"Hentikan berbuat konyol untuk menarik perhatianku, segera tanda tangani surat cerai?!" kata pria itu sedikit arogan.
Lisa menatap pria itu, dan tidak mengenalinya sama sekali. Kecelakaan yang dialami membuatnya amnesia.
Lisa tak lagi memandang Jonathan penuh cinta, dan bahkan setuju untuk menandatangani surat cerai. Namun, sikap yang acuh malah membuat Jonathan kalang-kabut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erma _roviko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Beraninya kamu meninggalkan ku seperti ini."
Lisa mengepalkan kedua tangannya saat melihat punggung sahabatnya semakin jauh, tidak mengerti mengapa Anna pergi meninggalkannya bersama Alex.
Kini Lisa berusaha untuk mengendalikan emosinya, apalagi pria di sebelahnya hanya memandangnya. Lisa merasa semakin kesal karena Alex tidak mengatakan apa-apa, hanya memandangnya dengan tatapan yang intens.
Lisa mencoba untuk mengalihkan perhatiannya dari Alex, tapi pria itu tampaknya tidak mau melepaskannya.
"Apa yang kamu inginkan?" tanya Lisa dengan nada yang kasar, tidak sabar dengan situasi ini.
Alex hanya tersenyum dan mendekatkan dirinya ke Lisa. "Aku ingin tahu apa yang kamu pikirkan," katanya dengan suara yang lembut.
"Yang aku pikirkan untuk menjauh darimu, kenapa kamu aneh sekali. Bersikaplah seperti dingin, sama sekali kamu tidak cocok seperti ini." Lisa mengungkap kejujuran, sungguh dia sangat takut dengan perubahan sikap Alex.
Alex terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. "Mungkin aku memang berubah," kata Alex dengan nada yang santai.
Lisa memandang Alex dengan mata yang tajam. "Aku tidak suka perubahan ini," kata Lisa dengan tegas.
"Kamu sebelumnya selalu dingin dan tidak peduli, tapi sekarang kamu seperti ... seperti orang lain."
Alex mendekatkan dirinya ke Lisa, membuat Lisa merasa tidak nyaman.
"Aku tidak peduli apa yang kamu suka atau tidak," kata Alex dengan suara yang rendah. "Aku hanya ingin berada di dekatmu, dan membuatmu tahu bahwa aku peduli."
Lisa merasa terkejut dengan kata-kata Alex. "Kamu tidak perlu peduli," kata Lisa dengan nada yang kasar. "Aku bisa menjaga diri sendiri."
Alex tersenyum lagi, kali ini dengan senyum yang lebih lebar.
"Aku tahu kamu bisa," kata Alex. "Tapi aku ingin menjadi orang yang kamu percayai, orang yang bisa membuatmu merasa aman."
Lisa merasa tidak bisa menolak tatapan Alex, yang membuatnya merasa seperti sedang diintimidasi.
"Aku tidak tahu apa yang kamu inginkan.”
Perlahan Lisa bergeser tempat duduk, dia tidak ingin berada terlalu dekat dengan Alex, yang tampaknya semakin intens dan tidak terduga.
Lisa berusaha untuk menciptakan jarak antara dirinya dan Alex, tapi pria itu tampaknya tidak mau memberinya ruang. Alex mengikuti gerakan Lisa, membuat Lisa merasa seperti sedang dikejar.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Lisa dengan suara yang tergesa-gesa, mencoba untuk menyembunyikan ketakutannya.
Alex hanya tersenyum dan mendekatkan dirinya lagi ke Lisa.
"Aku hanya ingin berada di dekatmu," sahut Alex dengan suara yang lembut.
'Astaga... ada apa dengannya? Dia berubah setelah aku menciumnya semalam?' pikir Lisa yang merutuki dirinya karena ceroboh, tapi saat itu dia setengah sadar dengan apa yang dia lakukan.
Lisa merasa bersalah dan bingung, tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang. Dia tidak ingin Alex berubah menjadi seperti ini, tapi dia juga tidak bisa mengingkari perasaannya sendiri.
Tiba-tiba, Alex meraih kedua tangan Lisa dengan kuat, matanya memandang Lisa dengan intensitas yang membuatnya merasa seperti sedang diinterogasi.
"Lisa, kamu harus bertanggung jawab!" seru Alex, suaranya terdengar serius dan tegas.
"Bertanggung jawab? Memangnya apa yang aku lakukan?" tanya Lisa yang gugup dan sedikit defensif, mencoba menarik tangannya dari genggaman Alex.
"Kamu menciumku semalam," kata Alex dengan nada yang tidak bisa disangkal lagi, matanya tidak berkedip memandang Lisa. "Dan kamu juga berusaha melepaskan kemejaku, sepertinya kamu tidak bisa menahan diri."
Lisa merasa wajahnya memanas, dia tidak ingat banyak tentang apa yang terjadi semalam, tapi sekarang dia mulai ingat sedikit demi sedikit.
Dia merasa geli sendiri ketika mengingat kejadian itu, dan dengan gerakan yang cepat, Lisa membungkam mulut Alex dengan tangannya.
"Ssttt, jangan bicara lagi," kata Lisa dengan senyum nakal, mencoba mengalihkan perhatian Alex.
"Aku tidak ingin kamu membahas ini lagi, apalagi di tempat umum seperti ini."
Alex tersenyum tipis, tapi matanya masih memancarkan intensitas yang sama.
"Terlambat untuk itu," kata Alex dengan suara yang rendah dan sensual. "Aku sudah tidak bisa melupakan kejadian itu.”
Tiba-tiba, Alex meraih kotak kecil berwarna biru di dalam saku, membuka tutupnya dengan gerakan yang elegan, dan berjongkok di depan Lisa.
Di dalam kotak itu, sebuah cincin cantik dengan berlian yang berkilauan terpampang, memantulkan cahaya yang membuat Lisa terpesona.
"Lisa, dari saat aku pertama kali bertemu denganmu, aku tahu bahwa kamu adalah orang yang spesial," ucap Alex serius, matanya memandang Lisa dengan intensitas yang membuat wanita itu merasa seperti sedang dihipnotis.
"Aku melihat sesuatu dalam dirimu yang tidak aku temukan pada orang lain, sesuatu yang membuatku merasa hidup."
Alex mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya yang sedikit gugup.
"Aku ingin menghabiskan sisa hidupku denganmu, ingin membuatmu bahagia, dan ingin menjadi tempatmu berlabuh," lanjut Alex dengan suara yang lembut.
"Aku ingin menjadi orang yang bisa membuatmu merasa aman, orang yang bisa membuatmu merasa dicintai."
Lisa terkejut, tidak percaya apa yang sedang terjadi. Dia merasa seperti sedang berada di dalam mimpi, tidak tahu apakah ini nyata atau hanya fantasi belaka.
Dia memandang Alex dengan mata yang berkaca-kaca, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.
"Lisa, aku mencintaimu," kata Alex dengan suara yang lembut, cincin di tangannya terlihat berkilauan di bawah cahaya.
"Aku ingin kamu menjadi istriku, menjadi teman hidupku, menjadi ibu dari anak-anakku. Maukah kamu menikah denganku?" tanya Alex dengan harapan yang terpancar di wajahnya.
Lisa merasa seperti sedang terhenti waktu, tidak tahu apa yang harus di katakan atau dilakukan. Dia memandang Alex dengan mata yang penuh emosi, mencoba memahami perasaan yang sedang dialami.
Apakah dia siap untuk menerima cinta Alex? Apakah dia siap untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan Alex? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di dalam kepalanya, membuat Lisa merasa sedikit bingung.
‘Apa ini tidak terlalu cepat?’ Lisa bertanya pada dirinya sendiri, merasa bingung dan ragu-ragu.
Alex begitu terbuka menyatakan perasaannya di hadapan semua orang, membuat Lisa merasa seperti sedang berada di bawah sorotan lampu yang terang.
Lisa masih belum percaya dengan yang namanya pernikahan, dia masih memiliki keraguan dan ketakutan. Dia tidak tahu bagaimana dia harus melangkah maju, apakah dia siap untuk mengambil keputusan yang begitu besar.
‘Bagaimana jika aku salah?’ pikir Lisa, merasa takut akan konsekuensi dari keputusannya.
Lisa memandang Alex yang masih berjongkok di depannya, menunggu jawabannya dengan penuh harapan.
Dia melihat mata Alex yang penuh cinta dan kasih sayang, membuat Lisa merasa sedikit lebih tenang.
Tapi Lisa masih membutuhkan waktu untuk berpikir, untuk mempertimbangkan semua pilihan dan kemungkinan.
Dia tidak ingin membuat keputusan yang gegabah, dia ingin memastikan bahwa dia membuat pilihan yang tepat untuk dirinya sendiri.
Lisa terkejut ketika dia menyadari bahwa Alex telah menyematkan cincin di jari manisnya tanpa dia sadari. Dia belum menjawab pertanyaan Alex, tapi cincin itu sudah terpasang di tangannya.
"Alex, aku … " Lisa mencoba berbicara, tapi Alex hanya tersenyum dan memotongnya.
"Jangan jawab sekarang," kata Alex dengan suara yang lembut. "Aku hanya ingin kamu tahu betapa seriusnya aku tentang kita. Kamu bisa menjawab nanti, ketika kamu sudah siap."
“Kamu memang nekat,” seloroh Lisa menggelengkan kepala.
cinta nanti dulu biarakam si Alex membuktikan jangan cuma ngomong doang