Gadis Incaran Vampir

"Bagaimana kalau kita buat sebuah geng?" ide ajaib tiba-tiba saja muncul di kepala Ayshi.

Sekarang ketiga mahasiswi cantik yang hanya beda dua semester dengan Angel itu, padahal usia mereka sebaya. Sedang berada di kantin kampus. Mereka memang tidak punya kegiatan. Karena para mahasiswa yang termasuk dalam keanggotaan BEM sedang mengurus pada mahasiswa baru. Dan beberapa dosen juga memberikan arahan dan bantuan di kegiatan itu.

Ketiganya, hanya mengisi absensi dan mengumpulkan tugas. Lalu mereka bebas, tapi tidak boleh pulang dulu. Harus menunggu jam pulang.

Dan saat ini, ketiganya sedang berada di kantin. Awalnya ketiganya sama sekali tidak dekat. Aline dan Amanda memang satu kelas, tapi Ayshi meski jurusannya sama tapi dia beda kelas. Benar-benar tidak sedekat ini sampai duduk bersama di kantin.

Hal yang membuat mereka jadi akrab, adalah peristiwa Pamela kemarin. Jika tidak, mungkin Aline dan Amanda hanya akan saling sapa tanpa mengobrol.

"Geng? geng apa?" tanya Amanda.

"Geng dengan huruf A, kita berempat kan punya nama yang sama. Ini akan sangat seru!" kata Ayshi.

Aline mengernyitkan keningnya.

"Mau jadi penerus Pamela kamu? main geng-gengan?" kata Aline yang kurang setuju dengan hal itu.

Amanda mengangguk setuju.

"Iya, sebaiknya tidak usah. Kita bisa berteman tanpa harus memberi batas nama seperti itu! meski sebenarnya itu terdengar bagus. Tapi, untuk sekarang sebaiknya tidak, mungkin kalau Pamela dan yang lain itu sudah lulus. Kita bisa pikirkan lagi!"

"Labil" sela Ayshi terkekeh.

Karena dari ucapan Amanda itu. Sebenarnya dia juga bukan tidak setuju. Hanya saja dia tidak mau buat masalah. Ya, kurang lebih begitu.

"Oh ya Aline, ngomong-ngomong nih. Aku masih mikirin apa yang tadi sempat di tanya oleh Angel. Kenapa dia mendadak menanyakan masalah dosen filsafat?" tanya Ayshi.

Amanda mengangguk. Dia juga sangat penasaran.

"Tadi kamu sempat bilang dia pernah depresi? sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Amanda.

Aline menoleh ke arah dua gadis yang terlihat sangat penasaran itu. Dia sendiri ragu, apakah dia harus menceritakan masalah ini pada keduanya. Kan bisa di bilang, kalau hal ini adalah masalah yang sangat pribadi bagi Angel.

"Kita kan teman, Aline!" kata Amanda.

"Iya, dan hubungan kita juga sudah meningkat menjadi sahabat bukan? kalau kamu cerita pada kami. Setidaknya kami bisa menghindari kata-kata atau perbuatan kami nanti akan membuat Angel merasa tidak senang dan ingat pada masalahnya. Betulkan?" tunjuk Ayshi ke arah Amanda.

"Betul sekali" sahut Amanda cepat.

Aline kembali melihat satu persatu, dari Amanda ke Ayshi dan dari Ayshi ke Amanda.

"Duh kelamaan Aline" protes Amanda.

"Cerita gak ya?" gumam Aline ragu.

"Cerita saja, siapa tahu kita bisa sama-sama cari solusinya buat Angel!"

**

Dan di dalam aula, Angel yang sedang bermain tebak tokoh dengan para mahasiswa baru lainnya pun bersin.

"Hatchiu!"

Teman di sebelahnya langsung menyentuh lengan Angel pelan.

"Angel, kamu kenapa?" tanya Gita.

Angel langsung menggelengkan kepalanya.

"Tidak, tidak apa-apa. Hanya saja hidungku gatall!"

Gita tersenyum tipis.

"Mungkin ada yang sedang membicarakan mu. Tapi lihat deh disana, kak Gaza! sepertinya sejak tadi dia memperhatikanmu. Apa mungkin dia yang sedang membicarakan mu dalam hatinya?" tanya Gita.

Angel segera menoleh ke arah yang di tunjuk Gita. Dan di sana, salah satu anggota BEM, Gaza. Memang tampak melihat ke arah Angel.

Bukannya senang, Angel malah merasa merinding.

'Ada apa dengan orang-orang itu? kenapa cara mereka melihatku sangat aneh!' batin Angel.

**

Sedangkan di kantin, di tempat orang-orang yang sebenarnya membuat Angel bersin tadi, karena memang sedang membicarakannya. Ayshi dan Amanda masih membujuk Aline untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada Angel.

"Kalau Angel marah padaku, kalian yang tanggung jawab ya!" kata Aline.

"Aku yang jawab, buat Ayshi yang tanggung!" celetuk Amanda.

Ayshi terkekeh.

"Sudah ketularan kita, dia!" kata Ayshi menunjuk ke arah Amanda, tapi menoleh ke arah Aline, "lagipula Angel itu sepertinya tidak mungkin marah padamu. Dia sangat perduli padamu. Aku lihat saat dia jalan denganmu di dekat gerbang, dia yang tadinya ada di tempat aman, justru memilih jalan di sebelah kirimu. Di sisi jalan. Itu artinya dia sangat perduli padamu!" kata Ayshi lagi.

Aline terdiam sejenak. Kata-kata Ayshi itu memang benar.

"Ayo beritahu kami!" bujuk Amanda.

Aline menghela nafas panjang, sebelum dia akan menceritakan semuanya pada kedua temannya yang katanya mulai hari ini mereka sudah menjadi sahabat itu.

"Jadi begini, beberapa bulan yang lalu. Sebenarnya Angel itu tinggal di ibukota. Hidupnya sangat baik, orang tuanya pengusaha sukses. Sangat kaya, punya perusahaan yang begitu besar. Tapi, tiba-tiba saja semuanya hancur dalam sekejap..." Aline menjeda ucapannya.

Amanda dan Ayshi melihat itu, perubahan ekspresi Aline. Mata Aline berkaca-kaca. Sepertinya tidak bisa menahan rasa emosional di dalam dirinya. Sepertinya apa yang akan dia ceritakan selanjutnya, adalah sesuatu yang sangat menyedihkan tentang Angel.

"Ayah dan ibu Angel kecelakaan. Bahkan tidak hanya itu, di hari yang sama perusahaan terbakar habis. Semua kebahagiaan itu dalam sekejap hilang begitu saja dari hidup Angel!" Aline tak kuasa menahan tangis.

Amanda bahkan merangkul lengan Ayshi yang bahkan sudah mulai berkaca-kaca matanya.

"Angel depresi, dia kehilangan orang tuanya sekaligus. Butuh satu bulan untuknya bisa bicara dengan orang lain. Dia sudah kuliah saat itu, dan dia harus dikeluarkan karena memang sudah sangat lama tidak masuk. Hidupnya benar-benar sempurna dulu, dan tiba-tiba saja..." Amanda menepuk tangan Aline.

Aline saja yang menceritakan semua itu, sampai terisak. Lantas bagaimana dengan Angel. Pasti gadis itu sangat terpukul, benar-benar bisa depresi.

Ayshi yang tengil saja sudah terisak tanpa suara. Dia menyeka air matanya.

"Aku tidak menyangka, Angel mengalami hal seperti itu"

"Dia pasti sangat sedih" tambah Amanda.

Brakk

Aline dan Amanda nyaris melompat dari kursi mereka. Tiba-tiba saja Ayshi menggebrak meja.

"Baiklah! kalau begitu, aku akan carikan dosen filsafat yang Angel butuhkan itu. Aku akan mencaritahu sekarang!" kata Ayshi yang tiba-tiba saja pergi meninggalkan Amanda dan Aline.

Amanda dan Aline juga segera berdiri.

"Eh, Ayshi. Tunggu!" kata Amanda menarik tangan Aline menyusul Ayshi.

***

Bersambung...