Sheila gadis yatim piatu yg diasuh dan dibesarkan oleh pamannya, harus menikah dengan Steven, anak dari sahabat baik mendiang ayahnya. Tetapi Steven sudah memiliki kekasih, Nila.
Perjodohan yg memaksa mereka berdua terikat dengan sebuah pernikahan. Akankah cinta tumbuh di antara mereka berdua, sementara sang ibu mertua begitu membenci Sheila? Bagaimana kelanjutan dari pernikahan karena perjodohan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iin Nuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nafkah Lahir
Pagi ini Sheila terbangun dengan tangan Steven yang melingkar di perutnya. Suatu hal yang beberapa hari ini selalu dijumpainya setiap bangun pagi. Entah Steven melakukannya dalam keadaan sadar atau tidak. Tapi jujur Sheila sendiri justru merasa nyaman dan selalu dapat tertidur dengan nyenyak.
Membangunkan Steven pelan-pelan, kemudian mereka berdua sholat subuh berjamaah.
Setelah sarapan pagi sesuai janjinya semalam Steven menemani Sheila berziarah ke makam Ayah Jason dan Bunda Miranda. Kebetulan Sheila juga tidak ada jadwal kuliah pagi.
Tapi tidak seperti biasanya, kali ini Sheila tidak bercerita banyak hal. Sheila hanya terdiam, namun air mata tidak berhenti mengalir di pipinya. Melihat hal tersebut Steven mengusap-usap pundak Sheila, mencoba menenangkan dan memberi rasa nyaman.
...
Sheila sudah kembali masuk kuliah seperti biasanya. Alex dan teman-temannya mendapat hukuman skorsing dari pihak kampus. Awalnya Steven ingin melaporkan masalah kemarin pada pihak yang berwajib, tetapi Sheila melarangnya. Sheila hanya tidak ingin masalah ini membuat orang tua mereka menjadi khawatir dan malah semakin berlarut-larut urusannya.
Saat ini Sheila dan ketiga sahabatnya sedang makan siang bersama di kantin kampus. Tiba-tiba ponsel Sheila berbunyi. Sebuah notifikasi dari m-banking nya yang mengabarkan kalau Sheila mendapat transferan di rekeningnya. Sheila segera mengeceknya dan terkejut ketika melihat saldo rekeningnya.
"Kenapa Shei? Sampai melongo gitu Lo," tanya Lusia penasaran.
"Bentar ya, aku mau telepon Mas Steven dulu," pamit Sheila.
Sheila sedikit menjauh dari sahabat-sahabatnya lalu menelepon Steven.
"Halo," jawab Steven dari seberang panggilan.
"Assalamualaikum Mas."
"Wa'alaikumsalam. Kenapa Shei?"
"Mas yang nransfer ke rekening aku ya?"
"Iya, kenapa memangnya?"
"Kok banyak banget Mas. Terlalu banyak itu Mas buat aku," kata Sheila merasa tidak enak.
"Shei itu cuma sebagian dari gaji aku. Anggap aja itu nafkah lahir dari aku ke kamu. Kamu kan tanggung jawab aku sekarang."
"Tapi tetep aja ini kebanyakan Mas."
"Sheila, uang itu milik kamu sekarang. Pergunakan untuk memenuhi kebutuhan kamu tiap hari, ya."
"Tapi Mas, bahkan semua biaya kuliah aku juga udah Mas lunasin sampai wisuda nanti. Sungguh ini terlalu banyak Mas, aku merasa gak pantes menerimanya," Sheila tetap menolak secara halus.
"Kamu istri aku Shei, jangan pernah ngomong gak pantes lagi seperti itu, aku gak suka. Udah ya, masih banyak kerjaan. Aku tutup dulu. Assalamualaikum," tegas Steven lalu mengakhiri panggilan teleponnya.
"Wa'alaikumsalam," jawab Sheila sambil memanyunkan bibirnya.
Sementara di tempat Steven.
Steven hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil mengerutkan keningnya karena bingung. Kalau Nila ditransfer sejumlah itu dia pasti bilang itu masih kurang, bahkan masih meminta dibelikan tas, sepatu, dan barang-barang branded lainnya. Tapi ini justru Sheila merasa keberatan dan mengatakan kalau jumlah yang ditransfernya itu terlalu banyak.
Steven senyum-senyum sendiri dibuatnya. Istrinya memang gadis yang berbeda.
Danny mengetuk pintu lalu masuk ke ruangan Steven.
"Kenapa Lo senyum-senyum gitu? Kayak orang waras aja Lo," tanya Danny sambil duduk di depan Steven.
"Sialan Lo," umpat Steven. "Habis ditelepon Sheila. Dia bilang kalau duit yang gue transfer ke dia kebanyakan. Padahal gue cuma transfer seperempat dari gaji gue aja."
"Itulah hebatnya istri Lo. Dia itu beda dari cewek-cewek kebanyakan. Dia gak matre. Beruntung banget Lo dapetin dia."
Jujur dalam hati Steven sebenarnya juga mengakui kalau apa yang dikatakan Danny itu adalah benar. Tapi entah kenapa masih ada pertentangan dalam diri Steven sendiri. Steven masih memiliki Nila.
"Eh, by the way kemarin Lo ngomong apa sama Bang Dika? Gila aja, masak semalem gue ditagih calon cucu sama bokap gue," gerutu Steven mengalihkan pembicaraan.
Danny justru langsung tertawa terpingkal-pingkal. Bahkan sampai mengeluarkan air mata di sudut matanya.
"Yah dia malah ketawa, gue serius nih."
"Sorry sorry. Kemarin gue emang bilang sama Bang Dika kalo Lo mau quality time berdua sama Sheila, itung2 bulan madu gitu. Habisnya gue bingung mau kasih alesan apaan yang meyakinkan, kepikirannya cuma itu doang," jawab Danny setelah tawanya mereda seolah tanpa beban.
"Sialan Lo Dan, pantes aja bokap gue langsung nanyain cucu," dumel Steven.
"Lah, emang kenapa? Wajar dong, kalian kan pasangan suami istri yang syah secara hukum dan agama. Eh tunggu-tunggu, jangan bilang Lo belum ngelakuin itu sama Sheila," terka Danny sambil memicingkan matanya.
"Ya belumlah. Baru juga sebulan kita nikah. Gue gak mau ngerusak Sheila. Lo tau sendiri kan pernikahan kita seperti apa. Gue gak mau memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan hanya untuk kepentingan nafsu gue aja. Gue gak sebejat itu," elak Steven mentah-mentah.
"Good boy. Salut gue sama pertahanan diri Lo," puji Danny sambil bertepuk tangan ringan.
"Enak banget kalian berdua ngobrol kayak gitu," Ken tiba-tiba masuk dan menginterupsi obrolan Steven dan Danny.
"Ada apaan sih Bro panik gitu?" tanya Danny.
"Masalah yang di cabang Kalimantan kemarin belum sepenuhnya tuntas. Lo beresin ya Dan. Steve Lo urusin kerja sama kita sama JJ Group ya, gue mau ngurusin masalah keuangan di perusahaan kita dulu. Kita bagi-bagi tugas biar semuanya bisa kelar tepat waktu," Ken menjelaskan setelah duduk di samping Danny.
"Oke," balas Steven dan Danny bersamaan.
tetep semangat selalu kakak 😘😘😘