Aku Hanya Putri Palsu

Pesannya sama sekali tidak dibalas. Hanya tanda centang dua yang terlihat. Entah mengapa sifat Roni hari ini berubah drastis.

Siska masih duduk di kursi ruang kerja. Menyadarkan punggungnya, benar-benar terasa kacau. Apa kesalahannya? Mata wanita itu sedikit melirik pada papan nama berisikan jabatannya.

Posisinya saat ini sebagai direktur dari perusahaan milik keluarga. Kembali Siska mengirimkan pesan, bagaikan mengemis akan cinta.

Entah kenapa wanita karier keren mandiri ini, berubah setelah menjalin hubungan dengan Roni, dari wanita berkelas, menjadi budak cinta seorang Roni.

'Sayang, kamu sudah makan?'

Sebuah pertanyaan lewat pesan. Pada akhirnya balasan didapatkan olehnya.

'Kamu mengirimkan pesan padaku seperti teror pinjaman online. Aku bosan dengan tingkah posesifmu.'

Siska menghela napas, menahan air matanya yang hampir mengalir karena cintanya pada spesies biawak. Padahal Amelia benar, daripada pacaran dengan biawak, lebih baik pacaran dengan dokter hewan, agar biawaknya disuntik mati sekalian oleh sang dokter hewan. Tapi memang dasar bucin, pada akhirnya Siska membalasnya.

'Aku tidak bermaksud begitu. Cuma perhatian saja. Itu karena aku sayang kamu.'

Balasan cukup lama didapatkannya. Menghela napas berusaha untuk kembali bekerja. Walaupun banyak hal yang mengganjal pikirannya.

Ada apa dengan Roni? Apa dia sudah tidak cinta lagi? What's wrong with my honey? Tidak mungkin bukan Roni beralih pada wanita lain hanya karena dirinya tidak bersedia memberikan keperawanannya?

Tapi jika diberikan itu artinya menyerahkan hidupnya pada Roni. Dirinya sama sekali tidak dapat mundur. Namun, pertaruhannya adalah kehilangan cinta kekasihnya.

Air mata Siska mengalir. Wanita yang mengelap air matanya, kemudian mengeluarkan ingusnya barulah kembali bekerja.

Matanya kembali tertuju pada handphonenya. Menunggu balasan sama sekali tidak tenang. Hingga sesuatu menarik perhatiannya. Foto profil mantan adik laknatnya berubah.

Kali ini bukan foto Amelia seorang diri. Tapi foto Amelia bersama seorang pemuda rupawan. Siska memincingkan matanya memastikan penglihatannya. Benar-benar Amelia, disamping seorang pemuda dengan senyuman bersahaja, bak malaikat. Adiknya Dajjal, tapi pacarnya angel. Memang dunia ini sudah gila.

"Tapi bukankah ini sedikit berlawanan dengan Tristan?" Gumam Siska yang galaunya beralih ke kehidupan pribadi mantan adiknya.

Hingga hal lebih aneh lagi terlihat. Kali ini foto profil Tristan berubah, menjadi Tiara.

"Daebak! Astaga! Amazing! Anj*ing! Pantas saja Amelia tidak menyukai Tiara. Ternyata..." Siska menghela napas, berusaha berpikir lebih positif."Tapi memang jika aku seorang pria, Tiara memang terlihat jauh lebih baik dari Amelia yang bahkan tersenyum seperti boneka Annabelle, perintahnya seperti Adolf Hitler, murkanya bagaikan Pain."

"Syukurlah Roni pria yang baik dan setia. Tidak seperti Tristan yang diperjuangkan setengah mati oleh Amelia." Lagi-lagi wanita yang tidak merasa telah dikhianati ini bergumam.

Hingga...pada akhirnya pesan miliknya dibalas oleh Roni tercinta. Biawak pilihan yang paling tampan, dijamin tidak akan terkena guna-guna ajian jaran goyang.

'Aku rasa kita harus introspeksi diri. Selama ini aku sudah cukup bersabar dengan tingkah posesifmu. Dalam hubungan ini hanya aku yang berkorban sedangkan kamu tidak. Kamu tidak pernah menghargaiku sebagai kekasih.'

Kembali Siska galau, ini karena salah paham. Apa Roni mengira dirinya tidak serius karena tidak mau memberikan malam pertama sebelum pernikahan? Siska membalas, sedikit tidak yakin.

'Apa ini karena aku selalu menolak berhubungan badan?'

Balasan dengan cepat didapatkannya.

'Itu artinya tidak ada kepercayaan diantara kita.'

Itulah balasan dari pemuda yang otaknya hanya ada diantara paha wanita. Jawaban soal pengorbanan cinta sejati, tapi sejatinya mengkhianati.

Siska kembali membalas, antara bimbang dan berurai air mata.

'Kalau aku bersedia apa hubungan ini bisa dipertahankan?'

Sayangnya biawak ini sudah terhipnotis cinta komodo. Hingga pada akhirnya Roni membalas.

'Kamu sebagai wanita tidak akan paham arti sebuah kepercayaan. Karena itu sebaiknya kita break. Kalau sudah tenang baru pikirkan bagaimana membangun sebuah kepercayaan.'

Pada akhirnya nomor Siska di blokir. Sungguh tega dikau menyakiti perasaan daku yang halus bagaikan bulu kucing anggora.

Air matanya mengalir, mengingat bagaimana Roni menyatakan cinta padanya, bagaimana perjuangan kekasihnya untuk diterima. Bagaimana bisa hubungan yang harmonis dapat seperti ini. Apa dirinya yang salah? Memang banyak wanita yang tidak perawan sebelum pernikahan. Tapi... tapi... bagaimana kalau kata-kata Amelia benar, bukankah Roni dapat mengkhianatinya?

Tapi...tapi...di sisi lain dirinya tidak ingin kehilangan Roni.

Pada akhirnya keputusan besar diambil olehnya. Keputusan yang akan diambil wanita maupun, yaitu... curhat.

Jemari tangannya bergerak menghubungi, Amelia. Tapi tidak jadi, mengingat Amelia menentang hubungannya dan Roni. Tentu dirinya harus curhat pada yang lebih mendukung, agar cintanya langgeng.

Pada akhirnya Siska memutuskan untuk menghubungi Tiara.

Namun tidak ada jawaban sama sekali. Ini aneh, bukankah sudah jam pulang sekolah? Matanya melirik ke arah matahari yang hampir terbenam. Tidak! Ini sudah hampir jam pulang kantor.

Menghela napas, apa mungkin adik kandungnya yang baik bagaikan malaikat sedang mandi?

Pada akhirnya dirinya dengan amat sangat terpaksa menghubungi Amelia. Menunggu cukup lama hingga panggilannya diangkat.

"Halo, Amelia---" Kalimat Siska terhenti kala suara seorang pemuda yang terdengar.

"Ha...halo, Amelia sedang mandi. A...aku pacarnya. Apa ada pesan?" Kalimat dari seorang pemuda terdengar gugup.

"Pa... pacarnya? Mandi!?" Lagi-lagi rasa galau dalam diri Siska lenyap. Seorang pria dan Amelia mandi? Pikirannya berisikan adegan 21 tahun keatas antara sepasang anak SMU.

"Ma... maaf, ka...kamu kakaknya Amelia? Namaku Savier, ka...kami tidak macam-macam. Aku menunggu Amelia di ruang tamu. Ada pelayan juga. Amelia begitu berharga bagiku, aku tidak akan merusaknya." Sungguh suara, kalimatnya menyejukkan telinga. Darimana Amelia sebenarnya mendapatkan malaikat semacam ini.

"Kamu benar-benar tidak macam-macam pada adikku?" Tanya Siska lagi memastikan.

"A...aku minta maaf, kita belum pernah bertemu sebelumnya. A...aku dari keluarga kalangan bawah, memang tidak pantas untuk Amelia. Ta...tapi aku mencintainya." Kalimat yang terdengar canggung dan gugup.

Gila! Amelia mendapatkan spesies pria peliharaan macam ini. Wajah polos, suara polos, kata-katanya bagaikan sayap malaikat.

"Amelia yang membawamu ke rumahku?" Tanya Siska lagi.

"Iya...ada suara mobil. Sepertinya ada yang datang, maaf telepon akan aku tutup. Apa ada pesan untuk Amelia?" Tanya Savier dari seberang sana.

"Katakan, aku akan segera pulang." Ucap Siska mematikan panggilannya. Penasaran setengah mati dengan pacar dari mantan adiknya. Hingga mungkin dirinya melupakan sesuatu, rasa galau karena diblokir oleh biawak.

Wanita yang bergegas menuju rumahnya. Pacar Amelia terdengar seperti malaikat. Gila! Kalau sampai ayah dan ibunya tahu, sudah pasti pemuda itu akan diintimidasi. Sedangkan Amelia yang sudah seperti setan tidak mungkin membela pacarnya yang miskin. Hinaan akan didapatkan oleh pria tidak bersalah. Melihat foto dan mendengar suaranya saja membuat Siska iba.

Melajukan mobilnya hingga memasuki tempat parkir. Matanya menelisik, hanya ada mobil milik Amelia dan mobil milik kedua orang tuanya.

Bergegas turun dari mobil. Dirinya bergerak dengan cepat.

"Agh!" Suara pekikan seorang pemuda terdengar.

Sudah pasti ini perbuatan ayahnya? Atau mungkin ibunya? Amelia? Melukai makhluk tidak berdosa.

Tapi kala membuka pintu sesuatu membuat Siska tidak dapat berkata-kata.