Bangun dari tidur Yola begitu terkejut saat melihat pria yang terlelap di sebelahnya.
Yola tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah pesta kampus yang ia datangi semalam.
Dan kini ia harus berakhir dengan pria yang sangat berpengaruh di kampus.
Yola memilih pergi sebelum pria yang masih terlelap itu bangun, ia tidak ingin menimbulkan masalah apalagi pendidikannya terkendala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HAPD_BAB 29
Lahan kebun anggur adalah warisan kakek buyut, Calvin yang sudah tahu asal usulnya memilih untuk menyelamatkan kebun anggur itu. Meskipun tempatnya begitu jauh Calvin tak masalah, yang terpenting adalah peninggalan buyutnya bisa di selamatkan. Hansel pun tidak tahu jika kebun itu sudah dibeli Calvin meskipun secara paksa, karena pemiliknya tak berniat menjual kebun itu. Tapi dengan kekuasaan Celvin pada akhirnya pemilik itu meyerahkan kebun itu kembali.
Di salah satu kamar VIP, Hansel masih duduk termenung menatap sekitar. Apalagi melihat tubuhnya yang tanpa busana, dan di atas ranjang terdapat bercak basah dibeberapa bagian, Hansel tahu itu bekas apa.
Hanya saja dirinya tidak mengingat siapa wanita yang sudah dia gauli, seingatnya dia hanya melihat bayangan Carmel, wanita yang sudah membuatnya membenci seorang wanita.
"Tidak mungkin, dia sudah mati." Batin Hansel.
Karena terlalu mabuk mungkin pikiranya sudah tak sejalan, Hansel melihat wajah Carmel yang sudah meninggal di mana-mana.
Memejamkan matanya Hansel tak bisa mengingat apapun, pria itu memilih untuk membersihkan diri.
*
*
Wilea datang ke kampus sedikit terlambat, beruntung dosen belum masuk kelas, membuat gadis itu bernapas lega.
"Kamu kenapa terlambat," Tanya Jerry yang duduk disebelah Wilea.
"Um, aku tidur terlalu malam jadi bangun kesiangan," Balas Wilea sambil menyengir.
"Semua gara-gara dia, aku tidak bisa tidur semalaman." batin Wilea merutuki Jerry.
Kejadian tak disengaja membuat Wilea yang memang tidak pernah dekat dengan pria manapun membuatnya sedikit isomnia. Bayangan bibir Jerry yang tanpa sengaja mencium bibirnya membuat Wilea diserang demam.
Tak lama dosen pun masuk, pelajaran dimulai selama satu jam kedepan, hingga dosen itu pergi setelah selesai. Masih ada dua mata kuliah lagi, dan Wilea memilih untuk menghindar dari Jerry.
"Jer, aku minta maaf. Kita baikan ya?"
Seorang gadis menarik lengan Jerry membuat pria itu akhirnya berhenti.
Jerry menatap Luna mantan kekasihnya yang kemarin dia putuskan.
"Kita udah baik begini saja Lun," Balas Jerry menyingkirkan tangan Luna.
Keduanya berada di lorong, banyak orang-orang berlalu lalang.
"Tapi Jer, aku ngak bisa tanpa kamu," Balas Luna dengan tatapan wajah sendu.
Jerry tersenyum sinis membuat Luna menjadi kikuk.
"Bisa, kamu bisa Lun. Buktinya kamu bisa sama pria lain dibelakang ku," Balasan Jerry membuat Luna membungkam mulutnya.
Dari arah depan Jerry melihat Wilea yang berjalan menuju arahnya, membuat Jerry tersenyum sinis.
"Wilea!"
Wilea yang di panggil mendongak, gadis itu menatap Jerry yang berjalan mendekatinya.
"Mau kemana, kita pulang bareng ya." Ucap Jerry yang langsung menarik Wilea hendak pergi.
"Eh, tapi Jer,"
"Oh, jadi seleramu seperti ini setelah putus denganku!" Hardik Luna dengan tatapan memicing.
Wilea menatap gadis didepanya dengan kening berkerut, sedangkan Jerry menahan kesal.
"Bukan urusan kamu!" Balas Jerry ketus.
Luna tersenyum miring dengan kedua tangan dilipat didepan dada wajahnya tampak terlihat songong.
"Seleramu gak lebih buruk dari itik buruk rupa,"
"Luna!!" Teriak Jerry.
"Ayo pergi!"
"Dasar jala*ng murahan!" Teriak Luna saat Jerry membawa Wilea pergi.
Brak
Jerry menutup pintu mobilnya, setelah Wilea masuk.
Melihat Wilea yang duduk diam membuat Jerry merasa bersalah.
"Maaf Wil, Luna memang keterlaluan," Katanya sambil menatap Wilea yang diam saja.
Wilea mendongak dan tersenyum, "Tidak apa," Balasnya dengan singkat.
Jerry semakin merasa bersalah, pria itu lantas menjalankan mobilnya untuk meninggalkan kampus.
*
*
Calvin keluar dari ruanganya di ikuti Wesley, kedua pria yang hampir sama dengan paras tampan, Wesley adalah pria kedua setelah Calvin yang menjadi idola, dan juga terkenal dengan sifat dinginnya.
Keduanya berjalan menuju lift, hingga sampai diloby sebuah mobil berhenti di depan sana.
Orang-orang selalu mencuri kesempatan jika melihat Calvin, mereka memilih berdiri sejenak hanya untuk menunggu Calvin, meskipun dalam kepala menunduk tapi mereka tetap saja akan mencuri pandang lewat ekor matanya.
Seorang wanita cantik dengan pakaian yang cukup seksi keluar dari dalam mobil, Wesley yang melihat memicingkan matanya sedangkan Calvin hanya bisa menunjukan wajah datarnya yang tanpa ekspresi.
Semua mata tertuju pada wanita cantik yang baru saja turun dari mobil, di benak mereka bertanya-tanya siapa wanita cantik dan seksi itu.
"Calv," sapa wanita itu riang.
Calvin tak mengindahkan panggilan wanita itu, pria itu tetap berjalan menuju mobilnya yang berada didepan mobil wanita itu tadi.
"Calvin, kamu mau-"
"Maaf nona Soraya," Wesley mengadang Soraya yang hendak menyentuh Calvin.
Wajah Soraya merah kesal menatap Wesley. Soraya adalah salah satu anak kolega Calvin yang sempat dikenalkan lewat pertemuan bisnis. Namun sifat dingin Calvin tak ubah membuat Soraya semakin penasaran.
Di loby yang banyak orang membuat Soraya diperlakukan karena seperti seekor lalat yang tidak diijikan menyentuh Calvin, Soraya merasa geram.
Melihat bosnya sudah masuk mobil, Wesley memilih pergi, pria itu menyusulnya Calvin masuk kedalam mobil.
"Sial!" Maki Soraya dengan kedua tangannya yang mengepal erat.
Baginya sudah sifat dingin Calvin yang tak bisa tersentuh membuat para wanita semakin tertarik dengan tertantang, apalagi paras tampan, idaman semua wanita ada di diri Calvin.
"Bagaimana dengan pengelola anggur di sana, apakah masih harus memakai cara tradisional?" Tanya Calvin setelah mebil berjalan cukup jauh dari kantor.
"Penduduk disana masih mempertahankan keaslian rasa Tuan, tapi saya rasa itu yang menjadi ciri khas dari anggur itu sendiri," balas Wesley.
Calvin mengangguk, dia pernah mendengar tentang pabrik anggur buyutnya yang di buat dengan cara tradisional, meskipun ada dibantu alat dalam pengemasan, tapi tetap saja pengolahannya masih tradisional.
"Jadwalkan untuk pergi kesana, kamu ikut dengan saya."
Wesley pun mengangguk setuju, selama ini Calvin tak pernah tahu bagaimana keadaan di sana, dia bahkan tidak pernah melihat kebun itu setelah dirinya berusia empat tahun. Masih kecil jadi Calvin tak bisa mengingat dengan baik.
*
maap thor🤭🏃♀️🏃♀️🏃♀️