"We love you, Mommy."
Zico dan Zoey mencium pipi Nisha dengan lembut. Setiap kali mereka
melakukannya, membuat perasaan Nisha menjadi hangat. Bila mengingat masa lalu,
dia tidak akan membayangkan bisa hidup sebahagia ini bersama pria-pria
kesayangannya.
"Mommy juga sangat
mencintai kalian berdua..."
***
Happy Reading ^^