NovelToon NovelToon
The Painters : Colour Wars

The Painters : Colour Wars

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sci-Fi
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Saepudin Nurahim

Rahmad Ajie, seorang mekanik body & paint di Jakarta, tak pernah mengira hidupnya berubah drastis karena ledakan cat radioaktif. Tubuhnya kini mampu mengeluarkan cat dengan kekuatan luar biasa—tiap warna punya efek mematikan atau menyembuhkan. Untuk mengendalikannya, ia menciptakan Spectrum Core Suit, armor canggih yang menyalurkan kekuatan warna dengan presisi.

Namun ketika kota diserang oleh Junkcore, mantan jenius teknik yang berubah menjadi simbol kehancuran lewat armor besi rongsoknya, Ajie dipaksa keluar dari bayang-bayang masa lalu dan bertarung dalam perang yang tak hanya soal kekuatan… tapi juga keadilan, trauma, dan pilihan moral.

Di dunia yang kelabu, hanya warna yang bisa menyelamatkan… atau menghancurkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sahabat yang jadi cinta

Melly sudah melangkah melewati ambang pintu, langkahnya ringan tapi terasa berat di hati Ajie. Sekuat apa pun Melly mencoba menyembunyikan keraguan di matanya, Ajie tahu ada sesuatu yang belum ia ungkapkan.

Tanpa pikir panjang, Ajie langsung meraih tangan Melly. Sentuhan itu seperti magnet, menarik Melly kembali ke ruang itu.

“Jangan pergi dulu, Mel,” suara Ajie rendah, sedikit bergetar. “Kamu sahabat terbaikku. Kamu yang nyelamatin aku waktu itu, waktu jadi bahan uji coba di Jerman. Aku… aku gak bisa bayangin semua yang aku capai sekarang tanpa kamu.”

Melly berhenti, menatap Ajie. Ada kehangatan yang menyelinap di antara mereka, seperti api kecil yang tiba-tiba menyala di tengah dingin malam.

Dengan hati-hati, Ajie mengangkat wajah Melly lebih dekat. Bibir mereka bersentuhan perlahan, seolah takut merusak momen yang baru tumbuh. Ciuman itu bukan sekadar rasa rindu, tapi juga pengakuan yang tak pernah terucap.

Wajah Melly memerah, tapi ia membiarkan dirinya tenggelam dalam kehangatan itu. Mereka terjatuh ke sofa, berbaring berdampingan, saling menatap dalam diam yang bermakna.

Ajie menyentuh pipi Melly dengan lembut. "Gue kangen momen kayak gini," katanya lirih.

Melly mengangguk pelan. “Gue juga.”

Tak ada kata-kata yang cukup untuk menggambarkan rasa itu. Sentuhan tangan, helaan napas, dan tatapan mata menjadi bahasa mereka malam itu. Mereka tak butuh kata-kata vulgar untuk menjelaskan betapa dalamnya perasaan yang tertahan selama ini.

Dalam pelukan hangat itu, waktu seakan berhenti. Mereka hanya ingin tetap di sana, berbagi keheningan yang nyaman. Pelukan menjadi lebih erat, ciuman semakin dalam, tapi semuanya tetap dalam batas rasa yang penuh kelembutan.

Ajie menyentuh bahu Melly, lalu menariknya lebih dekat. “Gue pengin selalu ada di samping lo, Mel.”

Melly menyandarkan kepala di dada Ajie, mendengarkan detak jantungnya yang tenang. “Dan gue gak akan pergi ke mana-mana, Ji.”

Tak ada pelampiasan raga, tak ada kebutuhan untuk melampaui batas. Hanya dua jiwa yang saling menemukan, menyatu dalam ketenangan dan janji diam yang mereka pahami bersama.

Di kamar itu, mereka hanya berpelukan dalam diam. Memandang langit-langit dengan pikiran yang tenang. Napas mereka menyatu dalam irama yang sama.

Ajie mengecup kening Melly, lalu berbisik, “Lo bagian dari hidup gue, Mel. Bukan cuma sahabat… tapi lebih.”

Melly membalas dengan senyuman kecil, menatap Ajie dengan mata yang berkaca. “Gue tahu.”

Dalam keheningan malam itu, dua hati yang lama terombang-ambing akhirnya berlabuh. Tak perlu lebih, karena rasa sudah cukup kuat untuk menyatukan mereka.

Tangan Ajie menjalar ke punggung Melly, menarik hoodie-nya perlahan. Kulit mereka bersentuhan, panas, lembap, dan penuh getaran halus yang tak terbendung. Lilin-lilin menari di sekeliling mereka, bayang-bayang bergerak seperti lukisan hidup.

“Gue takut kehilangan lo,” bisik Ajie di sela ciuman.

“Lo gak akan,” balas Melly. “Selama lo tetap jadi lo.”

Pakaian jatuh satu per satu. Bukan karena nafsu yang liar, tapi karena kepercayaan yang sudah dibangun dari bertahun-tahun luka, tawa, dan kehilangan. Mereka tahu tiap inci tubuh satu sama lain—dari bekas luka di bahu Melly akibat percikan las, hingga guratan halus di punggung Ajie akibat ledakan waktu di pabrik Jerman.

Tubuh mereka menyatu dalam pelukan, perlahan, penuh rasa. Napas beradu, keringat menyatu, dan waktu seperti berhenti. Tidak ada dunia luar. Tidak ada Altheron, tidak ada Glamora, tidak ada dendam masa lalu.

Hanya mereka berdua.

Ajie memeluk Melly dari belakang, tubuhnya menempel hangat di punggung perempuan itu, kulit ke kulit. Jari-jarinya menyapu pelan di lengan Melly yang penuh bekas cat dan goresan kerja kasar.

“Gue gak pernah nyangka,” gumam Ajie, “kalau akhirnya kita sampai di titik ini.”

Melly memejamkan mata, senyum tipis menghiasi bibirnya. “Gue tahu dari dulu. Lo cuma butuh waktu.”

Keheningan kembali mengisi ruangan. Lilin mulai meleleh. Angin malam dari jendela kecil membawa udara dingin, tapi pelukan Ajie cukup menghangatkan segalanya.

Setelah beberapa saat, Melly menarik napas, lalu berkata pelan, hampir seperti gumaman:

“Kalau suatu hari gue hamil... lo bakal panik gak?”

Ajie kaget, tapi tak melepaskan pelukannya. Ia mencium pelan bahu Melly, sebelum menjawab:

“Gue bakal panik... tapi gue gak akan kabur.”

Melly tertawa kecil. “Gue juga gak akan maksa lo nikah cepet-cepet. Gue gak butuh drama keluarga.”

Ajie membalik tubuh Melly, menatap matanya lekat-lekat. “Tapi gue butuh lo. Apa pun yang terjadi nanti, anak itu... bakal punya dua orang tua yang siap mati buat dia.”

Melly membalas tatapan itu, matanya sedikit berair. “Gue bilang gitu bukan karena gue lagi hamil sekarang, ya. Tapi karena... gue pengin lo tahu. Gue gak cuma tidur sama lo malam ini. Gue milih lo buat semua malam selanjutnya.”

Ajie mencium keningnya. “Lo tahu gue juga milih lo, kan?”

Melly mengangguk.

Dan di bengkel itu—di tengah sisa oli, obeng, dan cat—dua orang yang hancur oleh dunia perlahan saling memperbaiki satu sama lain. Bukan dengan kata-kata manis, tapi dengan keheningan yang cukup kuat untuk menahan semua beban yang pernah mereka pikul.

Malam pun terus berjalan. Dan entah di antara peluh atau pelukan, sebuah kehidupan baru mungkin saja sedang tumbuh—atau setidaknya, sebuah harapan tentangnya.

1
lalakon hirup
suka di saat tokoh utama nya banyak tingkah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!