NovelToon NovelToon
Majikanku Ayah Anakku

Majikanku Ayah Anakku

Status: tamat
Genre:Keluarga
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: el nurmala

Alby dan Putri adalah dua remaja yang tumbuh bersama. Kedua orang tua mereka yang cukup dekat, membuat kedua anak mereka juga bersahabat.

Tidak hanya persahabatan, bahkan indahnya mahligai pernikahan juga sempat mereka rasakan. Namun karena ada kesalahpahaman, keduanya memutuskan untuk berpisah.

Bagaimana jika pasangan itu dipertemukan lagi dalam keadaan yang berbeda. Apakah Alby yang kini seorang Dokter masih mencintai Putri yang menjadi ART-nya?

Kesalahpahaman apa yang membuat mereka sampai memutuskan untuk berpisah?

Simak cerita selengkapnya ya...
Happy reading.

------------
Cerita ini hanya fiksi. Jika ada nama, tempat, atau kejadian yang sama, itu hanya kebetulan semata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon el nurmala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

menginap (bagian 2)

Maaf, baru sempat up🙏

Happy reading...

Malam kian larut, namun hujan masih juga tak kunjung reda. Walau tak sederas tadi, suara gemericik air meninabobokan setiap insan dalam gelapnya gulita.

Namun suasana alam itu nampaknya tak lantas membuat seorang pria bisa terlelap begitu saja. Lampu kamarnya masih menyala. Menandakan pemiliknya masih terjaga.

Pria itu sedari tadi mondar-mandir di dalam kamarnya. Seakan gelisah dan bingung harus berbuat apa. Sesekali ia menoleh pada jam yang terpaku di dinding. Melihat angka yang ditunjukkan jarum pendek itu, ia pun semakin frustasi dan mengacak kasar rambutnya sendiri.

"Arrgh, ada apa denganku! Haruskah aku keluar dan mengetuk pintu kamarnya?" gumam pria itu yang tak lain adalah Alby.

"Tapi ini sudah sangat malam. Putri pasti sudah tidur." Gumamnya lagi.

Alby melangkah menuju saklar lampu dan mematikan lampu utama. Dengan menyisakan sebuah lampu kecil tetap menyala, Alby berjalan menuju tempat tidurnya. Ia menjatuhkan diri di atas tempat tidur, lalu menatap langit-langit kamarnya.

Dalam keremangan, raut wajah Putri terlihat sangat jelas. Bayangan saat pertama kali ia dan Putri melakukan hubungan suami istri begitu saja terlintas. Membangunkan sesuatu di bawah sana.

"Ah, sialan. Pake bangun segala," pekik Alby pelan menahan kesal.

"Jangan, samperin, jangan, samperin, ... Yes, sepuluh jariku udah nyuruh nyamperin. Coba kalau lima jari... samperin, jangan, samperin, jangan, sampe-rin. Tuh kan! Mau sepuluh atau lima jari hasilnya tetap sama. Berarti aku harus turun." Ujarnya bermonolog.

Alby beranjak dari tempat tidurnya. Perlahan ia mulai melangkahkan kaki keluar dari kamar dan menuju tangga. Saat berada di depan kamar yang digunakan Putri, Alby kembali menatap dan mulai menghitung dengan sepuluh jarinya.

Ketuk, jangan, ketuk, jangan, ketuk, jangan, ketuk, jangan, ketuk, jangan. Yaa, kok gitu sih? Coba lima jari. Ketuk, jangan, ketuk, jangan, ke-tuk. Tuh kan, eeh dasar. Kalian mau mempermainkan aku ya? gerutu Alby dalam hatinya.

Suara pintu kamar yang dibuka membuat Alby terperanjak. Cepat-cepat ia membalikkan badannya membelakangi pintu.

Apa itu Putri? Aku harus jawab apa kalau dia bertanya? Apa harus kubilang kalau aku ingin melihatnya sebelum tidur? Atau aku bilang aja hanya ingin mengucapkan selamat malam, batin Alby.

Pria itu berbalik sambil berkata, "Putri, aku..."

Alby terperanjak untuk yang kedua kalinya. Ia mengusap-usap dada saat melihat siapa yang berdiri sedang menatap aneh pada dirinya.

"Kak Alby lagi ngapain?" tanya Arif sambil menautkan alisnya.

"Kamu yang ngapain, malam-malam ngagetin orang." Dengusnya.

"Arif lapar. Tadi ketiduran, belum sempat makan malam. Ini udah jam satu ya? Lama juga ya Arif tidurnya. Jangan-jangan Kak Alby sengaja ngasih aku obat tidur." Tuduhnya.

"Memang iya," sahut Alby asal.

"Hah? Beneran? Wah, pelanggaran ini. Apa itu namanya? Mmm malpraktek, ya itu."

Mereka mengobrol sambil berjalan menuju ruang makan.

"Enak saja. Obat itu memang menyebabkan kantuk. Dasar, asal nuduh aja," delik Alby yang kemudian menuangkan air minum ke dalam gelas.

"Mbak Putri pulang apa menginap?"

"Menginap."

"Di kamar mana?"

"Tuh di sana. Memangnya di mana lagi," sahut Alby datar.

"Oh, berarti barusan Kak Alby... Nah lho, mau ngintip ya?" Goda Arif.

"Nggak. Sembarangan," sahut Alby dengan mata yang mendelik.

"Heem, tapi kok sepertinya iya? Bilang jangan ya sama Mbak Putri," ujar Arif masih dengan nadanya yang menggoda.

"Awas kalau kamu bilang sama Putri." Alby memberi adiknya tatapan mengintimidasi.

"Oke, Arif nggak akan bilang. Tapi ada syaratnya."

"Syarat?"

"Iya, buat tutup mulut."

"Apa? Uang jajan?"

"Bukan dong. Arif nggak sejahat itu. Kak Alby cukup membuatkan Arif, mie instan. Gampang kan? Jangan lupa tambahin telur, dan juga sawi. Oh iya, tambahin cabe rawit satu." Ujarnya sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Kalau gampang, bikin aja sendiri. Aku ngantuk," ujar Alby sambil berlalu meninggalkan adiknya.

"Eits, beneran nih? Arif bilangin lho sama Mbak Putri. Tambahin cabe dikit di mulut biar bisa ngomong yang pedes."

"Apa maksud kamu?" Alby berbalik dan kembali menghampiri Arif.

"Arif akan bilang... Semalam Kak Alby ketahuan sama Arif sedang berusaha membuka pintu kamar Mbak Putri menggunakan kunci cadangan. Dan usahanya itu gagal karena keburu ketahuan. Bayangkan kalau Arif tidak memergokinya, bisa-bis..."

"Makan tu tisu," ujar Alby kesal. Pria itu berlalu ke dapur hendak membuatkan pesanan adiknya. Sementara itu, Arif menahan tawanya sambil menatap tisu yang tadi disumpalkan Alby ke mulutnya.

Setelah beberapa menit, mie instan itu pun dihidangkan. Arif manatapnya dengan tatapan yang berbinar.

"Terima kasih, Kak. Waah, enak nih."

Arif mulai menyuapkan makanannya. Kedua alisnya kemudian berkerut.

"Kak, kok lembek sih? Ini kematengan." Protesnya.

"Udah, makan aja. Tadi pas mau diangkat, sawinya belum matang. Rawitnya juga belum dimasukkan," kilah Alby sambil menarik kursi.

"Hmm, untung lapar."

Alby menatap wajah Arif, adiknya namun lain ibu. Banyak hal yang ingin diketahuinya, namun ragu untuk bertanya.

"Kak Alby kenapa? Mau? Kok ngelihatinnya begitu banget."

"Enggak. Kakak mau tanya, kamu jawab jujur ya."

"Tanya apa?" Arif masih asik dengan makanannya.

"Waktu itu, apa yang kamu ketahui tentang kejadian di desa?"

"Kapan? Kejadian apa?"

"Kejadian Putri waktu itu? Ah, kamu masih terlalu kecil waktu itu. Ya sudahlah. Aku mau tidur. Jangan lupa matikan lampunya."

Saat Alby berlalu meninggalkannya, seketika Arif menghentikan kunyahan di mulutnya. Suara langkah Alby terdengar semakin samar, hingga kemudian bunyi pintu pun terdengar.

"Syukurlah Kak Alby tidak melanjutkan pertanyaannya," gumam Arif lega. Ia kemudian menoleh pada pintu kamar Putri.

Maafkan Arif, Mbak. Arif tidak bisa memberitahukan kebenarannya pada Kak Alby. Karena Arif nggak mau kalau sampai ibu... Batinnya.

Cepat-cepat Arif menghabiskan makanannya. Ia mencoba mengalihkan perhatiannya agar tak mengenang masa lalu.

***

Pagi yang cerah, terasa sejuk dengan semilir angin yang berhembus. Sang surya sudah mulai berani menampakkan sinarnya, setelah hampir seharian kemarin ia bersembunyi.

Putri menggeliat perlahan sambil menikmati udara pagi. Sesaat ia tertegun, kemudian kembali tersadar.

"Pantas saja tidurku nyenyak. Kasurnya empuk begini," ujar Putri yang menekan-nekan kasur yang ditidurinya.

Tidur Putri memang sangat nyenyak, sampai-sampai ia tidak tahu jam berapa semalam hujannya reda. Putri terperanjak saat tanpa sengaja tatapannya tertuju pada jam dinding.

"Waduh, jam setengah enam lebih! Alfi udah sarapan belum ya?"

Putri bergegas ke kamar mandi. Setelah selesai ia buru-buru ke luar kamar. Semalam Alby memintanya untuk pulang saat pagi menjelang. Pria itu tidak ingin ibu dan juga putranya merasa khawatir.

Putri menutup dan mengunci pintu dengan sangat pelan. Hal yang sama ia lakukan saat di pintu gerbang.

Putri mempercepat langkahnya meninggalkan rumah Alby. Ia berencana akan membeli nasi kuning dulu untuk sarapan putranya.

Sementara itu, sebuah mobil menepi tepat di depan rumah Alby. Pengemudi mobil itu menautkan kedua alisnya menatap punggung wanita yang sepertinya sedang tergesa-gesa.

"Sepertinya itu si Putri. Tapi masa iya sih?" Gumamnya. Ia menoleh pada rumah Alby, kemudian menatap kembali pada punggung wanita itu dan menghilang tepat di pertigaan yang berada di depan.

"Apa dia menginap di rumah Alby?" Gumamnya lagi.

1
💃🏻
Noval lbh manly cocok karakter alby
💃🏻
Jijik bgt kelakuan intan, dokter dg kode etiknya tp etikanya minus/Puke/
Safa Almira
bagus
Mesri Sihaloho
bagus sih jujur aja pada Alfi
Mesri Sihaloho
pasti si Noval,,pak dokter terlalu lambat masa tidak mau cari i formasi tentang putri..lamban kau pak dokter
rahma hartati
Cerita Bodoh Bin Tolol Lihat si Putri ini..
Boleh tdk tamat sekolah tp Jangan Mau di Goblokin Lelaki.. Apa lg Mantan Suami yg Gak Jelasa Statusnya.
Di katakan Mantan Suami, Nikahnya masih Nikah Sirih, bukan Nikah Syah Secara Hukum Negara.
Oh Putri Goblok, Mudah x memaafkan..
Rika
bagus
Maura
👍🙏
Pras Tiyo
Luar biasa
bunda DF 💞
sika bgt sm ceritanya. 😍😍😍
Maizaton Othman
Cerita rakyat,kisah kehidupan yg nyata,nama &watak yg sesuai,alur cerita bersahaja,santai,konflik sederhana dan masuk akal,tahniah.
Nanik Lestyawati
keren
Irra Ajahh
wahhhhh,,, sos sweet bngt
aku suka cerita nya gx bertele2 terus bisa saling memafkan
sukses buat author nya,,, semangatt
Irra Ajahh
cerita ny bagus
Julia Juliawati
bagus ceritanya ka
Atika Darmawati
ya ampun gak tau si Alfi... papa nya lg kejar setoran pompa trssss...
MASTER Rexo1Ming
hai
Atika Darmawati
ok
Sri Wahyuni
bagus ceritanya
Novaz Yanti
Lumayan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!