NovelToon NovelToon
Ayo Kita Cerai, Suamiku!

Ayo Kita Cerai, Suamiku!

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:11k
Nilai: 5
Nama Author: YoungLady

Selama lima tahun pernikahan, Niken dan Damar tampak seperti pasangan sempurna di mata semua orang. Di balik senyum yang mereka pamerkan, ada luka yang mereka sembunyikan—ketidakmampuan untuk memiliki anak. Niken tetap bertahan, meski setiap bisikan tajam dari keluarga mertua dan orang sekitar menusuk hatinya.

Hingga badai besar datang menghantam. Seorang wanita bernama Tania, dengan perut yang mulai membuncit, muncul di depan rumah mereka membawa kabar yang mengguncang, dia adalah selingkuhan Damar dan sedang mengandung darah dagingnya. Dunia Niken seketika runtuh. Suami yang selama ini ia percayai sepenuh hati ternyata menusuknya dari belakang.

Terseret rasa malu dan hancur, Niken tetap berdiri tegak. Demi menjaga nama baik Damar dan keluarganya, ia dengan pahit mengizinkan Damar menikahi Tania secara siri. Tapi ketegarannya hanya bertahan sebentar. Saat rasa sakit itu tak tertahankan lagi, Niken mengambil keputusan yang mengguncang. Ia memutuskan untuk bercerai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoungLady, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Udara senja mulai berubah dingin ketika sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan rumah kontrakan Niken. Seorang pria berbadan kekar dengan setelan rapi keluar dari dalam mobil dan menghampiri pintu pagar.

“Nona Niken?” tanyanya sopan.

“Iya, saya,” jawab Niken, sedikit waspada.

“Pak Bastian meminta saya menjemput Anda. Kita akan langsung menuju lokasi makan malam.”

Niken mengangguk pelan. Dia sudah diberi tahu soal undangan makan malam ini sejak kemarin. Tapi tetap saja, dadanya terasa sesak oleh gugup yang tak bisa dijelaskan.

Tepat pukul 18.30, mobil meluncur mulus menembus jalanan kota yang mulai dipenuhi cahaya lampu. Setelah sekitar tiga puluh menit perjalanan, mereka tiba di sebuah vila mewah bernuansa Eropa modern di kawasan elit. Bangunannya megah, dengan taman yang dihiasi lampu-lampu gantung dan bunga lavender di sepanjang jalur masuk.

Ketika pintu dibukakan, Niken turun dengan langkah hati-hati. Ia mengenakan gaun panjang sederhana berwarna biru tua, rambutnya digerai alami. Tak ada yang berlebihan, namun tetap anggun.

Begitu masuk ke ruang utama, Niken langsung terdiam. Di hadapannya berdiri sepasang suami-istri paruh baya dengan visual yang sungguh memukau. Sang wanita, Lavender, tampak seperti sosialita kelas atas dengan gaun merah marun dan perhiasan berkilau. Kulitnya mulus, posturnya tegap dan elegan. Sedangkan pria di sampingnya—Cristian—tinggi, berwajah tegas, dan meski sudah beruban, pesonanya tetap terpancar kuat.

Tak heran Bastian bisa memiliki wajah sedemikian sempurna. Ini... warisan genetik yang luar biasa.

“Dia Niken?” tanya Lavender datar, mengamati Niken dari ujung kepala hingga kaki.

Tatapannya tajam namun bukan menghina—lebih seperti menilai.

“Cantik. Body langsing, kulit mulus,” komentar Lavender akhirnya, membuat Niken nyaris tersedak.

Niken menunduk sopan. “Halo, saya Niken. Temannya Bastian.”

“Teman?” sela Cristian cepat, alisnya naik sedikit. “Bukankah kalian berdua pacaran?”

Niken menegang seketika. “Ah… ya. Kami pacaran,” jawabnya gugup, mencoba menyelamatkan situasi.

Lavender dan Cristian saling melirik, lalu mengangguk ringan. Mereka mempersilakan Niken duduk di meja makan panjang yang sudah tertata mewah. Jamuan pun dimulai, diselingi percakapan formal khas keluarga kelas atas.

Cristian mulai bertanya. “Kau kuliah di mana, Niken?”

“Saya lulusan Teknik Industri dari Universitas Negeri,” jawab Niken mantap.

“Orangtua?”

“Bapak sudah meninggal, Ibu saya ibu saya juga meninggal. Bisa dibilang, saya yatim piatu.”

Cristian mengangguk pelan. “Pekerjaanmu sekarang?”

“Saya menjalankan pabrik milik orangtua saya, Pak. Kami memproduksi minuman ringan dan minuman kesehatan. Merek dagangnya sedang viral beberapa bulan ini. Berkat bantuan Bastian sebagai modelnya.”

Untuk sesaat, ruang makan menjadi hening.

Lavender melirik Cristian yang jelas terkejut. “Kau pemilik merek 'soft Intimates’ itu?” tanyanya pelan.

Niken tersenyum tipis. “Iya, Bu.”

Cristian menyandarkan punggungnya, menatap Niken dengan ekspresi yang lebih serius sekarang. Tidak lagi hanya sekadar menilai dari penampilan.

“Menarik,” gumamnya. “Sangat menarik.”

Bastian datang beberapa menit kemudian, dan langsung duduk di samping Niken, menyentuh punggung tangannya lembut seolah berkata: *Kau melakukannya dengan baik.*

Tapi di balik semua senyuman dan sopan santun malam itu, Niken tahu—ini bukan sekadar jamuan makan malam.

Ini... adalah ujian pertamanya di hadapan keluarga pewaris kekuasaan dan kekayaan.

Selesai hidangan utama disajikan, Lavender memandang Niken dengan mata teduh namun tajam. Dari awal, wanita itu seperti tengah mengupas lapis demi lapis kepribadian Niken. Kini, saat suasana mulai mencair, pertanyaan yang lebih pribadi akhirnya keluar dari bibir elegannya.

“Boleh aku bertanya sesuatu yang... mungkin agak sensitif?” ucap Lavender pelan.

Niken meletakkan garpunya perlahan dan mengangguk sopan. “Silakan, Bu.”

“Apa yang terjadi dengan pasanganmu sebelumnya? Maaf jika ini terlalu pribadi. Tapi sebagai ibu, aku ingin tahu alasan seorang wanita sepertimu—cantik, pintar, dan mapan—berstatus sendiri.”

Seketika suasana di meja makan terasa sedikit lebih berat. Niken menghela napas pelan, lalu menatap mata Lavender dengan tenang.

“Dia berselingkuh, Bu. Dengan wanita yang jauh lebih muda dari saya. Dan itu sudah terjadi berulang kali. Saya mencoba bertahan... tapi akhirnya saya memilih pergi demi menjaga harga diri.”

Lavender terdiam sejenak. Tak lama, ia mengangguk, wajahnya lembut namun menyiratkan pemahaman mendalam.

“Sebagai perempuan, aku bisa memahami luka itu. Pengkhianatan seperti itu meninggalkan bekas yang sulit hilang,” ujarnya lirih. “Aku turut prihatin, Niken. Tapi... aku salut karena kau memilih untuk pergi, bukan tinggal dalam luka.”

Cristian yang sedari tadi hanya mengamati, kini mengalihkan pandangannya ke arah Niken. “Lalu kau bertemu Bastian?”

Niken tersenyum canggung. “Kami mengenal sejak SMA, dia adik kelasku... Tapi kami baru dekat beberapa bulan ini, dia membantu sidang perceraian ku dengan mantan suamiku."

Lavender menyandarkan punggungnya, lalu menoleh ke suaminya. “Dia bukan wanita sembarangan, Cristian. Dia berpendidikan, cara bicaranya pintar, dan punya prinsip. Aku tidak melihat ada alasan untuk menolak perempuan sepertinya.”

Cristian mengangguk pelan. “Kau benar. Awalnya aku ragu, tapi sepertinya Bastian tahu apa yang dia lakukan.”

Niken hampir tak percaya mendengar kalimat itu. Perutnya bergejolak aneh. Ia datang ke tempat ini dengan ekspektasi jamuan biasa, tapi kini... orang tua Bastian seperti benar-benar mempertimbangkan masa depan mereka.

Setelah obrolan panjang dan suasana makan malam yang semakin akrab, hidangan penutup pun disajikan. Semua tampak menikmati malam itu dengan lebih santai, hingga...

Bastian tiba-tiba berdiri dari kursinya.

“Nike,” ucapnya sambil menatap Niken penuh makna.

Niken menoleh, masih dengan senyum kecil. “Ada apa?”

Tanpa berkata-kata, Bastian merogoh saku jasnya, mengeluarkan sebuah kotak beludru hitam, dan membukanya perlahan. Di dalamnya, sebuah cincin berdesain elegan berkilau memantulkan cahaya lampu gantung di atas meja.

“Aku tahu ini terlalu cepat. Tapi aku tidak ingin kehilangan waktu lagi. Niken, maukah kau menikah denganku?”

Niken melongo. Suara detak jantungnya seolah menggema di seluruh ruangan. Pandangannya berpindah dari Bastian ke Lavender dan Cristian—yang tampaknya sudah tahu tentang rencana ini.

“Tunggu... kita... kita baru pacaran dua hari, Bas,” gumam Niken, setengah panik. “Aku pikir ini cuma makan malam biasa... kenapa jadi di kamar... eh, maksudku... lamaran?”

Bastian tersenyum. “Karena aku yakin. Dan aku ingin mendengar jawabanmu malam ini.”

Niken menggigit bibir bawahnya. Dunia seperti berhenti berputar. Dia tidak tahu harus menjawab apa.

Bersediakah ia mengambil risiko... untuk sebuah kemungkinan yang bisa saja jadi segalanya? Atau justru menghancurkannya?

Ia hanya bisa terdiam—bingung, ragu, tapi juga... sedikit tersentuh.

Bersambung....

1
Rahmawati
bagus ceritanya
Rahmawati
baru dua hari loh pacarannya, udah di lamar aja
Rahmawati
semoga ortu Bastian berubah pikiran dan menerima niken sbg calon mantu
Rahmawati
td salah ketik nama, yg ngobrol dengan Bastian masak Tania thor
🌺🏵️YoungLady🏵️🌺: terimakasih atas koreksinya. author keder, sudah di revisi ya😂🙏😘
total 1 replies
Rahmawati
Bastian pasti ada rasa nih sm niken makanya mau bantu niken
Rahmawati
ini nih tipe perempuannya yg gk mau dia ajak berjuang, maunya langsung sukses
Rahmawati
jgn ke pede an km damar,, gk mgkin niken ngemis minta rujuk sm km
Daneen
Semangat Thomas
Azizah Hazli
Luar biasa
🌺🏵️YoungLady🏵️🌺
terimakasih🙏
Rahmawati
km masih muda Tania seharusnya km bisa bekerja keras agar gk hidup susah
Rahmawati
ternyata damar cuma numpang dirumah niken
Rahmawati
aku mampir Thor
Daneen
Kapok lu damar
Uba Muhammad Al-varo
bagus
Vien Habib
Luar biasa
🌺🏵️YoungLady🏵️🌺
terimakasih sudah datang berkunjung🙏
Ma Em
Makanya Damar kalau sdh punya istri yg baik itu jgn bertingkah sekarang kerasa sama kamu kan perbedaannya antara Niken dan Tania, kalau sama Niken kamu dihargai dan di hormati tapi dgn Tani Kamu cuma dijadikan babu.
Ma Em
Semangat Niken mungkin kamu akan mendapatkan lelaki yg lebih baik dari Damar, bkn Niken yg akan menyesal tapi Damar yg akan menyesal karena sdh menduakan mu Niken.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!