Di balik hutan Alaska, Rowan menikahi cinta pertamanya, Anna. Mereka tinggal di rumah yang ia bangun dengan harapan suatu hari akan di penuhi tawa anak-anak. Tapi Anna belum siap menjadi ibu dan Rowan menghargainya.
-
Kabar tak terduga tiba “Rowan, Anna mengalami pendarahan di Prancis”.
-
Pria muncul di tengah penantian Rowan, Anna tengah mengandung.
“Aku ingin melakukan Tes DNA pada bayi kembar itu!!”
-
Kesetian, Kepercayaan, Penghianatan serta Penantian.
Segelas teh hangat di tengah hutan gelap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kunci kabin
Kicauan burung serta serangga terdengar di hutan belakang rumah, langit nampak cerah tanpa awan-awan Rowan duduk bersandar memegang salah satu foto bayinya. Ini merupakan hari terakhirnya mengambil waktu untuk istirahat menenangkan diri.
“Aku akan membangun tambahan kamar baru, mungkin kolam ini akan di pindahkan” Benjamin duduk di sebelah Rowan yang menutup matanya menikmati sinar matahari.
“Tidak perlu, aku akan mencari rumah baru untuk di tempati” Rowan melihat pada Ayahnya dan memasukan kembali foto yang di pegangnya ke dalam album foto.
“Tinggalah kembali bersama kami, tambahan ruang baru tak akan sulit”
“Ibu mu akan sangat senang jika kau kau tinggal lagi bersama kami” tambahnya.
“Aku tidak ingin selalu merepotkan kalian” Rowan kembali menggelengkan kepala memutar jam tanganya.
"Apa yang kau katakan, beberapa hari yang lalu aku mendengar kabar rumah milik Mr.Ronald akan di jual”
“Aku akan bertanya padanya, rumah itu masih baru tak jauh dari danau di sini” ucapnya.
“Terimakasih ayah, kau selalu peduli padaku walaupun aku telah tumbuh dewasa dan menikah..” ujar Rowan sambil menunduk.
“Kau putraku tentu saja aku akan melakukanyaaa..” Benjamin menepuk punggung Rowan, Rowan tersenyum padanya.
“Masuklah, ibu mu sedang membuat jus nanas di dalam” ia memberikan isyarat, Rowan membuang napas beratnya segera masuk.
......................
Hari-hari telah berlalu, kini Rowan tinggal tak jauh dari rumah orang tuanya membuat Andrew sangat senang ia sering menginap di sana untuk menemaninya.
Rumput-rumput telah berubah warna seperti langit senja, dedaunan di atas bukit tak kalah indah menunjukan warnanya. Hari yang sunyi, terdapat seseorang duduk berbicara sendirian di tengah batu-batu peringatan.
“Selamat pagi, Joseph”
“Lihat ini, ayah menggunakan syal yang di beli oleh bibi Velma”
“Udara semakin dingin saat ini, mungkin salju pertama akan turun dalam waktu dekat”
“Andrew, telah bertambah tinggi dan kini kondisinya telah membaik”
“Nenek beberapa hari lalu telah memangkas semua bunga hydrangeanya, mungkin ia akan menanam bibit baru setelah musim dingin berlalu”
“Ini bunga dari tamannya” Rowan memasukan buket bunga ke dalam vas di depan batu peringatan putranya.
“Ayah dan kakek akan memperbaiki pagar di halaman belakang rumahnya”
“Sampai jumpa minggu depan, Joseph” Rowan mengelus foto putranya dan berjalan pergi dari pemakaman.
“Aku pulangg..” Rowan membuka pintu melepas syalnya segera menuju dapur.
“Ayah telah mulai memperbaiki pagar?” tanyanya pada ibunya sedang memotong lemon.
“Yaaa, aku sudah melarangnya untuk menunggu mu saja”
“Dia tidak mendengarkan sama sekali” Daisy menunjuk suaminya di halaman belakang, Rowan tersenyum tipis segera menuju ayahnya.
“Ayah..” dia mengambil papan kayu dan mulai mengerjakan proses perbaikan, dengan tambahan tangan Rowan proses perbaikan pagar rampung di tengah hari.
“Ini teh lemon mu..” Velma memberikan cangkir pada Rowan ia mengambilnya.
“Ayah masih mengerjakannya sendiri?” tanya Velma melihat pagar yang telah di perbaiki.
“Yaa, dia berkata dirinya masih muda” Rowan meminum teh hangat di tanganya, Velma menggelengkan kepalanya keduanya duduk di halaman belakang menikmati pemandangan musim gugur di hutan belakang.
“Rowan, kau tidak bertemu dengan teman mu lagi?” tanya Velma.
“Max? kami beberapa kali minum bersama” Rowan dengan singkat.
“Bukan, aku tidak mengenalnya. Aku melihatnya berbicara dengan mu di rumah sakit”
“Seorang wanita dengan rambut orange” ujarnya, Rowan mengerutkan dahinya tiba-tiba ia merasakan hangat di tanganya.
“Islaa” ia mengingatnya.
“Namanya Isla, sangat jarang melihat seseorang dengan rambut orange di sini” Velma meminum teh dengan santai.
Rowan kembali mengingat mungkin terakhir kali ia bertemu dengan Isla saat dirumah sakit dan tidak pernah bertemu dengannya kembali setelah semua yang di alaminya, Velma melihat wajah adiknya nampak terkejut dan seperti memikirkan sesuatu ia tersenyum tipis.
......................
“Boss, bagaimana jika akhir pekan kita memancing bersama?” tanya Max dengan antusias masuk ke dalam ruangan kantor Rowan.
“Tidak, apa kau tidak bosan selalu pergi bersama ku?” Rowan masih fokus pada layar komputernya.
“Tentu saja tidak, pergi bersama mu sangat menyenangkan” ujarnya duduk di kursi, Rowan menatapnya dengan curiga setelah mendengar perkataanya.
“Tidak, aku akan mengunjungi teman ku” Rowan mematikan komputernya.
“Apa?? Kau memiliki teman lain!!”
“Dia pria atau seorang wanita??” Max bangkit dari kursinya menatap Rowan dengan tidak percaya.
"Bukan urusan mu” Rowan mengabaikannya ia merapihkan barang-barangnya.
“Katakan padaku Rowannn” ia menghampiri Rowan.
“Heyyy!! Menjauh dari ku” Rowan mendorongnya.
“Lebih baik kau segera mencari pasangan, daripada selalu menghabiskan waktu bersama ku” Rowan mengambil jaket dan kunci mobilnya.
“Rowan, kau menghianati ku” Max menggelengkan kepalanya dengan sedih.
“Cepat pulang atau kau ku kunci di kantor ini” Rowan menatapnya dengan heran.
“Akhh.. Rowan telah berubah..” Max pergi di kantor Rowan menuju kantornya sendiri, Rowan menghela napas melihatnya.
Dalam perjalanan pulang ia menuju toko swalayan untuk membeli beberapa bahan, ia akan membawanya saat esok berkunjung ke kabin Isla di sore hari.
......................
Jari-jari Rowan mengetuk-ngetuk mengikuti irama musik yang di putarnya dalam mobil, langit orange di atas hutan alaska.
Membuka pintu mobilnya, udara yang selalu berbeda dengan hutan lain menerpa wajah Rowan, jalan kecil di penuhi dedaunan yang berguguran, jernihnya air sungai dengan desiran air menenangkan suasana hutan.
Saat sampai ke dekat kabin Isla, beberapa kabin lainya telah selesai di bangun. Seorang pria keluar dari kabin Isla dan mengunci pintu kabin, Rowan menghentikan langkahnya terkejut melihat pria itu.
“Permisi, seorang wanita tinggal di sini apa dia pergi?” tanya Rowan dengan hati-hati.
“Ya, dia telah pergi”
“Kau mengenalnya?” tanya pria itu dan memperhatikan penampilan Rowan dan tas di kedua tanganya.
“Yaa, kami merupakan teman” jawab Rowan.
“Kapan ia kembali?” tanya Rowan berharap Isla hanya pergi untuk urusan mendadak saja.
“Aku tidak mengetahuinya, ia telah pergi dari awal musim semi” ujar.
“Musim semi?” kedua bahu Rowan turun mendengar kabar itu, Isla telah lama pergi rupanya, semangatnya menghilang untuk berbagi cerita denganya.
“Anda memiliki alamatnya?” tanya Rowan terdengar sedikit tergesa-gesa.
“Tidak, aku berkerja pada pemilik kawasan ini di tugaskan untuk merawat kabin-kabin ini” jelasnya.
“Namun jika kau ingin menghubungi pemilik kawasan ini, ini dia kartu alamatnya” pria mengeluarkan kartu di dompetnya, Rowan menerimanya.
“Boss ku sangat jarang tinggal di kota ini, kau bisa menghubunginya melalui email ini” ujarnya.
“Terimakasih” Rowan dengan senyum tipis.
“Tunggu, apa kau Rowan Hale?” tanyanya tiba-tiba.
“Yaaa” Rowan menatapnya dengan heran, ia tidak mengenali pria ini.
“Wanita yang tinggal di sini menyampaikan pesanan khusus untuk mu”
“Jika kau datang suatu hati berikan saja kunci kabin ini, untuk hal lainya sudah di tangani dia”
“Boleh kau tunjukan kartu pengenal mu?” tanyanya, Rowan yang sedikit bingung menunjukan kartu pengenalnya pria itu membuka handponenya dan memeriksa sesaat.
Rowan menatap sekeliling hutan kabin dan menghela napas, ia telah lama melupakan seseorang yang berkali-kali membuka pintu untuknya.
“Baiklah, ternyata benar. Ini dia kunci kedua kabin ini”
“Kau bisa menggunakannya seperti biasa, aku akan datang seminggu sekali untuk melakukan perawat pada kabin ini” jelasnya dan pergi.
“Terimakasih” Rowan menerima kunci itu dan menatap kepergian pria itu.
Menatap kunci di tangannya, Rowan pun membuka kabin itu aroma khas kayu dan hangat tercium ia melihat isi kabin yang tidak berubah saat terakhir kali hanya beberapa barang di tutupi kain untuk melindunginya.
“Benar-benar tidak berubah” Rowan menyalakan lampu kabin, ia meletakan tas belanjaanya berjalan menuju wastafel tersusun beberapa cangkir keramik.
Mengambil salah satu cangkir itu, Rowan teringat cangkir ini merupakan yang Isla gunakan saat pertama kali mereka bertemu. Di antara kotak-kotak bumbu, terdapat kotak yang Isla gunakan untuk menyimpan tehnya Rowan mengambilnya kemudian membuka penutup kotak itu.
Terdapat sebuah note di sana, Rowan segera membacanya.
“Nikmatilah perlahan” kalimat sederhana, Rowan tersenyum membaca note itu.
Ia menghela napas, menyalakan kompor untuk memanaskan air untuk membuat teh itu. Ia merapihkan kain yang menutupi sofa dan duduk di sana menyesap teh hangat di tanganya.
Menatap ke arah rak-rak buku yang tertutup kain juga, ia mengambil salah satu buku yang penah di lihatnya saat itu Isla membacanya.
Saat melihat buku itu terdapat beberapa penanda, buku yang tidak biasa di baca seorang wanita yang tinggal di kabin. Buku mengenai lingkungan Alaska berisikan foto-foto alam alaska.
“Aku tidak mengetahui apapun tentangnya” ucap Rowan setelah membaca bagian-bagian yang di tandai Isla.
Bersandar pada sofa menutup matanya, ia melihat kartu yang di berikan pria itu mengambilnya menatap alamat pemilik kawasan ini yang tinggal di kota yang berbeda dengan Rowan namun masih ada alamat email yang masih dapat ia hubungi.
Rowan menemukan harapanya lagi, mungkin ia bisa menemukan informasi lain tentang Isla.
...----------------...