NovelToon NovelToon
Istri Siri Tuan Dokter

Istri Siri Tuan Dokter

Status: tamat
Genre:Romantis / Nikahkontrak / Dokter / Tamat
Popularitas:38.8M
Nilai: 4.7
Nama Author: AmiRas

Kinar menerima tawaran menikah dari sang dokter untuk melunasi hutangnya pada pihak Bank. Sedangkan, dr. Raditya Putra Al-Ghifari, Sp. B menikahinya secara siri hanya untuk mendapatkan keturunan.

Awalnya Kinar menjalaninya sesuai tujuan mereka, tapi lambat laun ia mulai merasa aneh dengan kedekatan mereka selama masa pernikahan. Belum lagi kelahiran anak yang ia kandung, membuatnya tak ingin pergi dari sisi sang dokter.

Kemanakah kisah Kinar akan bermuara?

Ikuti Kisahnya di sini!

follow ig author @amii.ras

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AmiRas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketemu Papa Mertua

Hari ini, sejak Kinar sampai di rumah sakit, semua staff Dokter dan Suster yang berpapasan dengannya, menatapnya dengan penuh selidik, juga netra yang memindai perut buncitnya yang tak bisa Kinar sembunyikan lagi. Dokter Radit juga bilang sebelum ia berangkat tadi, untuk Kinar tak usah menyembunyikan kehamilannya. Toh, ceoat atau lambat juga akan ketahuan juga.

"Saya gak nyangka ternyata Suster Kinar sudah menikah toh. Kenapa disembunyiin, Sus?" tanya rekan sesama perawat ketika ia meletakkan tasnya di loker.

"Ah, gak usah dijawab deh. Pasti belum resepsian ya, makanya gak enak ngasih tahu kita. Tapi, semoga kandungan Suster Kinar sehat terus ya. Jangan lupa undang kita ya kalau mau resepsian, Sus!" sahut rekannya yang lain.

"Insha Allah ya doakan saja nanti bisa resepsian. Saya undang kok kalian semua," sahut Kinar tersenyum tak enak. Semua ucapan mereka itu diucapkan dengan nada menyindir yang begitu kentara.

Kinar menebalkan muka seharian itu dengan tatapan dan bisik-bisik tak enak tentang kehamilannya. Tentu saja sejak pendrahannya seminggu lalu bukanlah rahasia lagi. Semua staff rumah sakit pastinya tahu akan kejadian itu.

Kinar sedang berjalan menyusuri taman rumah sakit dengan langkah ringan ketika seseorang menyerukan suaranya di belakang punggungnya.

"Masih betah statusnya disembunyikan ya, Suster Kinar!" ucap orang itu yang kini berjalan bersisian dengan Suster Kinar.

"Bukan urusan Anda, Dok!" sahut Kinar ketus.

"Setelah anakmu lahir juga kamu akan pergi dari sisi Dokter Radit. Jadi, jangan terlena akan status pernikahan tak sah itu, Suster Kinar!" ucap orang di samping Kinar dengan nada sinis.

Kinar menghentikan langkah. Dokter Ririn ikut juga menghentikan langkahnya, hingga kedua perempuan berparas ayu itu kini saling berhadapan dengan netra saling menunjukkan ketidak sukaan.

"Seharusnya saya yang bilang begitu. Dokter jangan terlalu mencampuri urusan orang lain! Sah atau tidak dan bagaimana hubungan saya berjalan dengan Dokter Radit itu bukanlah urusan Dokter! Dan Dokter Ririn juga jangan terlalu berharap jika Dokter Radit akan mau kembali pada orang yang telah menyia-nyiakannya!" balas Kinar telak dengan senyum mengejek pada Dokter Ririn.

"Wow, Suster Kinar semakin hari bahasanya semakin berani. Benar-benar salut saya!" ucap Dokter Ririn dengan nada mencemooh.

"Tentu, Dong! Saya juga lebih menang banyak daripada Dokter Ririn! Dokter Ririn hanya masa lalu yang tak penting untuk diingat, sedang saya... Calon Ibu dari anaknya!" bisik Kinar di depan wajah Dokter Ririn yang menampakkan raut wajah marah.

"Kamu!"

Kinar meringis karena lengannya dicengkram erat dengan kuku panjang Dokter Ririn. Ia mencoba melepaskan, tapi cengkraman kuat itu menunjukkan kemarahan dari Dokter di depannya itu.

"Dokter Ririn!" suara itu mengintetupsi mereka.

Kinar langsung bernapas lega karena lengannya segera dilepaskan. Ia meringis merasakan perih di pergelangan tangannya, ada goresan samar bekas kuku Dokter Ririn yang membekas di lengannya.

"Tante!"

Kinar dan Dokter Ririn menghadap pada wanita baya berpenampilan modis yang masih terlihat awet muda di usianya yang telah berumur.

"Apa yang kamu lakukan padanya?" tanya Ibu Sonia dengan netra memicing penuh selidik.

"Tidak. Saya tidak melakukan apapun, kami hanya mengobrol singkat." Dokter Ririn menyangkal cepat. Sedang, Kinar hanya diam memperhatikan.

"Begitu? Sudah selesai? Saya mau mengajak Suster Kinar makan kalau sudah selesai," ucap Ibu Sonia lagi.

"Ah, iya silahkan, Tan. Saya juga akan ke ruang pasien."

Lengan kiri Kinar langsung digenggam oleh Ibu Sonia. Mereka berlalu meninggalkan Dokter Ririn yang menatap punggung dua wanita berbeda usia itu dengan tatapan kesal. Kinar mengulum senyum merasakan hangat di dadanya karena genggaman dari tangan Ibu Sonia. Dia seperti anak kecil yang dibawa ibunya saat ada anak lain yang membuatnya menangis.

"Kita mau kemana, Bu?" tanya Kinar karena mereka bukannya menuju kantin rumah sakit.

Ibu Sonia tak menjawab. Mereka memasuki sebuah ruangan dengan pintu jati bercat cokelat. Ruangan luas dan berinterior mewah itu membuat Kinar kebingungan. Ia baru tersadar ketika suara pria paruh baya memenuhi ruangan sunyi itu.

"Loh, katanya mau makan, Ma? Kok balik lagi?"

Kinar yang tadinya sibuk memperhatikan ruangan tempat kini ia berada pun segera menoleh ke sumber suara. Pria paruh baya dengan sneli dokter dan kacamata yang bertengger menghiasi kedua netranya terasa familiar bagi Kinar. Dia mirip Dokter Radit.

"Nanti, Pa. Mau obatin tangan Suster Kinar dulu. Boleh Mama pinjam P3K nya!"

Kinar dituntun duduk di sofa cokelat di ruangan itu. Ia hanya diam dengan netra mengikuti gerak gerik Ibu Sonia yang mengambil kotak P3K dan berjalan duduk di sampingnya. Tangan kanannya diambil oleh Ibu Sonia, Kinar hanya mengernyit menahan perih ketika luka goresan di lengannya di bersihkan dengan cairan alkohol, setelahnya diolesi dengan salep.

Ghifari Abraham, hanya menilik itu dari tempat duduknya. Bagaimana istrinya yang begitu perhatian pada perempuan dengan seragam perawat itu, dan sikap siaganya pada sang perawat. Ghigari hanya menyembunyikan senyum melihat istri dan calon menantunya. Ia sudah diceritakan sedikit oleh istrinya tentang siapa Suster Kinar, dan hubungannya dengan putranya. Mendengar cerita dari istrinya tempo hari, Ghifari merasa ingin menjewer Raditya Putra Al-Ghifari itu seperti ketika putranya dulu berusia 10 tahun yang begitu minim ekspresi ketika ditanya kenapa dia memukul temannya. Putra tunggalnya itu benar-benar membuatnya harus banyak-banyak mengelus dada.

"Pa, pesenin kami makan dong! Males Mama keluar," ucap Ibu Sonja setelah menyingkirkan kotak P3K.

"Ehm, saya makan di kantin saja, Bu!" ucap Kinar merasa tak nyaman apalagi ada Dokter Ghifari.

Ibu Sonja mendelik tak suka, "temani saya makan di sini saja. Nanti kamu digangguin lagi sama si Dokter sok kecantikan itu."

Kinar menahan senyumnya mendengar ucapan kesal Ibu Sonia pada Dokter Ririn.

"Aw!" Kinar meringis dan tanpa sadar mengusap perutnya. Oh, dia merasakan tendangan halus dari si jabang bayi di rahimnya. Kehamilannya memang sudah masuk di bulan kelima, dan sebentar lagi masuk enam bulan. Memang tak terasa ternyata.

"Ada apa?" tanya Ibu Sonia cemas.

Kinar menggeleng, "nendang, Bu!" sahut Kinar dengan senyum yang tak bisa ditahan.

Ibu Sonia tahu-tahu saja sudah meletakkan tangannya di perut buncit Kinar, dan mengusapnya pelan. Tendangan halus kembali Kinar rasakan, dan Ibu Sonja yang merasakan di telapak tangannya pun menoleh pada Dokter Ghifari yang dari tadi memperhatikan interaksi istrinya dengan Suster Kinar.

"Pa, nendang!" ucap Ibu Sonia dengan netra berkaca-kaca.

Dokter Ghifari yang merasakan iri pun berjalan mendekati sofa dimana istrinya dan Kinar duduk. Dokter Ghifari pun kini duduk di sofa tunggal, menarik mendekat kursi itu hingga dekat dengan sofa yang diduduki Kinar dan Ibu Sonia.

"Papa juga mau rasain, Ma!" ucap Dokter Ghifari tak sabar.

"Gak boleh, Pa! Nanti si dedek bayinya ngambek. Papa kan sebelas dua belas sama Si Radit itu!"

"Kok gitu sih, Ma!" ucap Dokter Ghifari memberengut.

"Ehm... Kalau Dokter mau pegang boleh kok," ujar Kinar dengan senyum haru yang ia tahan. Melihat antusiasnya kedua orang tua Dokter Radit membuat buncahan bahagia memenuhi relung hatinya.

Dokter Ghifari pun ikut merasakan tendangan di perut Kinar. Kedua orang tua paruh baya itu saling melempar pandangan haru. Di balik itu semua, Kinar mengirim doa harapan agar anaknya kelak dilimpahi cinta dan kasih sayang.

...Bersambung.......

1
Ko
Bengek si radit🤣🤣
Ko
Dia yg senyum, aku yg blushing 😂
Ko
Membaca sambil membayangkan perasaan kinar buat aku terharu dlm bahagia🥹🥹
bibuk duo nan
Tjrun thor 😅😅😅😅, Turun x thor ah othor nih
bibuk duo nan
typo sejak bukan sejam
bibuk duo nan
membina thor bukan mambantu na
bibuk duo nan
judulnya apa kak othor tentang Lilis
bibuk duo nan
dokter Ririn bukannya udh dimutasi pindah tugas oleh Radit ya kok masih ada aja
bibuk duo nan
mohon dikoreksi lebih teliti lg thor 🙏 banyak typo bertebaran, ceritamu bagus thor
bibuk duo nan
menyelesaikan thor bukan menyekesaikan
⭐️asteri
kasihan dokter Ardi.semoga dia bisa kasih cintanya pada lilis dna melupakan Kinar
⭐️asteri
paling benci ama org seperti dokter Ririn. ga tau malu, apapun alasan dia meninggalkan org saat mendekati pernikahan adalah hal yg sangat fatal.
setidaknya tau diri, ga usah sok jadi korban menderita akan keputusan sendiri
Yustina Tri Caturrini
Luar biasa
Takdir Hidupku
Ya ampun mama mertua🤣🤣
Takdir Hidupku
mertua resek🤣
Titin Hasan
Luar biasa
Haryati Kurniawan
bagus banget
Nur Haidah Tinambunan
kalah memang radit ndk cinta sama kita kenapa radit cemburu liat kira sama dokter Ardi
Nur Haidah Tinambunan
kasihaan kamu kira
Nur Haidah Tinambunan
si radit kayak ndak punya perasaan sama kira ya kasihan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!