NovelToon NovelToon
Menguasai Petir Dari Hogwarts

Menguasai Petir Dari Hogwarts

Status: sedang berlangsung
Genre:Akademi Sihir / Fantasi / Slice of Life / Action
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Zikisri

Nama Ethan Cross dikenal di seluruh dunia sihir sebagai legenda hidup.

Profesor pelatihan taktis di Hogwarts, mantan juara Duel Sihir Internasional, dan penerima Medali Ksatria Merlin Kelas Satu — penyihir yang mampu mengendalikan petir hanya dengan satu gerakan tongkatnya.

Bagi para murid, ia bukan sekadar guru. Ethan adalah sosok yang menakutkan dan menginspirasi sekaligus, pria yang setiap tahun memimpin latihan perang di lapangan Hogwarts, mengajarkan arti kekuatan dan pengendalian diri.

Namun jauh sebelum menjadi legenda, Ethan hanyalah penyihir muda dari Godric’s Hollow yang ingin hidup damai di tengah dunia yang diliputi ketakutan. Hingga suatu malam, petir menjawab panggilannya — dan takdir pun mulai berputar.

“Aku tidak mencari pertempuran,” katanya menatap langit yang bergemuruh.

“Tapi jika harus bertarung… aku tidak akan kalah dari siapa pun.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zikisri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 34 — Kunjungan ke Gubuk Hagrid

“Mungkin sebaiknya aku pindahkan daun bawang yang kutanam di sini,” gumam Ethan sambil menatap kebun kecil yang dipenuhi sayuran segar. “Daun bawangku selalu tertimbun tanah dan tak pernah kena matahari. Wajar saja kalau makin layu akhir-akhir ini.”

Melihat warna hijau yang menenangkan di kebun itu, suasana hatinya langsung membaik. Langkah Ethan pun terasa lebih ringan ketika ia menuruni jalan setapak menuju gubuk di tepi hutan. Udara lembap dan aroma tanah basah membuat tempat itu terasa seperti dunia kecil yang terpisah dari hiruk-pikuk Hogwarts.

“Hagrid! Hagrid! Kau di dalam?” teriak Ethan sambil mengetuk pintu kayu besar yang terlihat seperti bisa runtuh kapan saja.

Pintu gubuk itu berderit terbuka.

Hagrid, dengan tubuhnya yang menjulang seperti raksasa, keluar sambil tersenyum lebar. “Ethan! Sudah lama tak kulihat kau! Masuk, masuklah!”

Ethan tersenyum kecil. “Terima kasih, Hagrid.”

Begitu melangkah ke dalam, aroma kayu dan rempah kering langsung menyergap hidungnya. Gubuk Hagrid ternyata hanya memiliki satu ruangan besar—ada ham dan sosis tergantung di langit-langit, burung pegar yang sudah diawetkan, perapian hangat, meja kayu besar, dan kursi-kursi kokoh yang sepertinya dibuat sendiri. Di pojok ruangan ada tempat tidur lebar bertumpuk selimut perca, dan di dinding tergantung mantel, kapak, serta busur silang besar. Di dekat sofa, Ethan memperhatikan sebuah payung merah muda yang tampak mencolok.

“Rumahmu memang kecil, tapi terasa nyaman. Semua yang kau butuhkan ada di sini,” kata Ethan dengan nada kagum.

“Haha, jangan dilebih-lebihkan. Tempatku ini cuma gubuk reyot,” jawab Hagrid sambil menggaruk janggutnya. “Tapi senang sekali kau datang. Ada angin apa hari ini?”

“Aku sudah lama ingin mampir, tapi sejak masuk sekolah aku sibuk menyesuaikan diri. Hari ini suasana hatiku sedang bagus, jadi kupikir aku mampir saja.” Ethan tersenyum, meletakkan sekantong besar di atas meja.

“Aku senang sekali kau datang, Ethan. Ah, dan selamat sudah resmi jadi siswa Hogwarts!” kata Hagrid dengan tawa hangat. Namun, senyum di wajahnya mendadak berubah heran ketika matanya menangkap jubah berwarna hijau tua yang Ethan kenakan. “Astaga… kau masuk Slytherin?”

Ethan mengangguk, sedikit kaku. “Iya. Aku juga kaget waktu Topi Seleksi memutuskan begitu.”

“Padahal aku ingat kau bilang bukan kelahiran Muggle. Tapi tetap saja, jarang ada siswa seperti kau yang masuk Slytherin,” ucap Hagrid, nadanya campuran antara bingung dan penasaran.

Ethan menahan tawa kecil. “Aku juga selalu curiga Topi Seleksi itu punya masalah. Saat kupakai, dia sempat bilang aku cocok di Ravenclaw. Tapi aku membantah beberapa kali… dan kupikir dia kesal. Akhirnya malah memasukkanku ke Slytherin. Jadi kurasa topi itu dendam padaku.”

Hagrid menatapnya lebar-lebar, nyaris tak percaya. “Astaga! Tapi katanya Topi Seleksi nggak pernah salah. Apa kau melakukan sesuatu yang membuatnya marah?”

Ethan hanya mengangkat bahu. Mungkin menantangnya terlalu keras? pikirnya dalam hati.

“Sekarang setelah kau di Slytherin… mereka tidak mengganggumu, kan? Kau tahu sendiri, sebagian besar dari mereka anak keluarga darah murni yang sombong. Banyak penyihir hitam juga berasal dari sana,” ujar Hagrid khawatir. “Kau harus berhati-hati.”

Ethan menatap wajah tulus itu, lalu tersenyum tipis. Ia tidak yakin apakah Hagrid khawatir ia akan disakiti — atau takut ia akan berubah seperti mereka.

“Tenang saja, Hagrid. Aku hampir selalu di asrama, nggak banyak berurusan dengan orang lain. Lagipula…” Ethan mencondongkan badan ke meja. “Aku sebenarnya datang ke sini bukan mau bahas itu. Lihat ini.”

Ia membuka kantong besar di atas meja. Di dalamnya ada beragam bumbu — saus sambal, kecap asin, daun salam, biji wijen, dan pasta wijen. Aromanya langsung memenuhi ruangan.

“Aku bosan makan di aula besar. Rasanya itu-itu saja. Aku lihat kau punya kebun sayur yang lumayan di luar. Gimana kalau hari ini aku masak untukmu?” ujarnya dengan nada bersemangat.

Hagrid langsung tertawa lebar. Ia masih ingat jelas rasa tumis hati naga buatan Ethan beberapa waktu lalu — hidangan yang aneh tapi luar biasa lezat.

“Bagus sekali, bagus! Kau datang di waktu yang tepat. Aku baru dapat beberapa bahan bagus dari Profesor Kettleburn.”

Hagrid berjalan ke lemari besar di sudut ruangan dan membuka pintunya. Udara dingin keluar dari dalam, seperti lemari es raksasa. “Lihat ini. Sepotong besar daging babi hutan Teebo. Profesor Kettleburn kirim minggu lalu.”

Ethan membelalak. Potongan daging itu… bukan sekadar besar. Itu sebesar tubuh babi utuh di dunia Muggle, mungkin malah lebih besar. “Kau yakin ini bisa dimakan?” tanyanya ragu.

“Tentu saja! Dagingnya lebih kenyal dari daging biasa. Aku rencananya mau gunakan untuk membuat ham. Tapi sebagian mau kuberikan untuk Fluffy Dogs—anjing milik Kettleburn baru melahirkan, dan dia mau kasih aku satu anaknya. Nanti setelah disapih, aku akan pelihara di sini.”

Ethan hampir tidak bisa mengikuti jalan pikirannya. Jadi… potongan besar daging hewan ajaib ini mau dijadikan makanan anjing?

Ia hanya bisa tertawa kecil. “Kau memang punya logika sendiri, Hagrid.”

Raksasa itu tertawa lebih keras lagi, suaranya memenuhi ruangan. “Nah, kau bantu aku pilih bahan, Ethan. Kita buat makan malam yang layak untuk perayaan kecil, bagaimana?”

Ethan mengangguk. Ia menggulung lengan jubahnya, mulai memotong sayur dengan pisau yang terasa terlalu besar di tangannya. Dari jendela, cahaya sore menembus masuk, memantulkan kilau api dari perapian. Suasana hangat, sederhana, dan terasa seperti rumah.

Untuk sesaat, Ethan lupa bahwa di luar sana dunia sihir penuh dengan rahasia, intrik, dan bahaya. Di gubuk kecil milik Hagrid ini, semuanya terasa damai.

1
Mike Shrye❀∂я
wiiih tulisan nya rapi..... semangat
Zikisri: makasih atas penyemangat nya kk🤭
total 1 replies
Opety Quot's
di tunggu chapter selanjutnya thor
Sertia
Mantap/Good/ lanjutkan
Iqsan Maulana
lumayan bagus ni😁
Iqsan Maulana
next Thor
Hani Andini
next..
king_s1mbaaa s1mbaa
tambahin chapter nya thor...
Reyhan Ramdhan
lanjut thor👍
Zikisri: siap💪
total 1 replies
Reyhan Ramdhan
Bagus, Sangat Rekomen/Good/
Zikisri: thanks 👍
total 1 replies
I Fine
lebih banyak chapter nya thor/Shy/
I Fine
next chapter nya thor💪
Zikisri: Oke 👍
total 1 replies
Niat Pemulihan
nice
Evan Setyawan
Lanjutannya thor👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!