NovelToon NovelToon
Cinta Untuk Nayla & Nando

Cinta Untuk Nayla & Nando

Status: tamat
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:204
Nilai: 5
Nama Author: tanty rahayu bahari

Nayla, seorang ibu tunggal (single mother) yang berjuang menghidupi anak semata wayangnya, Nando, dan neneknya, tanpa sengaja menolong seorang wanita kaya yang kecopetan. Wanita itu ternyata adalah ibu dari Adit, seorang pengusaha sukses yang dingin namun penyayang keluarga. Pertemuan itu membuka jalan takdir yang mempertemukan dua dunia berbeda, namun masa lalu Nayla dan status sosial menjadi penghalang cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanty rahayu bahari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28: Undangan Emas dan Piring Lidi

​Berita pertunangan Aditya Rahardian menyebar lebih cepat daripada virus flu di musim hujan.

​Pagi itu, Nayla baru saja membuka rolling door kantin ketika serbuan cahaya blitz kamera menyambutnya. Puluhan wartawan infotainment sudah berkumpul di depan pintu kantin, berebut posisi.

​"Bu Nayla! Benarkah Ibu akan menikah dengan Pak Adit?"

"Apa konsep pernikahannya, Bu? Adat Jawa atau Internasional?"

"Kabarnya cincin tunangannya seharga satu miliar, benar Bu?"

​Nayla mundur teratur, silau dan kaget. Untungnya, tim keamanan Rahardian Group sigap. Mereka membentuk barikade manusia, melindungi Nayla masuk ke area dapur.

​"Gila..." gumam Rian yang ikut ngos-ngosan. "Lo beneran jadi selebriti sekarang, Nay. Cinderella of Sudirman kalau kata netizen."

​Nayla memijat pelipisnya. "Aku cuma mau jualan nasi liwet dengan tenang, Yan."

​Siang harinya, Nayla "diculik" oleh Bu Rina—ibunda Adit.

​Bukan diculik ke gudang, melainkan ke butik desainer termahal di Jakarta Selatan. Bu Rina tampak sangat antusias, energinya meluap-luap seperti remaja.

​"Nay, cobain yang ini! Ini sutra impor dari Prancis, payetnya kristal Swarovski asli!" seru Bu Rina sambil menempelkan kebaya seharga 50 juta ke tubuh Nayla.

​Nayla menelan ludah. "Ma, ini... nggak keberatan harganya? Takut sobek kalau saya pake jalan."

​"Aduh, Sayang. Kamu itu calon istri CEO Rahardian Group. Penampilan kamu adalah wajah perusahaan. Lagian ini murah kok, diskon 10%," jawab Bu Rina enteng.

​Bagi Bu Rina, 45 juta adalah "murah". Bagi Nayla, itu bisa buat beli motor NMAX cash plus helm.

​Setelah dari butik, mereka bertemu dengan Wedding Organizer (WO) papan atas di sebuah restoran VIP. Tim WO itu mempresentasikan konsep pernikahan yang membuat mata Nayla mau copot.

​"Jadi Bu Rina, untuk resepsi kita sarankan tema Royal Fairytale. Kita akan impor 5.000 bunga tulip dari Belanda. Kue pengantin setinggi 3 meter. Dan kita sewa orkestra lengkap 50 pemain. Estimasi tamu undangan 3.000 orang, mayoritas VVIP pejabat dan kolega bisnis."

​Nayla melihat rincian biayanya di proposal. Angka nol-nya berderet sangat panjang sampai ia pusing menghitungnya. Milyaran rupiah.

​"Ma..." Nayla memberanikan diri memotong presentasi si WO yang sedang semangat membahas jenis es batu kristal. "Apa nggak terlalu berlebihan? Nayla... Nayla cuma pengen akad nikah yang sakral, terus syukuran sederhana sama keluarga dan temen deket aja."

​Hening.

Tim WO menatap Nayla ngeri, seolah Nayla baru saja mengusulkan menyajikan batu kerikil sebagai menu utama.

​Wajah Bu Rina sedikit kecewa. "Tapi Nay, ini pernikahan anak tunggal Mama satu-satunya. Mama pengen ngerayain kebahagiaan kalian sama semua orang. Teman-teman arisan Mama, kolega Papa almarhum, semua udah nunggu-nunggu."

​Nayla menunduk, meremas tangannya. Ia tidak ingin mengecewakan Bu Rina yang sudah sangat baik padanya. Tapi membayangkan berdiri di pelaminan selama 5 jam, menyalami 3.000 orang asing yang tidak ia kenal, rasanya ia ingin pingsan duluan.

​"Maaf, Ma. Nayla nggak biasa jadi tontonan..." cicit Nayla.

​Suasana menjadi canggung.

​Tiba-tiba, pintu ruangan VIP terbuka. Adit masuk, baru pulang kantor, masih lengkap dengan jasnya. Ia melihat wajah tertekan Nayla dan wajah kecewa ibunya. Ia langsung paham situasinya.

​Adit duduk di samping Nayla, menggenggam tangan wanita itu di bawah meja.

​"Gimana persiapan pestanya? Udah sampe tahap mana?" tanya Adit santai.

​"Mama pengen konsep Royal, Dit. Tapi Nayla maunya sederhana," adu Bu Rina, sedikit merajuk.

​Adit tersenyum, menatap ibunya lembut. "Ma, Adit ngerti Mama bangga. Tapi yang nikah kan Adit sama Nayla. Kalau pengantin wanitanya pingsan karena stres di pelaminan, kan nggak lucu beritanya."

​"Terus gimana dong? Masak nikahan CEO kayak sunatan massal?" protes Bu Rina.

​"Kita ambil jalan tengah," Adit mengeluarkan tabletnya, seolah sedang memimpin rapat direksi.

​"Solusinya: Kita bagi dua acaranya."

​Semua orang menatap Adit.

​"Hari Sabtu pagi, kita adakan Akad Nikah. Privat. Hanya keluarga inti, Nenek Ijah, dan sahabat terdekat. Lokasinya di Masjid Agung, terus lanjut syukuran makan siang di rumah Nayla di Tebet. Sederhana, sakral, pakai baju putih yang sopan tapi nggak heboh. Sesuai keinginan Nayla."

​Mata Nayla berbinar. "Beneran, Mas?"

​"Iya. Tapi..." Adit mengangkat telunjuknya, menoleh ke ibunya. "Malam Minggunya, kita gelar Resepsi di Ballroom Hotel Mulia. Kita undang 3.000 tamu Mama, pake dekorasi mewah, pake orkestra. Itu panggung buat Mama pamer mantu."

​Wajah Bu Rina langsung cerah kembali. "Nah! Itu baru anak Mama! Setuju!"

​"Tapi ada satu syarat mutlak dari saya," tambah Adit tegas.

​"Apa Pak?" tanya ketua WO sambil mencatat.

​"Katering untuk resepsi mewah itu, menu utamanya harus masakan tradisional dari Dapur Nando," ujar Adit.

​Ketua WO melongo. "Maksud Bapak... di sebelah Steak Wagyu dan Salmon Carpaccio, kita sajikan nasi uduk dan semur jengkol?"

​"Tepat sekali. Nasi Liwet, Nasi Uduk, Ayam Bakar, Sambal Terasi. Sajikan dengan piring lidi yang dialasi daun pisang, tapi plating-nya harus estetik standar hotel bintang lima."

​Nayla menatap Adit tak percaya. "Mas, serius? Nanti tamunya kaget lho. Itu kan pejabat semua."

​Adit menatap Nayla bangga. "Biar mereka tau, Nay. Istri saya bukan cuma cantik, tapi punya usaha kuliner yang rasanya bintang lima. Ini panggung kamu juga buat promosi Dapur Nando ke level nasional. Bayangin, Menteri makan nasi liwet kamu. Besoknya omzet kamu meledak."

​Nayla tertawa. Ide itu gila, tapi brilian. Mencampurkan kemewahan sosialita dengan kehangatan rasa lokal. Undangan emas, piring lidi.

​"Oke. Aku setuju," jawab Nayla mantap.

​"Gimana, Ma? Setuju?" tanya Adit.

​Bu Rina membayangkan tamu-tamunya yang biasa makan fancy tiba-tiba disuguhi nasi liwet otentik.

"Unik juga... Belum pernah ada yang bikin gini. Pasti viral. Mama setuju!"

​Ketua WO mengusap keringat di dahinya. "Baik, Pak. Tantangan diterima. Kami akan buat booth nasi uduk paling mewah sedunia."

​Malam harinya, di rumah Nayla.

​Nenek Ijah sedang mencoba kebaya baru berwarna champagne yang dibelikan Adit.

​"Duh, Nduk. Nenek kayak nyonya londo. Takut robek," keluh Nenek Ijah sambil mematut diri di cermin, tapi wajahnya berseri-seri.

​"Cantik kok, Nek. Nanti Nenek jadi pendamping Nayla pas jalan ke meja akad ya," ujar Nayla sambil merapikan selendang Nenek.

​Nando berlari keluar kamar dengan memakai setelan jas anak kecil lengkap dengan dasi kupu-kupu.

​"Ibu! Liat! Nando kayak detektif Conan!" seru Nando berpose.

​"Ganteng banget anak Ibu," Nayla memeluk Nando.

​Adit yang duduk di sofa tersenyum melihat pemandangan itu. Hatinya penuh. Persiapan pernikahan memang ribet, penuh drama dan kompromi, tapi melihat keluarga kecilnya bahagia, semua lelah itu terbayar.

​"Mas," panggil Nayla, duduk di sebelah Adit setelah Nando lari main lagi.

​"Hm?"

​"Makasih ya tadi siang. Mas selalu bisa bikin semua orang seneng tanpa ngorbanin perasaan aku."

​Adit merangkul bahu Nayla. "Itu tugas suami, Nay. Menjadi jembatan. Jembatan antara keinginan orang tua dan kenyamanan istri. Jembatan antara dunia mewah dan dunia sederhana. Selama kita jalan bareng di jembatan itu, insya Allah aman."

​Nayla menyandarkan kepalanya di bahu Adit.

​"Mas..."

​"Ya?"

​"Nanti pas resepsi, boleh nggak aku request satu lagu ke orkestranya?"

​"Boleh dong. Lagu apa? Endless Love? Perfect?"

​"Bukan." Nayla terkikik. "Lagu Abang Tukang Bakso. Versi orkestra."

​Adit terbahak-bahak sampai perutnya sakit. "Ide bagus! Kita bikin tamu-tamu itu bingung. Makan nasi uduk diiringi simfoni tukang bakso."

​Mereka tertawa bersama di ruang tamu yang sederhana itu. Menertawakan masa depan yang terlihat cerah, seru, dan penuh warna.

​Tinggal satu minggu lagi menuju hari H. Hari di mana dua takdir akan diikat selamanya.

...****************...

Bersambung....

Terima kasih telah membaca💞

Jangan lupa bantu like komen dan share❣️

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!