*Important*
novel ini ekslusif ada hanya di NovelToon,bila ada di platform lain, bearti plagiat
tolong bantu report
"Ketika dunia mengandalkan pedang dan sihir, aku membawa napalm dan artileri. Oh, dan saldoku? Error Tak Terbatas." Rian, seorang buruh pabrik yang mati karena kelelahan, mengira hidupnya berakhir. Namun, dia membuka mata sebagai Zephyrion IV, Kaisar boneka di dunia Terra Vasta—sebuah planet yang 1.000 kali lebih luas dari Bumi. Nasibnya buruk: Negaranya di ambang kebangkrutan, dikelilingi musuh, dan nyawanya diincar oleh menterinya sendiri. Tapi, Rian tidak datang dengan tangan kosong. Dia membawa "Omni-Store System"—sebuah toko antardimensi yang mengalami ERROR fatal. Saldo Poin: UNLIMITED (∞).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27: MENJINAKKAN KUDA BESI
Lapangan parade militer di luar Vexia, yang biasanya tenang dan hanya terdengar derap langkah kaki, kini berubah menjadi neraka kebisingan.
Asap hitam mengepul ke udara. Suara grrr-krak-duar terdengar berulang kali, disusul teriakan panik.
"KOPLINGNYA, BODOH! INJAK PEDAL KIRI!"
Suara Zephyr menggelegar melalui megafon (pengeras suara elektronik), mengalahkan raungan mesin diesel.
Di tengah lapangan, sebuah Truk M35 seberat 6 ton tersentak-sentak hebat seperti kuda liar yang sedang sakaratul maut, lalu mesinnya mati mendadak dengan suara cuit yang menyedihkan.
Di kursi pengemudi, Sersan Brutus—pria setinggi dua meter yang pernah mematahkan leher banteng dengan tangan kosong—kini gemetar ketakutan. Wajahnya pucat pasi, keringat sebesar biji jagung mengalir deras. Dia memegang setir kemudi begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih.
"A-Ampun, Yang Mulia!" teriak Brutus, suaranya bergetar. "Monster ini... dia marah! Dia mau melempar hamba keluar!"
Zephyr memijat pelipisnya yang berdenyut. Dia melompat naik ke pijakan kaki truk dan melongok ke dalam kabin.
"Dia tidak marah, Brutus. Kau yang kasar," omel Zephyr. "Kau mengangkat kaki kirimu terlalu cepat. Ini bukan kuda yang harus kau tendang perutnya supaya lari. Ini mesin. Dia butuh perasaan."
"P-Perasaan, Yang Mulia?" Brutus menatap pedal-pedal di bawah kakinya dengan horor. "Hamba lebih memilih melawan sepuluh orc daripada menginjak pedal setan ini lagi."
Zephyr menghela napas panjang. Mengajarkan konsep transmisi manual kepada orang-orang yang seumur hidupnya hanya tahu tali kekang dan cambuk ternyata jauh lebih sulit daripada mengkudeta negara.
Tiga Hari Kemudian.
Proses seleksi ternyata brutal. Kekuatan fisik tidak berguna di sini. Yang dibutuhkan adalah koordinasi mata, tangan, kaki, dan ketenangan.
Banyak ksatria hebat gagal karena terlalu agresif. Justru para mantan petani dan pengrajin—yang terbiasa bekerja teliti—yang lebih cepat menguasai seni "setengah kopling".
Zephyr berdiri di atas podium darurat, mengenakan kacamata Aviator hitam (dibeli dari sistem seharga 5 poin). Di hadapannya, 50 pengemudi terpilih berbaris rapi di depan truk masing-masing. Mereka tampak gagah, namun juga gugup.
"Dengar!" teriak Zephyr.
"Kalian bukan lagi sekadar prajurit infanteri. Kalian adalah Korps Logistik ke-1. Di tangan kalian, nasib ribuan nyawa di garis depan bergantung."
Zephyr menunjuk ke arah tumpukan peti amunisi dan karung perbekalan di pinggir lapangan.
"Biasanya, butuh 100 gerobak sapi dan waktu 3 jam untuk memuat semua itu. Sekarang, perhatikan."
Atas perintah Zephyr, para prajurit mulai menaikkan barang ke bak belakang truk. Suspensi truk-truk itu hanya turun sedikit saat menerima beban berton-ton.
"Nyalakan mesin!"
VROOOMMM!
Lima puluh mesin menyala serentak. Getarannya terasa hingga ke telapak kaki. Tanah bergetar.
Jenderal Gareth, yang kini sudah cukup mahir mengemudi (meski masih sering lupa menyalakan lampu sein), berada di truk paling depan. Dia mengenakan kacamata hitam serupa yang diberikan Zephyr, membuatnya terlihat seperti jenderal junta militer dari film aksi tahun 80-an.
"Konvoi... MAJU JALAN!" perintah Gareth lewat radio walkie-talkie.
Truk-truk itu mulai bergerak. Awalnya pelan, roda-roda karet besar itu melindas tanah becek tanpa ampun.
Tidak ada cambuk yang melecut. Tidak ada kuda yang kelelahan. Hanya deru konstan teknologi pembakaran dalam.
Di Jalan Raya Menuju Timur.
Pemandangan itu sungguh surealis.
Penduduk desa yang tinggal di pinggir jalan berlarian keluar rumah. Mereka berlutut dan bersujud, mengira dewa petir sedang lewat. Anak-anak kecil menunjuk dengan mulut ternganga saat melihat "rumah berjalan" berwarna hijau melaju lebih cepat daripada kuda pacu terbaik desa mereka.
Di dalam kabin truk utama, Zephyr duduk di kursi penumpang di samping Gareth.
"Lihat spionmu, Gareth," kata Zephyr santai.
Gareth melirik kaca spion samping. Di belakangnya, ular baja sepanjang satu kilometer meliuk mengikuti jalan tanah. Debu membumbung tinggi di belakang mereka.
"Ini gila, Yang Mulia," gumam Gareth, tak bisa menyembunyikan seringai lebarnya. "Kita membawa cukup peluru untuk meratakan gunung, dan kita bahkan tidak berkeringat. Kuda-kuda kita biasanya sudah berbusa mulutnya di jarak segini."
"Itu namanya efisiensi, Jenderal," Zephyr menyalakan rokok (kebiasaan lama Rian yang kadang muncul saat stress atau puas). "Dengan kecepatan ini, kita akan sampai di Benteng Perbatasan Timur besok siang. Pasukan Naga bahkan belum selesai sarapan saat kita mulai menata meriam."
Tiba-tiba, Gareth mengerutkan kening.
"Yang Mulia, ada jembatan kayu tua di depan. Sungai Eila."
Zephyr menegakkan punggung. Ah, infrastruktur lama. Masalah klasik. Truk ini beratnya 6 ton kosong, ditambah muatan bisa jadi 10 ton. Jembatan kayu abad pertengahan akan patah seperti tusuk gigi.
"Hentikan konvoi," perintah Zephyr.
Gareth menginjak rem. Ciiiiiittt!
Truk berhenti. Di belakang, satu per satu truk ikut mengerem, lampu rem merah menyala berurutan seperti efek domino yang indah. Disiplin jarak aman yang diajarkan Zephyr berhasil. Tidak ada tabrakan beruntun.
Zephyr turun dan menatap jembatan kayu yang rapuh itu. Sungai di bawahnya deras dan lebar.
"Kael belum sempat memperkuat jembatan ini," gumam Zephyr.
Dia membuka menu Sistem Omni-Store.
Item: Jembatan Bailey (Bailey Bridge) - Surplus PD II
Deskripsi: Jembatan rangka baja portabel, bisa dirakit cepat tanpa alat berat khusus.
Zephyr tersenyum.
"Gareth! Suruh anak buahmu turun. Kita tidak akan menyeberangi jembatan lapuk itu. Kita akan membuat jembatan kita sendiri. Sekarang."
"Membuat jembatan? Sekarang? Tapi itu butuh waktu berminggu-minggu!" protes Gareth.
"Dengan caraku? Cuma butuh dua jam," jawab Zephyr sambil memunculkan tumpukan panel baja prefabrikasi dari udara kosong. "Selamat datang di Korps Zeni Tempur, Jenderal."
Jadinya seperti pertarungan Fantasy sihir dengan teknologi modern/militer keren banget
Semoga semakin ramai pembacanya ya kakak author tetap semangat berkarya
Tetap semangat thor 💪
tetap semangat thor 💪
sudah di riview
Keren thor lanjutkan 💪💪