Hubungan yang terus di tentang keluarga, membuat pria tampan bernama RahardiAwan putra Biantara mau tak mau menyerah dan pasrah melepas cintanya pada seorang wanita yang ternyata seorang pekerja sex komersial.
Patah hati hebat itulah membuat ia mendadak menjadi seorang yang dingin dan tak acuh pada apapun termasuk wanita lain. Hingga akhirnya keluarga besar menjodohkan putra mahkota Biantara itu dengan seorang gadis kecil yang baru saja lulus SMA. Sifatnya yang ceria dan bar-bar di yakini keluarga akan bisa mengembalikan sosok Awan yang hangat seperti dulu.
Mampu kah Awan bertahan dengan pernikahan paksa nya itu?
Atau sang istri akan menyerah karna sering kali menajadi bayang-bayang sang Mantan suami?
Yuk kepoin ceritanya yang mungkin akan sedikit bikin darah tinggi 🤧🤧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hamil...
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Kamu dengan siapa kemari?" selidik Lisya karna ini memang toko khusus wanita, pantaslah jika ia sedikit penasaran.
"Dengan istrinya" sahut Mentari yang ternyata ada di belakang Awan sejak tadi.
"Ini istrimu, Awan?" tanya Lisya yang mengalihkan pandangannya pada sang mantan kekasih.
Awan mengangguk, ia merengkuh bahu Mentari agar lebih dekat dengannya.
"Iya, ini istri kecilku" ujar pria tampan tersebut.
"Senang bertemu denganmu, aku Lisya teman Awan"
"Ake Mentari, istrinya" jawab Mentari sambil mengulurkan tangan dan kemudian menoleh kearah suaminya yang tersenyum simpul.
Hati Lisya mencelos, selama empat tahun bersama baru kali ini ia melihat Awan berdiri di samping wanita lain dengan begitu dekat. Wajahnya begitu santai dan tak ada kepura-puraan sama sekali semua begitu natural dan Lisya sudah bisa melihat kenyamanan dalam diri pria tersebut.
"Baiklah, lanjutkan belanja kalian. Aku pamit ya"
"Kamu kesini dengan siapa?" tanya Awan sebelum sang mantan kekasih beranjak pergi.
"Sendiri, tapi aku akan makan siang dengan--"
"Tuan Liam? kamu dengannya kini?"
Lisya mengangguk, ia tersenyum kecil tanpa mau menjawab sama sekali pertanyaan Awan.
"Kita bisa bahagia dengan cara yang berbeda. Doa ku masih sama untukmu, Awan"
Awan menatap sendu kepergian Lisya, yang ia tak ingin tahu seolah di benarkan oleh wanita itu. Dan itu tentu sangat menyakitkan.
"Jangan menoleh lagi ke belakang, ada aku di depan mu yang selalu merentangkan tangan siap memelukmu"
Awan pun mengalihkan pandangan, ia tertawa kecil lalu mencium kening Mentari.
"Aku tahu, tak perlu lagi menyindir ku, Ok"
Keduanya pun keluar dari toko tanpa membeli apapun, pertemuan mendadak dengan Lisya ternyata sedikit mempengaruhi mood Awan.
"Kita makan ya, aku laper"
Mentari yang sedari tadi hanya menurut hanya mengangguk saja. Tak perduli akan di bawa kemana selagi itu bersama Awan ia akan selalu nyaman.
Makan siang kali ini yang di pilih Awan adalah restoran cepat saji. Perutnya yang lapar seolah tak ingin menunggu lebih lama.
"Apa kamu senang bertemu dengannya?" tanya Mentari.
"Menurutmu? apa aku terlihat senang?" Awan justru balik bertanya.
"Entah, aku justru merasa kamu terlihat kecewa"
"Hem, iya. Aku sangat kecewa" jawab Awan dengan tawa sumbang.
Mentari tak lagi membahasakan soal Lisya, jika suaminya tak bisa menjaga perasaannya tentu harus ia sendirilah yang menjaga kewarasannya.
Mereka menikamati makanan masing-masing sambil mengobrol seolah tak terjadi apapun. Semua nampak biasa meski jauh di dasar hati Awan dan Mentari sedang sekuat tenaga menahan sesak.
.
.
.
Kali ini mereka pulang ke kediaman Biantara karna Cahaya tak hentinya menelepon menanyakan menantu perempuannya yang tak pulang sejak kemarin.
Awan langsung di minta menemui Langit di ruang kerjanya sedangkan Mentari masuk ke kamar
"Kalian bertemu?"
"Tak perlu basa basi bertanya, Pih" ujar Awan saat ia sudah duduk hadapan Pipihnya.
"Jangan sakiti Mentari, ia istrimu"
"Aku tahu, aku sedang berusaha membahagiakannya. Kalian jangan khawatir" tegas Awan.
"Dengan cara mencintainya, ia hanya butuh itu darimu. Tolong buka hatimu dan biarkan ia masuk untuk menggantikan Lisya" mohon Langit.
"Apa semudah itu? Pipih tahu bagaimana hubunganku dengan Lisya selama ini, kan? Mentari hanya orang ketiga yang tiba-tiba hadir mana bisa begitu saja aku cintai, Pih" teriak Awan.
"Bisa, kamu bisa Awan"
"Hah, apa? aku harus melakukan apa?" tanya Awan.
.
.
.
Buat Mentari Hamil, kalian harus punya anak!!
