'Kegagalan adalah sukses yang tertunda.'
'Kegagalan bisa jadi pelajaran dan cambuk untuk terus maju menuju sukses.'
Dan masih banyak kalimat motivasi ditujukan kepada seseorang yang gagal, agar bisa bertahan dan terus berjuang.
Apakah kalimat motivasi itu berlaku dalam dunia asmara?
Nathania gagal menuju pertunangan setelah setahun pacaran serius penuh cinta. Dan Raymond gagal mempertahankan mahligai rumah tangga setelah tiga tahun menikah.
Mereka membuktikan, gagal bukan berarti akhir dari kisah. Melainkan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baru, lebih bernilai. Lahir dari karakter kuat, mandiri dan berani, setelah alami kegagalan.
Ikuti kisahnya di Novel ini: "Ketika Hati Menyatu"
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U. 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 07. KHM
...~•Happy Reading•~...
Di sisi lain ; Nathania yang sudah tiba di kantor berusaha konsentrasi untuk bekerja menyelesaikan pekerjaan yang jadi tanggung jawabnya selama menjalani masa training. Tapi Amelia teman baiknya khawatir.
"Thania, istirahat dulu. Ngga usah paksakan diri. Secara, kerjaanmu ngurusin angka. Kalau salah input, kau akan kerjakan ulang." Amelia mengingatkan, sebab melihat Nathania berulang kali menggelengkan kepala dan berusaha fokus. Dia yakin, kejadian di Mall mempengaruhi konsentrasi Nathania.
"Iya, Amel. Makasih. Aku lihat angka-angka ini, ngga ada satu pun yang masuk ke otakku." Nathania mengakui yang dikatakan Amelia. "Ini aku hanya isi waktu sebelum pulang." Ucap Nathania sambil memberikan isyarat mata ke arah cctv.
Amelia mengangguk dan memberikan jempol. Dia mengerti maksud Nathania, agar tidak terlihat santai pada jam kerja oleh pengawas. Dia membiarkan Nathania dan lakukan aktivitasnya seperti biasa.
Ketika jam kantor berakhir, tanpa menunggu, Nathania mematikan komputer, mengambil tas lalu mengajak Amelia pulang. "Yook..." Dia sudah tidak sabar sampai di rumah untuk menumpahkan beban berat di hati dan kesedihan yang makin menggunung.
Amelia mengangguk. "Pakai maskermu." Bisik Amelia, agar Nathania tidak jadi perhatian karyawan lain di lift. "Kau mau naik mobil?" Bisik Amelia lagi sebelum mereka keluar dari lift di lobby.
"Nggak Amel. Aku mau naik ojol aja, supaya lekas sampai rumah." Nathania berkata sambil mengeluarkan ponsel.
"Kalau begitu, aku juga, deh. Kita pesan ojol aja. Jalanan udah mulai padat." Amelia ikut mengotak-atik ponsel.
"Iya." Tiba di lobby, Nathania dan Amelia melangkah cepat keluar lift.
Ketika berada di luar gedung menuju tempat menunggu jemputan, tiba-tiba terdengar suara memanggil namanya. "Thania...!"
Nathania membeku karena mengenal suara yang memanggil. Sedangkan Amelia langsung melihat ke arah suara. Dia melihat Andy berjalan cepat ke arah mereka. Amelia jadi memegang kuat lengan Nathania.
"Amel, tolong tinggalkan kami." Andy berkata serius kepada Amelia, tetapi Amelia tidak bergerak. Dia terus memperhatikan Nathania yang sedang menarik nafas panjang.
Dia agak menyingkir, setelah Nathania mengangguk ke arahnya. "Ikuti aja, Mel. Tapi jangan tinggalin aku." Bisik Nathania. Amelia mengangguk, mengerti.
Nathania setuju, sebab melihat kondisi emosi dan wajah Andy tidak baik. Dia tidak mau ambil resiko melawan, agar Andy tidak bersikap atau berkata kasar padanya dan Amelia.
Amelia menyingkir sambil memegang erat ponselnya. Supaya kalau terjadi sesuatu dengan Nathania, dia bisa telpon security gedung untuk minta tolong. Hatinya was-was melihat Andy emosional dan wajah memerah. Dia khawatir Andy akan membawa kabur Nathania.
Setelah Amelia menjauh, Andy mendekati Nathania. "Thania. Aku tahu, tidak cukup dengan minta maaf. Tapi aku tetap minta maaf padamu. Tolong beri aku kesempatan untuk memperbaiki dan membuktikan, kalau aku serius denganmu. Aku mencintaimu..." Andy berkata dengan nada suara pelan, tapi serius sambil menatap Nathania.
Andy tidak berani melakukan gerakan untuk lebih mendekat, sebab Nathania berdiri bagaikan pantung dan tangannya memegang erat tas yang tergantung di bahu. Selain itu, dia tahu Amelia sedang mengawasi mereka dari jauh.
Mendengar ucapan Andy, Nathania berpikir keras dan meredam amarahnya. Ingin rasanya dia mengangkat tas dan memukul wajah Andy yang masih berani datang menemuinya. Bahkan berusaha meyakinkan dan merayunya dengan kata cinta.
Nathania bertahan. Dia tetap diam, tidak mengatakan apa pun. Agar yang dikatakan tidak menimbulkan persoalan baru baginya. Perasaannya berperang dengan suara hati yang terus saling mengingatkan. Supaya dia tidak mengatakan atau melakukan tindakan yang ceroboh. Pengalaman dengan ponsel pecah sangat menguncang batinnya.
"Thania, aku sedang dalam proses mengakhiri pertunanganku. Jadi selama ini aku tidak bisa berterus terang padamu. Aku mohon, kau sedikit bersabar. Please..." Andy memohon. Suaranya terdengar tulus mencintai, tapi hati Nathania sudah keras dan pahit.
Andy memohon dengan suara rendah tanpa emosi, karena dia sangat berharap Nathania tetap mau bersamanya. Oleh sebab itu, dia melupakan harga diri dan tidak merasa malu memperjuangkan Nathania.
Dia telah berpacaran dengan Nathania lebih dari satu tahun. Dia menyadari, Nathania bukan saja cantik wajah tapi juga hati dan attitude. Sehingga dia lebih memilih mempertahankan Nathania dari pada tunangannya.
Namun Nathania yang mendengar ucapan dan rayuan Andy, makin mempertegas keputusannya dalam hati. Tidak ada kesempatan kedua bagi Andy. Nathania makin menyadari, Andy bukanlah pria setia yang seperti disangkakan selama ini.
'Dia bisa lakukan ini pada tunangannya. Dia bisa lakukan juga padaku, kalau bertemu dengan wanita yang lebih baik dariku.' Nathania membatin untuk menguatkan keputusannya.
"Mas, aku tidak bisa berjanji apa pun. Kau sudah sangat melukaiku. Dengan melihatmu seperti ini, luka hatiku kembali disayat. Betapa kau sangat menyakitiku. Jadi aku mohon, tinggalkan aku. Please..." Nathania menggunakan diksi yang sama.
Ucapan Nathania membuat Andy seperti orang tersengat listrik. Sejenak dia terdiam sambil menatap Nathania dengan pandangan nanar. Dia tidak menyangka Nathania yang baik dan lembut, selalu menurut dan sayang padanya bisa langsung memutuskan untuk tidak mempertahankan hubungan mereka.
"Thania, maafin aku. Kau lupa pada semua masa manis yang kita lalui hampir setahun ini? Aku serius dan berjanji akan jujur dan tidak menyakitimu lagi. Please...!!" Andy masih berusaha meluluhkan hati Nathania dengan memohon.
'Masa manis? Manis sakarin yang berujung pahit?' Kata hati Nathania jadi sinis. Dia ingat rasa makanan dan minuman yang tidak disukai, kalau memakai pemanis buatan.
"Iya, Mas. Hubungan kita manis, saat itu. Tapi setelah tahu semuanya yang tersisa hanya pahit..... (kata manismu hanya untuk menutupi dustamu)." Nathania meneruskan dalam hati menahan sakit. Dia sangat sedih, karena merasa dibohongi, dipermainkan dan dikhianati.
"Jadi mulai sekarang, aku tidak akan menerima janji apa pun lagi darimu. Semua yang kau lakukan akan kuingat seumur hidupku. Kalau ada sedikit rasa sayang padaku, biarkan aku sendiri untuk menyembuhkan lukaku. Tolong tinggalkan aku." Nathania masih menahan diri untuk tidak mengucapkan apa yang terlintas dalam hati dan pikirannya.
'Sekarang aku tahu, apa penyebab kau mengcancel janjimu. Tunanganmu. Kau lupa pada ucapanku? Aku sudah berubah jadi keledai, kalau masih percaya padamu.' Nathania berkata dalam hati untuk mengingat ucapannya sendiri, karena melihat perubahan sikap Andy.
Andy makin panik membayangkan akan kehilangan Nathania. Dia tahu, ada banyak pria muda di gedung kantor yang menginginkan Nathania. Dia sering melihat mereka memandang Nathania dengan pandangan mendamba, walau ada bersamanya.
Kebanggan bisa bersama Nathania, kadang membuat dia lupa kalau sudah bertunangan. Oleh sebab itu, dia tidak akan melepaskan Nathania, apa pun yang terjadi, tekadnya. Apa lagi untuk pria lain.
"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Tidak akan pernah...!" Andy menegaskan dan hendak merai tangan Nathania.
Sontak Nathania melihat Andy dengan mata membulat. Perasaan takut menyerang, hingga secara refleks dia menghindar dan mengibaskan tangannya.
...~_~...
...~▪︎○♡○▪︎~...