Nalea, putri bungsu keluarga Hersa, ternyata tertukar. Ia dibesarkan di lingkungan yang keras dan kelam. Setelah 20 tahun, Nalea bersumpah untuk meninggalkan kehidupan lamanya dan berniat menjadi putri keluarga yang baik.
Namun, kepulangan Nalea nyatanya disambut dingin. Di bawah pengaruh sang putri palsu. Keluarga Hersa terus memandang Nalea sebagai anak liar yang tidak berpendidikan. Hingga akhirnya, ia tewas di tangan keluarganya sendiri.
Namun, Tuhan berbelas kasih. Nalea terlahir kembali tepat di hari saat dia menginjakkan kakinya di keluarga Hersa.Suara hatinya mengubah takdir dan membantunya merebut satu persatu yang seharusnya menjadi miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Dew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Kayzo berdecak jijik. Ia menatap Devano dengan tatapan menghina.
“Kau pikir Krayrock kekurangan uang, Devano? Dua puluh lima juta itu hanya uang rokok untukku,” kata Kayzo dengan nada meremehkan. “Dan aku bukan penjahat wanita, sialan! Kingbash mungkin masih bermain dengan wanita sebagai hadiah, tapi Krayrock sudah melewati level sampah itu.”
Kayzo mendorong kursinya mundur, berdiri tegak. Aura kepemimpinannya langsung memenuhi ruangan.
“Telepon Morgan,” perintah Kayzo. “Bilang padanya, aku tidak tertarik dengan hadiah murahan seperti itu. Ganti hadiahnya. Aku mau 3 club malam di bawah kekuasaan Kingbash. Jika dia tidak mau, atau hadiahnya masih sama, cari saja orang lain untuk diajak balapan. Krayrock tidak akan merendahkan diri untuk bermain receh.”
“Tapi, Kayzo…”
“Jika aku kalah, akan aku berikan setengah wilayah kekuasaan Krayrock, 1 unit mobil Rubicon dan tentu saja pabrik bir yang ada di kawasan Utara Jakarta sebagai hadiahnya,” ucap Kayzo begitu ringan, Devano menelan ludahnya setelah mendengarkan hal itu
“Jangan, Kay! Itu semua-”
“Lakukan saja, Devano!” bentak Kayzo. “Dan ingat, fokus utamamu adalah Nalea. Jika terjadi sesuatu padanya, aku akan membuat hidupmu lebih buruk daripada di neraka.”
Tanpa menunggu balasan Devano, Kayzo tiba-tiba saja pergi. Ia meraih kunci mobilnya.
“Aku akan keluar sebentar. Jaga markas. Dan pastikan laporan pengawasan Nalea ada di mejaku besok pagi. Setiap detailnya, Devano. Jangan sampai terlewatkan!”
Devano hanya bisa menghela napas kasar, memandangi pintu yang baru saja dibanting. Ia tidak mengerti obsesi Kayzo terhadap Nalea, tetapi ia tahu, perintah Kayzo adalah hukum. Di mata Kayzo, Nalea Shara lebih berharga daripada seluruh kekuasaan Krayrock.
...*********...
Mobil Zavian menepi di pinggir jalan yang ramai, mesinnya dimatikan. Di sampingnya, Mutiara tengah menangis tergugu, menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ketakutan mendengar suara hati Nalea mengenai wedang jahe beracun itu terlalu berat untuk diterima.
“Jika semua perkataan Nalea benar, merupakan kebodohan yang telak bagi Mamah,” isak Mutiara, suaranya tercekat. “Aku telah salah menyayangi seseorang. Aku telah menyayangi orang yang jahat dan berhati iblis.”
Zavian memeluk tubuh Mamahnya, berusaha menenangkan. Wajahnya juga tegang, dipenuhi amarah dan ketakutan.
“Vian, kau dengar itu, Nak? Wedang jahe itu telah diracuni? Lalu Lea…” Mutiara tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Ia teringat bagaimana Nalea dengan cepat meneguk cairan itu, mengorbankan diri demi dirinya.
“Iya, Vian juga mendengarnya, Mah,” ujar Zavian, suaranya rendah dan dipenuhi kepastian. “Makanya saat itu Vian langsung muncul dan berpura-pura mengajak Mamah pergi. Kita harus mencari kebenaran, Mah. Kita harus segera Medical Check-Up.”
Mutiara menggeleng panik. “Tapi kita tidak bisa pergi ke Rumah Sakit Keluarga, Nak. Di sana… pasti ada mata-mata Sisilia dan Lidya. Mereka pasti akan tahu.”
“Kita cari rumah sakit lain, Mah. Rumah sakit yang jauh. Kita akan lakukan malam ini juga,” putus Zavian, tekadnya bulat. “Kita akan membalas semua kebodohan kita.”
Zavian kembali menyalakan mobil, menatap jalanan di depannya dengan tatapan yang penuh perhitungan. Ia tahu, pertarungan mereka baru saja dimulai.
Di ruang tamu, suasana terasa mencekam dan dingin. Sisilia duduk di sofa, memasang wajah cemberut. Ia sudah mencoba memberitahu Lidya, tetapi Nalea terus mengikutinya seperti bayangan.
Sisilia bangkit, mencoba berjalan menuju dapur, tetapi Nalea langsung menghalangi jalannya.
“Mau ke mana, Sisil?” tanya Nalea, nadanya santai, tetapi matanya mengunci Sisilia.
“Tentu saja mau ke dapur! Aku mau ambil minum!” gerutu Sisilia.
“Biar aku ambilkan,” balas Nalea, tanpa beranjak.
Dasar pengganggu sialan! Aku harus segera memberitahu Ibu bahwa Mutiara dan Zavian sedang pergi!
“Berhenti!” Nalea tiba-tiba meninggikan suara, langkahnya maju satu langkah. Sisilia tersentak.
Sudah cukup kamu berpura-pura baik! Stop menjadi Cinderella, yang sebenarnya kamu adalah siluman rubah! Aku tahu semua rencanamu, termasuk wedang jahe terkutuk itu.
Sisilia, yang tidak mendengar suara hati Nalea, tetapi melihat amarah di mata Nalea, mulai takut.
“A-apa maksud kamu, Nalea?” Sisilia tergagap, berpura-pura bodoh dan lugu. “Aku tidak mengerti. Kenapa kamu terus menggangguku?”
Nalea menyeringai dingin. “Aku hanya ingin memastikan, Nona Sisilia, bahwa semua anggota keluarga ini aman dan tidak teracuni. Kau tahu, beberapa orang sangat suka menyamar sebagai Malaikat sementara di baliknya mereka adalah Iblis pencabut nyawa.”
Aku tidak akan membiarkan kalian berdua menghancurkan apa pun di rumah ini lagi. Jika kau membahayakan keluargaku, aku tidak akan diam. Kau akan berhadapan langsung dengan Ratu Black Rat.
Sisilia mencoba berkilah dengan suara memelas. “Kak Nalea… aku tidak mengerti! Aku tidak melakukan apa-apa! Jangan menuduhku!”
“Jangan berkilah. Aku tahu setiap langkahmu, Sisilia,” bisik Nalea. “Mulai sekarang, kau tidak akan punya celah untuk bernapas. Kau akan berada di bawah pengawasanku 24 jam.”
Tiba-tiba, suara langkah kaki tergesa-gesa terdengar. Lidya muncul dari pintu belakang, wajahnya panik. Dari raut wajahnya, Sisilia begitu tertekan. Dia harus menolong anaknya untuk keluar dari kemelut yang ada.
“Lea, silahkan makanan sudah siap di meja makan. Tuan berpesan agar kamu makan saja terlebih dahulu. Pastikan kamu juga mencuci tangan dengan bersih,” ucap Lidya dengan malas, saat berbicara bahkan tak melihat wajah Nalea sama sekali.
Nalea berjalan mendekati Lidya dengan langkah khasnya, matanya tajam menusuk teringat bagaimana dia telah melukai sang ayah di kehidupan lalu. Matanya penuh intimidasi, Lidya pura-pura tak melihat tetapi tubuhnya tak bisa berbohong, bulu kuduknya berdiri tegak.
“Tadi, kamu panggil saya apa?” suaranya tegas, sangat mengancam.
“Lea.”
Plak!
“Coba ulangi? Telinga saya budek!” nada suaranya lebih keras, membuat Lidya tersentak kaget, apalagi rasa perih dan kebas di pipinya masih terasa.
Lidya telah salah langkah, rupanya gadis ini tak mudah untuk diremehkan.
“Nama kamu Nalea, bukan? Jadi saya memanggil nama kamu Lea tidak salah bukan? Memang dasar didikan preman, berbuat kasar seenaknya! Saya ingin lebih tua dari pada kamu!” tantang Lidya tak takut-takut.
“Bibi Lidya,” panggil Nalea, nadanya dingin dan penuh penekanan. “ Aku peringatkan, bersikaplah layaknya pelayan, hormat kepada majikan. Status kamu di sini hanyalah pembantu alias babu,” ucap Nalea memberi tekanan pada kata babu.
Lidya mendidih, tetapi amarahnya tidak sebanding dengan ketakutannya saat mendengar suara hati Nalea yang baru saja menyebutnya pembantu.
“Saya tidak terima!” Lidya balas membentak, melepaskan semua kepura-puraannya. “Nalea, kamu hanya orang luar! Anak liar yang dibuang! Kamu tak pantas menjadi bagian keluarga Hersa yang terhormat!”
Nalea melangkah mendekat, matanya menatap Lidya dengan api kemarahan.
“Bagaimanapun juga, Bibi Lidya,” ujar Nalea, suaranya pelan dan mengancam. “Aku memiliki darah keturunan Hersa yang sah. Aku adalah putri kandung mereka. Bukan anak haram seperti Sisilia, yang sampai detik ini, ayahnya tak jelas siapa.”
Deg! Deg! Deg!
Lidya tersentak hebat, wajahnya pucat pasi. Sisilia juga terkejut, menatap ibunya. Mereka tidak menyangka Nalea akan melontarkan fakta yang mereka sembunyikan rapat-rapat.
Lidya gemetar. “Tutup mulutmu, Nalea! Kau tidak tahu apa yang kau bicarakan!”
“Aku tahu, Bibi Lidya,” balas Nalea, menyeringai sinis. “Aku tahu semua. Aku tahu persis bagaimana kau merangkak masuk ke rumah ini. Dan aku tahu persis siapa ayah Sisilia.”
mana ada darah manusia lebih rendah derajatnya daripada seekor anjingg🥹🥹🤬🤬🤬