NovelToon NovelToon
Renkarnasi Letnan Wanita

Renkarnasi Letnan Wanita

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Balas Dendam
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: kegelapan malam

Ketika seorang jenderal militer yang legendaris menghembuskan napas terakhirnya di medan perang, takdir membawanya ke dalam tubuh seorang wanita polos yang dikhianati. Citra sang jenderal, kini menjadi Leticia, seorang gadis yang tenggelam di kolam renang berkat rencana jahat kembarannya. Dengan ingatan yang mulai terkuak dan seorang tunangan setia di sisinya.

Pertempuran sesungguhnya dimulai, bukan dengan senjata, melainkan dengan strategi, intrik, dan perjuangan untuk memperjuangkan keadilan untuk dirinya...

apakah Citra akan berhasil?

selamat datang di karya pertamaku, kalau penasaran ikuti terus ceritanyaa...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegelapan malam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8

Malam di mansion keluarga Anderson terasa dingin, namun suhu di hati Max jauh lebih beku. Keraguan yang selama ini ia tepis, kini tumbuh menjadi kecurigaan yang membakar. Percakapan singkat tentang "Arka" di meja makan semalam, ditambah dengan keanehan di sekitar Leticia dan ingatan masa lalunya yang buram, memicu alarm di benaknya. Leticia-nya, tunangan yang ia kenal beberapa tahun belakangan ini dan cintai dengan sepenuh hati, tak mungkin sebatas korban amnesia biasa. Insiden tenggelam di kolam renang rumah itu, yang semula dianggap kecelakaan murni, kini terasa janggal. Ada yang tidak beres, dan Max bersumpah akan menemukan apa pun itu.

Pukul dua dini hari, di ruang kerjanya yang sunyi, Max menghubungi seorang kenalan lama yang ia percayai sepenuhnya, mantan perwira polisi yang kini membuka agen investigasi swasta, Tuan Bram. Jari-jari Max mengetuk-ngetuk meja, gelisah. "Aku butuh kau menyelidiki insiden tenggelam tiga bulan lalu," bisik Max, suaranya rendah dan tegang, "Yang melibatkan tunanganku, Leticia Anderson, di kolam renang rumahnya sendiri. Dan cari tahu semua tentang seseorang bernama Arka. Aku ingin tahu siapa dia, apa hubungannya dengan Tuan Hendra dan Nyonya Sofia, dan mengapa namanya bisa muncul di sekitar Leticia." Max menjelaskan detail insiden yang ia ingat, menekankan setiap keanehan kecil yang dulu ia abaikan, nada suaranya tegas, memerintahkan.

Beberapa hari berikutnya, Max hidup dalam ketegangan yang tak kunjung mereda. Ia sering terlihat menghilang ke ruang kerjanya, menempelkan ponsel ke telinga, berbicara dengan nada rendah yang tidak biasa. Ia mencoba bersikap normal di depan Leticia dan orang tuanya, bahkan memaksakan senyum di wajahnya, namun sorot matanya yang khawatir tak bisa menyembunyikan badai di dalam dirinya. Setiap tawa Leticia yang polos, setiap sentuhan lembutnya, justru semakin mendorong Max untuk mencari tahu kebenaran di balik semua ini. Ia tidak bisa membiarkan Leticia berada dalam bahaya jika memang ada sesuatu yang disembunyikan, terutama di rumah Leticia sendiri, tempat yang seharusnya paling aman.

Di sisi lain, Leticia (Citra) dengan indra jenderalnya yang tajam, segera menyadari perubahan pada Max. Gerak-gerik Max yang lebih tertutup, panggilan telepon rahasia di siang hari bahkan malam hari, dan tatapan penuh pikiran yang sering ia lontarkan ke arah Leticia (Citra) sendiri, tak luput dari pengawasannya. Citra tahu, Max sedang menyelidiki. Pertanyaan muncul di benaknya: seberapa jauh Max akan mencari tahu? Apakah Max akan menjadi aset atau justru penghalang dalam misinya? Dilema internal melanda Citra. Haruskah ia mengungkapkan kebenarannya pada Max, atau tetap berpura-pura amnesia untuk mengamati sejauh mana penyelidikan Max? Ia harus berhati-hati, karena satu langkah salah bisa membahayakan misinya dan bahkan nyawanya sendiri, apalagi jika Max menemukan sesuatu yang terlalu cepat.

Suatu pagi, saat Max sedang memeriksa email di tabletnya, Leticia (Citra) mendekat dengan langkah pelan, berpura-pura tertarik pada layar. "Max, kamu... tampak lelah" ucapnya lembut, menyentuh lengan Max seolah peduli. "Apa ada yang mengganggu pikiranmu? Kamu terlihat sangat sibuk akhir-akhir ini." Ia berusaha menjaga suara dan ekspresinya tetap polos, seolah ia hanya seorang gadis yang khawatir pada tunangannya. Max mendongak, sedikit terkejut. Senyum tipis terukir di bibirnya, namun kerutan di dahinya tak hilang. "Tidak apa-apa, Tia. Hanya pekerjaan. Aku... sedikit khawatir tentang beberapa hal di kantor" dusta Max, mengelus punggung tangan Leticia. Citra mengamati sorot matanya. Kebohongan yang buruk. Max berbohong, Ini menegaskan dugaannya. Max pasti sedang mencari tahu sesuatu yang besar.

Di saat yang sama, Petricia juga tidak buta. Ia adalah observator terbaik di rumah itu, tersembunyi di balik senyum palsunya. Kecemburuan yang membakar di hatinya kini bercampur dengan paranoia yang semakin menggerogoti. Max yang semakin sering menghabiskan waktu di ruang kerjanya, tatapannya yang mencurigakan, dan beberapa kali ia melihat Max menerima amplop dari seseorang di luar gerbang, membuat Petricia gelisah tak terkendali. Dia yakin Max sedang menggali sesuatu, dan hal itu pasti berhubungan dengan 'penyembuhan' Leticia yang terlalu cepat atau... kebenaran di balik insiden kolam renang itu.

"Max, kamu akhir-akhir ini sering sekali lembur ya?" tanya Petricia suatu malam saat mereka makan malam, nadanya terdengar khawatir, namun ada nada memancing di dalamnya. "Leticia jadi sering kesepian. Harusnya kamu lebih banyak menemaninya, kan? Dia butuh dukungan emosional, apalagi dengan kondisinya sekarang." Petricia melirik Leticia (Citra) dengan senyum licik, berharap Max merasa bersalah dan mengalihkan fokusnya dari apa pun yang sedang ia lakukan. Namun, Max hanya mengangguk singkat. "Aku mengurus beberapa masalah penting, Petricia. Leticia mengerti" jawabnya datar, tanpa menatap Petricia. Respon dingin Max membuat Petricia semakin kesal dan curiga. Ia merasa terancam, seolah jaring yang ia pasang mulai terurai.

Keesokan harinya, laporan awal yang ditunggu Max tiba. Tuan Bram datang langsung ke mansion, menyamarkan dirinya sebagai klien bisnis yang datang untuk urusan properti. Di ruang kerja Max, suasana tegang terasa. Tirai tebal ditarik rapat, dan suara mereka hanya terdengar samar. "Informasi awal yang kami dapat, Tuan Max," Bram memulai, meletakkan sebuah flash drive di meja, "Insiden tenggelam Nona Leticia memang terlihat seperti murni kecelakaan di kolam renang rumah, namun ada beberapa kejanggalan. Kami menemukan bahwa kamera CCTV yang menghadap kolam ternyata rusak total sejak sehari sebelumnya, padahal sebelumnya berfungsi baik. Juga ada laporan samar dari tetangga yang mendengar suara gaduh di sekitar kolam beberapa saat sebelum insiden, tapi tidak ada yang melihat apa pun."

Max mengerutkan kening, tangannya mengepal erat. "Kamera rusak? Suara gaduh? Siapa yang melakukan itu?"

"Kami juga menemukan ini." Bram menyerahkan sebuah foto lama yang sudah agak buram. Foto itu menunjukkan Leticia yang masih remaja, tertawa ceria di sebuah taman, dengan seorang pria muda yang tidak dikenali Max. Pria itu tampak familiar, namun Max tak bisa menempatkannya. Di belakang mereka, samar-samar terlihat Petricia sedang mengawasi dari kejauhan, dengan ekspresi yang jauh dari bahagia, bahkan terlihat sedikit gelap. "Pria ini, Tuan Max. Dia sering terlihat bersama Nona Leticia beberapa tahun lalu, terutama di dekat properti lama Tuan Hendra dan Nyonya Sofia di pinggir kota. Namanya... Arka. Dia sering disebut-sebut sebagai 'teman istimewa' Nona Leticia, sebelum Anda bertunangan dengannya."

Max merasakan jantungnya berdebar kencang, amarah mulai membara. Nama itu! Arka! Dan teman istimewa? Ia melirik foto Petricia di latar belakang. Ekspresi wajah Petricia saat itu... mirip dengan ekspresi benci yang sering ia lihat sekilas belakangan ini. "Temukan dia. Cari tahu semuanya tentang Arka. Di mana dia sekarang, apa pekerjaannya, dan apa hubungannya dengan Leticia dan properti Tuan Hendra dan Nyonya Sofia" perintah Max, suaranya bergetar menahan amarah dan ketakutan. "Dan selidiki juga setiap orang yang mungkin punya motif untuk menyakiti Leticia, terutama yang berada di rumah saat insiden kolam renang itu." Max kini tak lagi ragu. Ada konspirasi yang jauh lebih besar dari yang ia bayangkan, dan ia tidak akan berhenti sampai kebenaran terungkap.

Di sisi lain mansion, Citra sedang duduk di taman, menikmati sinar matahari, namun pikirannya jauh melayang. Ia melihat Max dan Tuan Bram berbicara serius di ruang kerja. Postur tegang Max, dan ekspresi serius Tuan Bram, jelas bukan pembicaraan bisnis biasa. "Max sudah mulai bergerak," pikir Citra, senyum tipis terukir di bibirnya. Ini akan mempermudah pekerjaannya, seolah ada sekutu tak terduga yang kini melangkah maju di medan tempur.

Tiba-tiba, suara langkah kaki tergesa-gesa terdengar. Petricia muncul, wajahnya pucat pasi, matanya memerah karena kurang tidur dan kecemasan. "Max! Ada apa? Kenapa ada orang asing di ruang kerjamu? Apa yang kalian bicarakan?" tanyanya dengan nada menuntut, matanya melirik tajam ke arah Leticia (Citra), seolah Leticia yang menjadi penyebab semua kekacauan ini. Max keluar dari ruang kerjanya, raut wajahnya dingin dan keras. "Ini bukan urusanmu, Petricia. Hanya urusan bisnis," jawab Max singkat, lalu pergi, meninggalkan Petricia dengan kemarahan yang membara. Jelas sekali Max menyembunyikan sesuatu, dan Petricia merasa terancam, apalagi setelah insiden di kolam renang itu kembali diungkit.

"Bisnis?" gumam Petricia dengan geram, mengepalkan tangannya. "Pasti tentang Leticia si amnesia itu! Kenapa mereka semua buta?!" Petricia memandang Leticia (Citra) yang duduk diam di taman, dan senyum palsu kembali terukir di wajahnya, meskipun matanya memancarkan kebencian yang mendalam. "Tia, apakah kamu baik-baik saja? Kamu terlihat melamun lagi. Kalau kamu butuh apa-apa, bilang saja padaku ya," ucap Petricia dengan nada manis yang menusuk, penuh kepalsuan. Leticia (Citra) mengangguk polos, seolah tak mengerti apa-apa. Namun di balik tatapan kosong itu, Citra sudah membaca semua kekhawatiran dan kepanikan di mata Petricia. Petricia jelas sedang dalam mode defensif.

Malam itu, Citra menyelinap keluar dari kamar, menuju perpustakaan. Ia butuh lebih banyak informasi tentang properti lama kakek, yang disebut-sebut Max dan Tuan Bram. Sambil mencari-cari buku sejarah atau dokumen lama, ia mendengar suara Max berbicara di telepon di ruang kerjanya yang terkunci. Kali ini, Citra berhasil menangkap beberapa kata kunci yang lebih jelas: "Arka... proyek tanah... kolam renang... motif..." Jantung Citra berdebar. Max dan dia berada di jalur yang sama, mungkin hanya berbeda kecepatan dan informasi awal.

Citra kembali ke kamarnya, matanya menatap gelap malam. Penemuan nama "Arka" dari buku harian, catatan "Habisi," obrolan paman Hendra, dan sekarang penyelidikan Max yang terfokus pada insiden kolam renang semuanya mulai membentuk benang kusut yang semakin jelas. Max adalah sekutu yang tidak disadari, tapi ia juga bisa menjadi target jika terlalu banyak tahu. Citra harus mempertimbangkan kapan dan bagaimana ia akan mengungkapkan identitasnya, atau setidaknya mengarahkan Max tanpa dicurigai.

Babak baru telah dimulai. Max mencari kebenaran, Petricia panik dan mencoba menutupi jejak, dan Leticia (Citra) harus memutuskan kapan ia akan mengungkapkan identitas aslinya atau memanfaatkan penyelidikan Max untuk keuntungannya sendiri. Jaring laba-laba kejahatan ini jauh lebih rumit, melibatkan masa lalu keluarga dan rahasia yang terkubur dalam-dalam di balik tembok rumah itu, yang puncaknya adalah insiden di kolam renang. Tekanan semakin meningkat, dan Citra tahu, ia harus lebih cerdas, lebih cepat, dan lebih kejam dari sebelumnya. Ia akan memastikan keadilan ditegakkan, tidak hanya untuk Leticia yang asli, tetapi juga untuk dirinya sendiri yang kini terperangkap dalam intrik ini.

1
Srie Handayantie
iyaa lanjutkan lah apapun yg sudah menjadi tekadmu cit, jgn pernh mundurr siapa tau kedepannya bisa menemukan dalang dibalik itu smua 🤔 aku curiga dalang nya masih disembunyikan si cepott jadi belum ketahuan🤭😂
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
ayok Tia mulai lah menjadi Mei yang suka teriak pada ketiga Bestinya... buat orang itu kesakitan dalam telinga nya
≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM: astaghfirullah🤣🤣
total 1 replies
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
idihhh nenek lampir/Speechless/
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©
tidak ada yg kebetulan di dunia ini Citra.. dan jika itu terjadi, maka itulah takdirmu..
🦂🍃 CISUN 2 🦂🍃
Ooohhh
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
uhhh ada janji masa kecil ternyata
Srie Handayantie
berarti karna janji disaat dia kecill dulu makanya dia masuk dalam tubuh leticia dan menepatinya,
Zea Rahmat
reinkarnasi yg kebetulan km citra masuk ke tubuh keturunan nenek sophia
nurul supiati
msih gk nemu plottt twist nya gimna dan arahnya kmna
nurul supiati
ouhh karena harta yakkk... pantesan bgtu apa tuan dan nyonya Anderson menyakiti kmbaran nyonya clara
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
ini petricia mau di apa 😤
🦂🍃 CISUN 2 🦂🍃
Waah sepertina ini masih keluarga ortu leticia 🤔
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
nggak usah khawatir bukk😒, biarkan saja dia tidak makan. nanti jika lapar dia pasti akan makan, bukkkk/Speechless/
ˢ⍣⃟ₛ≛⃝⃕|ℙ$⛧⃝UHUY𓂃❼⧗⃟ᷢʷꪻ꛰͜⃟ዛ༉
semalam lagi apa pak max 🗿
Srie Handayantie
nahh kan hanya saat diperlukan kau aman, stelah gagal kau dibuang bahkan jadii buronan dan hidupmu makin tidak tenang. itulah karma mu Patric 😏
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
Cerita nya semakin seru dan menarik
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°: same same yeee
≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM: alhamdulilah terimakasih
total 2 replies
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°
alah dia jadi buburona kan akhirnya maneh di sia siakan begitu
🔵≛⃝⃕|ℙ$ Fahira Eunxie💎
mantap, Petricia akhirnya jadi buron /Joyful/, ayo semangat mencari dalang utamanya Max dan Leticia

semangat dan sehat selalu kak thor
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©
rasakan!! nikmatilah hidupmu sebagai buronan Petricia.. itu baru permulaan, kita lihat sejauh mana kamu bertahan
Zea Rahmat
rasainnn km petrik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!