Kita tidak pernah tau bagaimana Tuhan akan menuntut langkah kita di dunia. Jodoh.. meskipun kita mati-matian menolaknya tapi jika Tuhan mengatakan bahwa dia yang akan mendampingimu, tidak akan mungkin kita terpisahkan.
Seperti halnya Batu dan Kertas, lembut dan keras. Tidaklah sesuatu menjadi keindahan tanpa kerjasama dan perjuangan meskipun berbeda arah dan tujuan.
KONFLIK, SKIP jika tidak sanggup membacanya..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Terurai perlahan.
Bang Shano kesal Jena tidak mengijinkan dirinya untuk masuk ke dalam kamar. Mama pun tidak bisa berbuat apapun dengan permintaan menantunya.
"Sabar tunggu di luar, Le. Papa saja tidak berani masuk." Kata Mama Dinar.
"Papa tidak ada urusan apapun dengan Jena, tapi saya ada." Jawab Bang Shano.
"Kalau kamu mau damai dengan Jena, mengalah saja dulu." Imbuh Papa Rinto juga memberi arahan.
"Saya ini mau bertemu dengan istri, saya nggak lagi jumpa pejabat." Omel Bang Shano.
Papa Rinto tidak ingin berdebat dan meminta Mama Dinar segera masuk ke dalam kamar. Papa pun segera menutup pintu ruang rawat menantunya.
***
Sampai siang selepas sholat dhuhur Bang Shano masih mengalami kegalauan yang sama, Jena tidak mengijinkannya masuk ke dalam kamar.
"Sekarang apalagi?? Ucapnya geram.
Ayah Johan menggeleng tersenyum kecil merasakan kelakuan menantunya.
Tak lama Mama Dinar keluar dari ruangan bersama Jena. Istri Letnan Harshano itu sudah di ijinkan pulang. Namun saat pintu terbuka, Bang Shano syok tanpa suara melihat penampilan Jena yang tidak biasa.
Istri Letnan Harshano kini menutup penampilannya dengan pashmina menutup dada. Saat mata keduanya saling bertemu, mendadak keduanya menjadi canggung terutama Bang Shano.
Dengan lucunya Jena mundur di belakang punggung Mama Dinar dan menunduk.
Papa Rinto sampai menahan tawa melihat gelagat putranya seperti pria sedang pertama kali merasakan jatuh cinta.
"Jena mau di lamar lagi?" Tanya Papa Rinto menggoda.
Bang Shano berdehem bingung menata sikap. Senyumnya semakin terasa canggung. Ia pun mundur dan mengalah memberi jalan pada Jena tanpa perdebatan.
...
Sepanjang jalan Bang Shano mencoba mencuri pandang. Gelagatnya tidak bisa menyembunyikan rasa gelisah. Papa Rinto pun tau putranya sedang jatuh cinta dengan cara yang berbeda.
"Jadi bagaimana, Mas Johan. Jena langsung di bawa ke Jawa?" Celetuk Papa Rinto sengaja menggoda.
Anaknya Ayah Johan paham kode dari besannya. Dengan tenang Ayah Johan menjawab. "Jadi, saya juga baru tau kalau ternyata sempat ada perjanjian di antara Shano dan Jena. Pernikahan ini, saya sedikit ragu."
Jena cukup kaget tapi tidak menjawab apapun, berbeda dengan Bang Shano yang seketika bereaksi.
"Tidak ada namanya nikah yang meragukan ada pihak pria wanita, penghulu, saksi dan ijab qabul maka pernikahan tetap sah."
"Saya akan membawa Jena sampai Jena siap." Jawab Ayah Johan.
"Jena masih sah istri saya, Jena tidak bisa kemana-mana kecuali dengan saya..!!!!!!" Ucap tegas Bang Shano.
"Kamu mau ikut dengan siapa, Ndhuk?" Tanya Papa Rinto.
"Maaf Ayah, sebenarnya Jena rindu dengan Ayah. Tapi Bang Shano masih suami Jena." Kata Jena lugas meskipun tidak menatap wajah Ayahnya.
"Jadi tidak mau?" Kini Ayah Johan yang bertanya untuk menegaskan.
Bang Shano nampak tenang tapi ia pasti sedang menunggu jawaban dari Jena.
"Jena masih disini, menunggu hukuman yang pantas dari Abang."
Seisi mobil terdiam. Bang Shano mengulum senyum seakan tau dirinya pasti akan menang.
...
Papa Rinto dan Ayah Johan sudah mengantar anak dan menantunya untuk pulang. Sementara keadaan keduanya aman dan damai, Papa Rinto bisa tenang.
"Ayah titip Jena..!!" Ucap Ayah seakan belum bisa mengikhlaskan putri nya bersama Bang Shano.
"Jena mungkin bukan wanita pertama yang membuat saya jatuh hati tapi Jena adalah satu-satunya wanita yang bisa mengalahkan seluruh wanita yang pernah singgah dalam hati saya. Saya mencintainya bukan dengan kata, melainkan rasa. Ayah tenang saja, Jena tenang bersama saya." Jawab Bang Shano.
Jena menitikan air mata, banyak rasa dan sedih yang tidak bisa terhapuskan.
Papa Rinto juga segera mengajak Mama Dinar meninggalkan tempat membiarkan putranya menyelesaikan masalah secara pribadi.
//
"Kamu sudah membuat kekacauan. Kalau kamu ingin selamat, katakan terus terang pada saya. Masalahmu ini terlalu berat..!!" Bang El mulai menekan Bang Dewo secara halus.
Bukannya ingin ikut campur tapi Bang Shano memintanya secara langsung untuk menangani masalah tersebut karena seniornya ingin lebih fokus dengan istrinya.
~
"Bisakah Jena tidur di kamar lain?" Tanya Jena.
Terang saja Bang Shano kaget mendengarnya, istrinya ingin kamar terpisah dengannya. Namun begitu dirinya tidak bisa berbuat banyak, bukan tidak ingin memaksa tapi setelah kejadian kemarin pasti istrinya sudah banyak berpikir.
"Tidurlah di kamar, Abang tidur di ruang tamu. Kalau ada apa-apa kamu bisa bangunkan Abang..!!" Kata Bang Shano.
Jena mengangguk kemudian segera masuk ke dalam kamar.
Tidak ada lagi pembicaraan dan interaksi apapun di antara mereka meskipun Bang Shano sangat menginginkan nya.
\=\=\=
"Info apa yang kamu dapat???" Tanya Bang Shano.
"Kecelakaan beberapa tahun yang lalu, melibatkan Abang dan Bang Hananto. Telah menewaskan ayah dan ibunya Syafa." Kata Bang El.
Bang Shano masih ternganga mendengarnya sampai kemudian Bang El melanjutkan penjelasannya.
"Uang itu untuk mewadahi dan menghidupi para penyelundup senjata api dan narkotika keluar negeri. Masalahnya, ada sejumlah transfer atas nama Jena untuk Dewo, diteruskan untuk logistik mereka. Maaf.. Puncaknya atas nama Abang. Untuk Abang ketahui, Jena adalah seorang Cyber. Tapi...... Ada hal yang sama sekali tidak menjadi perhitungannya. Istri Abang juga akan di mintai keterangan." Jawab Bang El.
Bang Shano terduduk lemas, dirinya bingung meruntutkan akar masalah yang terjadi.
"Lalu kenapa dia jadi pegulat?" Gumam Bang Shano pusing sendiri.
.
.
.
.
okelll lanjutt MBK naraa