AKU BUKAN PELACUR
Tan Palupi Gulizar nama yang manis. Namun tak semanis perjalanan hidup yang harus ia lalui untuk mencari jawaban siapa jati dirinya yang sebenarnya.
Sosok yang selama ini melindungi dan membesarkannya, ternyata menyimpan sebuah cerita dan misteri tentang siapa dia sebenarnya.
Lika-liku asmara cinta seorang detektif, yang terjerat perjanjian.
Ikuti kisah kasih asmara beda usia, jangan lupa komentar dan kritik membangun, like, rate ⭐🖐️
Selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delima Rhujiwati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Area 21+ Bocil wajib mlipir.
Berbeda dengan John yang masih saja menahan ha*srat pada sosok gadis pujaannya. Dia membiarkan Palupi tertidur dengan dengkuran halusnya pada sofa bed di sisi meja kerjanya.
John, yang semula sempat mengagumi kecantikan Anne yang alami, tersenyum sendiri.
Dia teringat saat bertemu pertama kali dengan wanita yang sangat cantik walau usianya sudah tak muda lagi.
Kecantikannya sempat membuat John sulit mengalihkan pandangan matanya, hingga terlonjak kaget ketika bahunya ditepuk tiba-tiba oleh sang kakak.
"Hei, kondisikan matamu little brother" Tegur Beldiq sambil tertawa. Beldiq berbisik, "jangan coba-coba mendekatinya, apalagi jatuh cinta!" Ancam Beldiq.
"Wow, sabar big brother, ha... ha... ha..., memangnya siapa dia sampai segitunya kau melindungi wanita itu?"
Anne hanya senyum-senyum melihat ulah kedua kakak beradik tanpa berkomentar.
"Silakan duduk cantik, mari sini duduk di sampingku. Kujamin tak ada ruginya duduk dekat orang paling ganteng dari seisi rumah ini.
"Hai John, apa khabar? Kau memang sangat ganteng dibandingkan abangmu. Lupa ya, dulu aku yang mengobati kakimu ketika kamu jatuh dari sepeda dikejar Beldiq," sapa Anne.
"Haisss, ternyata pacar abangku yang hilang digaet orang."
Tawa mereka pecah mendengar kata-kata John.
John tersadar dari kenangan masa lalu saat dikagetkan suara AC yang auto off karena setelan timer di remote control nya.
John segera mematikan komputernya dan bangkit dari kursi kerjanya.
Perlahan John meraih tubuh langsing ke dalam rengkuhannya, menggendong Palupi memasuki kamar, dan merebahkan dengan hati-hati di tempat tidur.
Ia menatap lekat bibir tipisnya, dan lengkung indah garis alis Palupi yang bagaikan bulan sabit.
John akhirnya ikut juga merebahkan diri di sisi Palupi. John memeluk erat tubuh Palupi. Mereka pun terlelap dalam alam mimpi masing-masing.
Pagi yang cerah....
Tibalah waktunya bagi John harus menyiapkan semua kebutuhannya jelang keberangkatannya ke England.
Namun nyatanya dia masih saja enggan melepas pelukan, susah payah ia menahan rasa atas nama ga\*irah, pelukan yang semakin mengerat itu seakan enggan merenggang walau hanya satu inci.
Himpitan yang mulai menyesakkan dada membuat Palupi sedikit mengerakkan kepalanya. Merasa ada tangan yang melingkar pada tubuhnya, "John... Nafasku sesak karena ulahmu. lagipula kenapa kau bisa tidur satu ranjang denganku?" Protes Palupi.
"Biarkan begini untuk sesaat, atau jika aku tidak tahan, aku akan melakukan sesuatu padamu." John semakin erat memeluk tubuh Palupi.
Palupi merasakan detak jantung John yang semakin intens. Dadanya pun mulai ikut berdebar-debar merasakan hangatnya tubuh John yang hanya memakai boxer di saat tidur semalam, membuat ia nyaman dalam pelukannya.
Dada bidang dengan bulu halus itu menarik perhatian Palupi. Jari-jari lentiknya meraba dan memainkan bulu-bulu halus yang tumbuh di dada John, seakan mengoda dan membangkitkan ga\*irah lawan jenisnya yang tanpa Palupi sadari.
"John.."
"Hemm,"
"Apakah kau akan melakukan itu padaku?"
"Maksudmu?" John bukan pura-pura tidak tahu, namun ia berjuang untuk menjinakkan belalai gajah Afrikanya yang dari tadi sudah berusaha memberontak bahkan sudah ileran.
"Apakah kau mencintaiku, John? Bila kau melakukan itu padaku, lalu aku hamil, apakah kau akan menikahiku? Sedangkan kau sudah tua, dan aku masih belia."
Tentu saja pertanyaan yang membuat John tercengang tak habis pikir akan pertanyaan yang meluncur dari bibir tipis yang sudah menjadi candunya.
"Yes.., I love you Gulizar," hanya kata itu yang keluar dari mulut John. Entah siapa yang salah di sini, Palupi pun nyatanya memberikan balasan pada pelukannya.
De\*siran rasa hangat itu membawa sebuah gelora yang belum pernah Palupi rasakan.
John mengusap lembut bibir tipis Palupi. Perlahan John semakin mendekatkan wajahnya. Dike\*cupnya bibir Palupi dan mulai \*\*\*\*\*\*\*\*\*\*. Lu\*matan yang lembut memberikan sensasi yang aneh pada diri Palupi.
"John..." Mulut Palupi mendesis memanggil pelan namanya. Bibir John bermain sesuka yang ia harapkan.
Leher jenjang itu ia telusuri inci demi inci. Gigitan lembut itu semakin membuat aura dalam kamar menghangat dengan nafas mereka yang membaur jadi satu.
"Gulizar, nikmati saja jangan menolak, aku tidak akan menyakitimu, hemm." Tanpa melepaskan pagutannya, dengan terampil tangan John mera\*ba ranumnya buah aprikot yang bertumbuh menuju pada kesempurnaan bentuk. Dire\*masnya dengan lembut membuat tubuh Palupi sedikit menegang.
Meluncur \*\*\*\*\*\*\* lirih dari bibir tipis itu saat pa\*gutan mereka terlepas. Palupi semakin merapatkan badannya ke dalam pelukan John. Perlahan kecu\*pan dan gigitan kecil merayap di leher jenjang Palupi dan menurun hingga ujung lidah John menyentuh puncak buah aprikot yang mulai mengeras.
Isa\*pan mulut serta rema\*san tangan John membawa Palupi mengerang pelan tanpa ia sadari, hal itu membuat segala upaya pertahanan John serasa ingin ia lupakan saja.
"John...oh... Apa yang kau lakukan padaku, oh-hh John..." Mata indah Palupi terpejam semakin hanyut oleh rasa yang ia dapatkan.
Bibir John semakin leluasa memainkan apa yang ia inginkan.
Hangat nafas John memberikan gelenyar ga\*irah. Tangannya bergerilya semakin jauh semakin mendekat ke area sensitif Palupi.
"Gulizar, kau milikku!" Tangan John mulai merayap menyelinap memasuki area perbukitan, yang masih belum terlalu rimbun dengan rerumputan.
"John... Please jangan John..." Serak suara Palupi. Bibirnya berucap melarang, namun tangannya semakin erat memeluk seolah menuntut dan menginginkan yang lebih.
Tiba-tiba.....
Kriiiing, kriiiing.
Deringan nada panggil ponselnya John menyadarkan John dari aksinya.
Istilah 'save by the bell', menyelamatkan keduanya dari situasi yang hampir membuat keduanya kebabalasan.
John menghentikan perbuatannya. Diraihnya ponselnya yang terletak di nakas samping tempat tidurnya.
"Huh, siapa yang menggangguku di pagi buta ini?" Gerutu John sambil mengamati nama yang terpampang di layar ponselnya.
Palupi terkejut dan malu. Dia tercengang saat netranya melihat sesuatu yang menonjol dan tegang di balik boxer John. Segera diraihnya selimut untuk menutupi wajahnya. Palupi dibuat tak berdaya dengan pesona yang telah membuat hati dan tubuhnya begejolak tak terkontrol.
"Ada apa Ray? Kau mengganggu tidurku!" Sembur John tanpa basa-basi.
"I'm sorry Bos. Sengaja mengganggu, ha... ha..." Jawab Ray sambil tertawa ngakak karena sukses mengerjai sahabat sekaligus bosnya.
"Kita punya janji dengan pihak Konsulat, Bos. Dokumen teakhir yang harus kita ambil untuk melengkapi berkas yang harus kaubawa kembali ke Inggris." Jawab Ray, setelah menghentikan tawanya dan kembali serius mengingatkan John.
"Oh, shitt, aku hampir lupa, kita ada janji pukul sembilan pagi ini. Aku akan segera mandi, jemput aku sejam lagi." Balas John sambil mematikan sambungannya.
Perlahan, John kembali merebahkan badannya dan menarik selimut yang menutupi tubuh Palupi. Senyumnya terkembang menatap wajah Palupi yang malu-malu.
Palupi menyurukkan wajahnya dan menyembunyikannya di dada John. Tangannya memukuli lengan John, "Kamu jahat John. Kenapa kamu lakukan itu. Aku kan masih remaja." Keluh Palupi.
John membelai kepala yang tersandar di dadanya. "Aku tahu kamu masih remaja dan belum waktunya kamu merasakan itu." Jawab John.
"Ada hal yang harus kamu tahu. Aku sudah menyukaimu saat pertama kali kita berjumpa di pub dulu." Pengakuan John meluncur begitu saja dari mulutnya tanpa dia sadari.
"berbenah lah John! bukankah kau akan pergi, aku akan menunggumu kembali," Palupi bangkit lalu membetulkan baju yang ia kenakan.
"Mandi yuk..." ajak John
...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...
Oh noo...no..no
gagal Mak 🤣🤣 nanti lagi yah.
pokok e I love you more then rasa spaghetti rasa bolognese 😉
TBC...by: RR 😘
klo palupi dia terlalu baik