SEQUEL KEDUA ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU!
Lucas Lorenzo yang mendapati kenalan baiknya Philip Newton berada di penjara Santa Barbara, ketika mengunjunginya siapa sangka Lucas dimintai tolong oleh Philip untuk menyelamatkan para keponakannya yang diasuh oleh sanak keluarga yang hanya mengincar harta mendiang orang tua mereka.
Lucas yang memiliki hutang budi kepada Philip pun akhirnya memutuskan untuk membantu dengan menyamar menjadi tunangan Camellia Dawson, keponakan Philip, agar dapat memasuki kediaman mereka.
Namun siapa sangka ketika Lucas mendapati kalau keponakan Philip justru adalah seorang gadis buta.
Terlebih lagi ada banyak teror di kediaman tersebut yang membuat Lucas tidak bisa meninggalkan Camellia. Ditambah adanya sebuah rahasia besar terungkap tentang Camellia.
Mampukah Lucas menyelamatkan Camellia dari orang yang mengincarnya dan juga kebenaran tentang gadis itu? Lalu bagaimana jika Camellia tahu bahwa Lucas adalah seorang mafia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28. OPERASI
Langit Zurich menggantung kelabu saat jet pribadi yang membawa Lucas dan Camellia mendarat di landasan pribadi rumah sakit khusus milik yayasan medis internasional yang dulu pernah menjalin kerja sama dengan keluarga Lorenzo saat penyebaran wabah virus. Salju yang belum sempat mencair menempel malu-malu di atap-atap bangunan, menyelimuti kota dengan kesunyian yang nyaris suci.
Camellia duduk di sisi tempat tidur pasien dengan tangan menggenggam secarik kain yang dilipat rapi, sapu tangan pemberian Lucas saat mereka pertama kali menginjakkan kaki di Swiss.
Lucas berdiri di depan jendela kaca, memandangi bayangan salju yang memudar, memikirkan ribuan hal yang tak sempat ia ucapkan.
"Kau tahu, Love. Sekarang aku yang gugup," ucap Lucas malu-malu.
Camellia tertawa mendengar penuturan Lucas. Seketika rasa takut dan gugup gadis itu menghilang saat tahu ternyata ada yang lebih gugup dibandingkan Camellia tentang operasi ini. Terkadang Lucas memiliki sisi menggemaskan seperti itu, hal yang membuat Camellia tidak pernah bosan dengan tingkah Lucas.
Lucas berjalan mendekat ke arah Camellia dan berlutut di hadapan gadis itu lalu berkata, "Tenang saja, aku akan ada di sisimu. Kau tidak perlu takut."
Tawa Camellia semakin pecah mendengar ucapan Lucas, jelas kalau pria itu yang merasa takut sekarang. Lucunya bersikap sok kuat dan berusaha menenangkan Camellia yang telah kehilangan rasa gugupnya karena kelakuan Lucas ini.
Namun tanpa Camellia tahu dan lihat, bahwa saat ini Lucas sedang memandangi Camellia dengan senyum hangat dan penuh cinta. Seolah mendengar dan melihat tawa Camellia benar-benar sesuatu yang menghangatkan sanubari Lucas. Tak ada yang membuat pria itu bahagia selain melihat tawa yang kini Camellia tunjukkan, tawa yang begitu bebas dan indah.
Seharian mereka berada di kamar hotel. Mengobrol banyak hal dan berjalan-jalan sebentar di luar yang mana ternyata Swiss telah turun salju duluan dibandingkan benua Amerika itu. Ingin sekali Lucas menunjukkan betapa indah pemandangan Swiss saat ini, membuatnya tak sabar untuk Camellia dapat segera melihat dunia.
Operasi dijadwalkan esok siang. Dokter Van Reiner, spesialis bedah optik dan transplantasi saraf mata dari Swiss, telah memimpin lebih dari dua puluh kasus kompleks dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Namun kali ini berbeda, bukan hanya soal teknik, tapi juga sejarah gelap yang membayangi Camellia; fakta bahwa saraf penglihatannya pernah dimanipulasi oleh sebuah proyek rahasia. Semua itu membuat kemungkinan keberhasilan tak lagi mutlak bergantung pada keahlian medis, melainkan pada harapan. Walau Lucas masih merahasiakan hal itu dari siapa pun.
Di luar, Zurich masih diliputi salju. Namun di dalam kamar steril yang terang temaram, waktu seolah berhenti.
Pagi datang seperti langkah takdir yang pasti. Camellia mengenakan gaun operasi putih bersih. Ia sempat menggenggam tangan Lucas erat sebelum didorong menuju ruang bedah ketika siang waktu operasi datang. Bersiap sejak pagi untuk sebuah hal besar.
Lucas menatap kepergian kekasihnya seperti seseorang yang melepaskan bagian dari dirinya. Napasnya sesak, namun ia tahu ini bukan tentangnya. Ini tentang keberanian Camellia yang memutuskan menjemput cahaya, bahkan saat masa lalunya dilingkupi kabut pekat. Karena Lucas tahu ketika Camellia dapat melihat dunia nanti, akan ada banyak kegelapan dunia yang akan gadis itu lihat, mau tidak mau.
Ruang operasi sunyi. Hanya terdengar denting alat medis dan desis lembut tabung oksigen. Camellia tak bisa melihat, tapi ia bisa merasakan hangat tangan seorang perawat yang menenangkan. Detik berlalu seperti langkah doa yang tak terucap.
Pisau bedah mikro mulai bekerja. Dokter Van yang telah diberitahukan oleh Lucas tentang keadaan Camellia yang pernah menjadi objek penelitian ilegal, mulai bekerja keras menemukan kejanggalan. Jaringan saraf yang dulu direkayasa dengan teknologi eksperimental diperiksa dan dimodifikasi. Dokter Van Reiner menemukan jejak manipulasi, namun syukurlah, tidak separah dugaan. Mereka berhasil menstabilkan sistem saraf optik dan menghubungkan dengan retina baru yang ditransplantasikan dari donor yang cocok.
Empat jam berlalu.
Ketika semuanya selesai, tubuh Camellia dibaringkan di ruang pemulihan dengan kedua matanya tertutup perban. Tubuhnya lemah, tapi napasnya teratur.
Lucas masuk dengan langkah pelan. Ia duduk di samping ranjang dan memandangi wajah gadis itu dalam diam. Ia menggenggam tangannya hangat, rapuh, namun kuat.
"It's okay, Love. Aku ada di sini," bisiknya.
Hari-hari berikutnya dipenuhi kesabaran dan ketegangan. Camellia harus menunggu satu minggu sebelum perban dibuka. Sementara itu, kabar samar-samar mulai terdengar kalau Black Mantis melakukan gerkaan mencurigakan dan tengah bergerak di Eropa. Namun hingga kini, belum ada yang benar-benar tahu apakah mereka tahu Camellia ada di Zurich. Kepergian Lucas dan Camellia ke Zurich benar-benar jadi rahasia yang amat ketat dijaga.
Namun Lucas tahu yang pertama harus ia pikirkan saat ini adalah harapan yang kini tumbuh di balik perban putih yang membungkus mata Camellia. Berdoa agar harapan itu tidak sia-sia dan mengecewakan.
Dan dalam malam-malam sunyi Zurich, di antara suara angin dan bisik hujan salju, Lucas berdoa. Agar ketika Camellia membuka mata, dunia yang ia lihat adalah dunia yang layak untuknya, bukan dunia yang dipenuhi manipulasi dan kegelapan.
Camellia masih terbaring lemah di ruang pemulihan. Kedua matanya dibalut perban putih, namun wajahnya tampak lebih damai dari sebelumnya. Lucas duduk di sisinya dan meraih tangannya, mengecupnya perlahan.
"Lucas?"
Lucas berdiri di samping tempat tidur, menggenggam tangan gadis itu. "Aku di sini," bisiknya, seolah takut suara dunia mengusik momen ini. "Aku akan tetap di sini sampai kau membuka mata dan melihatku."
Camellia tersenyum kecil, namun gugupnya masih terasa seperti arus listrik di dalam darah. "Lucas?" bisiknya. "Kalau aku tidak mengenali wajahmu nanti ... jangan tertawa, ya."
Lucas tertawa pelan, lalu membungkuk dan menyentuh keningnya pada tangan Camellia. "Kalau begitu, aku akan jadi wajah pertama yang kau pelajari setiap hari. Sampai kau mengenalnya lebih baik dari siapa pun, bahkan saat kau tidur sekali pun," katanya.
"Apakah aku ... terlihat cantik?"
Lucas tersenyum, menahan genangan air mata. "Bahkan ketika tertutup perban, kau tetap gadis paling cantik yang pernah kukenal. Dan aku akan membuatmu menjadi gadis paling cantik di dunia. Pakaian, tas, sepatu perhiasan, make up, apa pun akan kuberikan padamu."
Camellia tertawa kecil. Meski masih lemah, hatinya terasa ringan. Untuk pertama kalinya, ia merasa sedang menuju sesuatu yang lebih luas dari sekadar kegelapan.
"Jika seperti itu kau akan membuatku menjadi perempuan yang angkuh dan serakah nanti," kata Camellia dalam sela tawa.
"Biarkan. Kau tahu ayahku melakukan hal itu pada ibuku dulu sebelum mereka menikah padahal ibuku tidak terlalu senang memikirkan soal fashion, trend, atau sejenisnya. Itu benar-benar lucu jika diingat, karena mereka sampai bertengkar saat ayahku membelikan satu butik pakaian atau isi satu toko perhiasan untuk ibuku," cerita Lucas yang teringat masa kecilnya dulu.
"Wow, Lorenzo benar-benar tidak tahu apa itu bangkrut ya," komentar Camellia saat mendengar cerita foya-foya ayah Lucas.
"Kau juga harus terbiasa nanti dengan itu. Jangan harap kau akan menginginkan pakaian di sebuah toko tanpa pulang dengan seluruh isi tokonya," kata Lucas penuh percaya diri.
"Kurasa aku mengerti kenapa ibumu bertengkar dengan ayahmu," ucap Camellia menghela napas.
"Kenapa? Memangnya salah kalau aku ingin memanjakan kekasihku?" protes Lucas.
"Jika kau berani melakukannya, aku akan memukulmu nanti," ancam Camellia yang justru membuat Lucas tersenyum lebar sekarang.
Lucas memeluk Camellia dan menciumi pipi gadis itu dengan gemas. Hingga Camellia protes dan meminta Lucas untuk berhenti. Keributan kecil terjadi di kamar itu, bentuk bagaimana semakin dekat mereka setiap saat. Seperti benang yang dipilin semakin tebal dan semakin kuat, hingga tidak ada lagi yang dapat memutus mereka kecuali Tuhan sendiri yang turun tangan.
Hari demi hari berlalu, Lucas terus berada di samping Camellia. Baik dirinya dan juga Camellia tidak sabar untuk datangnya dari dimana perban Camellia akan dibuka.
Dan ketika dua hari lagi ketika Camellia membuka matanya, maka dunia gadis itu akan berubah.
karna saking kaget nya Cammy bisaa meliy lagi, dan orang² yg pernah mengkhianati Cammy menyesal
oiya btw kak, kan kemarin ada part yg Lucas bilang " dia lebih tua dari mu " itu Arthur atau Rose, terus umur Rose berapa sekarang, aku lupaa eee