NovelToon NovelToon
CEO To Husband

CEO To Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Enemy to Lovers
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: BabyCaca

Alaska Arnolda, CEO terkenal Arnolda, terpaksa menanggalkan jas mewahnya. Misinya kini: menyamar diam-diam sebagai guru di sebuah SMA demi mencari informasi tentang pesaing yang mengancam keluarganya. Niat hati fokus pada misi, ia malah bertemu Sekar Arum Lestari. Gadis cantik, jahil, dan nakal itu sukses memenuhi hari-hari seriusnya. Alaska selalu mengatainya 'bocah nakal'. Namun, karena suatu peristiwa tak terduga, sang CEO dingin itu harus terus terikat pada gadis yang selalu ia anggap pengganggu. Mampukah Alaska menjaga rahasia penyamarannya, sementara hatinya mulai ditarik oleh 'bocah nakal' yang seharusnya ia hindari?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BabyCaca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13 - Alaska Yang Linglung

Hari pertama kehilangan Arum, semua teman-teman Arum belum curiga. Mungkin mereka mengira gadis itu hanya sakit dan tidak masuk sekolah. Mereka masih percaya Arum akan muncul di kelas dengan tawa ringannya seperti biasa. Namun hari-hari berlalu, bahkan hampir satu bulan, dan bayangan Arum tetap tidak terlihat di mana pun. Di kantin, di gerbang sekolah, di bangku favoritnya ketika jam istirahat semua kosong.

Keempat teman dekat Arum sudah beberapa kali bertanya kepada tetangga sekitar rumahnya. Namun jawaban yang mereka dapatkan selalu sama: keluarga Sarah sudah pindah ke Sumatera. Tidak seorang pun tahu kapan tepatnya mereka pergi atau ke mana tujuan pastinya. Rumah itu pun kini sudah menjadi milik orang lain, seolah kehidupan Arum benar-benar terhapus begitu saja dari lingkungan itu.

Seperti hari ini, suasana kelas terasa lengang meski semua murid sibuk dengan buku pelajaran. Amanda terlihat termenung di sudut kelas, memandangi halaman buku tanpa benar-benar membaca isinya.

Hari ini adalah jadwal Alaska mengajar, dan biasanya suasana kelas tegang karena pria itu terkenal dingin. Namun bagi Amanda, itu tidak ada bedanya kekhawatiran tentang Arum jauh lebih besar dari rasa takut pada guru killer itu.

Teng… teng…

Bel istirahat berbunyi keras, membuat beberapa murid terkejut. Semua orang mulai meninggalkan kelas satu per satu. Kursi berderit, langkah kaki berseliweran, suara obrolan bercampur menjadi keributan kecil khas waktu istirahat.

Namun Alaska tetap duduk di kursinya di meja guru, merapikan tumpukan buku pelajaran yang baru saja dikumpulkan murid-muridnya. Sesekali dia membalik halaman, seolah menghindari fokusnya dari keributan di luar.

Saat itulah tiga murid masuk ke kelas menghampiri Amanda. Gadis itu mengangkat kepala perlahan, menatap sahabat-sahabatnya dengan wajah lemas. Tia duduk di sampingnya, sementara Farel dan Dilan berdiri di depan mereka dengan ekspresi muram.

“Bukan kah ini sudah sama dengan orang hilang? Kita bisa saja laporkan ini ke polisi,” ucap Farel datar, namun matanya menunjukkan kegelisahan.

“Bagaimana? Apa kita ada bukti? Mana tau Arum pindah dengan ibunya ke Sumatera, kita tidak tau asal lapor saja,” kesal Tia kepada Farel.

“Tapi masalahnya dia nggak ada surat pindah, cuma absen. Apa dia tidak mau lanjut sekolah? Mau berhenti begitu saja?” tanya Dilan kesal kepada Tia, suaranya sedikit meninggi karena emosi.

“Dilan, tapi bagaimana? Kita semua sama-sama khawatir sama Arum, tapi kita nggak bisa ngapa-ngapain. Terakhir kali dia bilang mau balik sendiri, dan sampai sekarang hiks hiks…” tangis Amanda pecah tak tertahankan.

Tia langsung memeluk Amanda erat, mencoba menenangkan gadis itu. Dilan dan Farel saling pandang, keduanya sadar mereka sebenarnya sama takutnya. Mereka takut kemungkinan terburuk. Mereka takut Arum terluka. Mereka takut mereka terlambat menyelamatkannya.

Sementara itu, Alaska yang masih berada di kelas mendengar percakapan mereka dengan jelas. Pria itu mendongak pelan, menatap tiga sahabat Arum yang sedang berusaha menenangkan Amanda. Sebuah rasa ganjil muncul di dada Alaska. Awalnya dia tak peduli dengan kepergian Arum. Menurutnya gadis itu hanya suka membuat keributan dan mengganggu ketenangannya.

Namun kini, setelah satu bulan berlalu, rasa aneh itu semakin menjadi. Dia menutup bukunya, berdiri, dan keluar kelas tanpa suara. Langkahnya panjang namun berat, seolah dipaksa oleh pikirannya sendiri untuk bergerak. Dia masuk ke ruangannya, menutup pintu, dan duduk di kursi hitam besar itu sambil menekan pelipisnya.

Ya… awalnya dia benar-benar tidak peduli. Tapi entah kenapa, memikirkan Arum tiba-tiba menghilang seperti itu membuat dadanya sesak. Selain itu, laporan tentang intensitas pergerakan lawan bisnis Arnolda di wilayah itu juga menghilang tiba-tiba, membuat semuanya semakin mencurigakan.

“Arghh… sial. Kenapa aku ikut kepikiran? Tapi ini beneran sudah sebulan. Apa gadis itu ingin berhenti sekolah? Apa dia pikir sekolah semudah itu?” helanya berat sambil menatap meja kerja.

“Bukan karena aku peduli… tapi karena aku kasihan melihat teman-temannya,” gumamnya, meski dia sendiri tidak yakin apakah itu alasan utamanya.

Pria itu menekan sebuah tombol di telepon meja.

Jeff Smith.

Panggilan berdering sebentar sebelum Jeff mengangkatnya. Alaska berdiri sambil menatap kursinya yang masih terlihat bekas lem yang pernah Arum tumpahkan dulu. Dia teringat wajah jahil gadis itu senyumnya yang lebar, ekspresinya yang kelewat polos saat tertangkap basah mengusilinya.

“Jeff, bantu aku cari seorang gadis,” ucap Alaska tegas.

“Siapa, Tuan? Bukankah mereka sudah tidak ada pergerakan? Apa mereka mau menyerang?” tanya Jeff kaget, langsung menebak hal-hal berbahaya.

“Bukan, bodoh. Aku belum selesai bicara,” kesal Alaska.

“Hehe… maaf, Tuan,” Jeff garuk-garuk kepala.

“Sekar Arum Lestari. Dia murid di sini. Kau cari tahu di mana dia berada sekarang. Kirimkan semua file-nya jika kau sudah menemukan,” ucap Alaska.

“Seorang gadis? Murid Anda? Untuk apa? Tuan apa jangan-jangan Anda…?” Jeff menggoda dengan suara kecil.

“Jeff. Aku tau maksudmu. Sialan. Itu tidak seperti yang kau bayangkan. Ini hanya karena aku kasihan. Dia sempat mengusiliku,” ketus Alaska.

“Baiklah. Saya akan meneruskan pesan ini ke Tuan Sadam agar lebih cepat menemukan informasinya,” jawab Jeff.

“Terserah. Aku tunggu,” ujar Alaska ketus lalu mematikan panggilan.

Jeff menatap layar ponselnya yang mati lalu mendecak kecil. Dia bisa saja bersumpah bahwa Alaska sedikit tertarik pada gadis itu, tapi pria itu selalu menyangkal.

“Tuan-tuan… memang anak Arnolda itu sifatnya sama. Gengsi. Tapi… kenapa masih bocil SMA? Ih pedo,” gumam Jeff merinding sendiri.

“Kalau Tuan tahu aku bicara seperti ini, dia pasti akan membunuhku,” lanjutnya cepat sambil kembali bekerja.

Jam berlalu. Alaska kini berada di perusahaan untuk rapat penting dengan klien luar negeri. Namun pikiran pria itu kacau. Dia bahkan tidak bisa fokus membaca laporan.

“Tuan! Tuan!!!” Jeff akhirnya berteriak menyadarkan Alaska dari lamunan.

“Hah? Apa?!” bentak Alaska, membuat Jeff refleks mundur.

“Maaf… sepertinya Tuan Arnolda hari ini dalam performa yang buruk. Kami akan mengatur ulang meeting hari ini. Saya kurang puas dengan penjelasan perusahaan kalian,” ucap klien dengan wajah kecewa, lalu pergi sebelum Alaska sempat bicara.

Jeff menyalami klien itu dan meminta maaf. Setelah mereka keluar, Jeff menghela napas panjang. Dia melirik Alaska yang kini memutar kursinya menghadap jendela besar, menatap Jakarta yang mulai dihiasi langit jingga senja.

“Tuan, Anda ini kenapa? Tiba-tiba diam, tiba-tiba nggak fokus. Anda mikirin apa? Apa Anda rindu Tuan Besar dan Nyonya?” tanya Jeff frustrasi.

Ya… rapat ini sudah dipersiapkan sejak minggu lalu, tapi Alaska malah mengacaukannya. Untung dia CEO. Sementara itu, Axel dan Clara sedang liburan keliling dunia, menikmati masa pensiun tanpa memikirkan perusahaan.

“Bahkan aku sedikit tenang karena Mommy pergi. Tidak ada yang menyuruhku menikah! Kenapa kau membentakku?! Sialan! Aku ini CEO-nya! Kau mau kupotong gaji?!” teriak Alaska.

Jeff menatapnya datar.

Dalam hati dia hanya bisa berkata:

‘Tuh kan… tiba-tiba diam, tiba-tiba begini, tiba-tiba marah. Pokoknya serba tiba-tiba. Dan aku juga yang dimarahin.’

...----------------...

Halo reader! Jangan lupa vote cerita ini untuk bantu novel ini terus berkembang. Terima kasih banyak!

1
kalea rizuky
loo siapa kah itu
kalea rizuky
lnjut donk thor
kalea rizuky
goblok sok jagoan ama ibu tiri lampir aja kalah bodoh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!