Amel Fira Azzahra gadis kecil yang memiliki wajah sangat cantik, mempunyai lesuk pipi, yang di penuhi dengan kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Namun sayang kebahagian itu tidak berlangsung lama. Setelah meninggalnya Ibu tercinta, Amel tidak lagi mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Bapaknya selalu bekerja di luar kota. Sedangkan Amel di titipkan ke pada Kakak dari Bapaknya Amel. Tidak hanya itu, setelah dewasa pun Amel tetap menderita. Amel di khianati oleh tunangannya dan di tinggal begitu saja. Akankah Amel bisa mendapatkan kebahagiaan?
Yukk ikuti terus ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aretha_Linsey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25 Keputusan Amel
Setelah konfrontasi dramatis dengan Udin, Amel memasuki fase stagnasi emosional. la telah membatalkan pertunangannya, mendapatkan kembali kebebasannya, tetapi kini ia terperangkap di antara dua hal: janji setia Agus dan lamaran stabil Fatur. Amel meminta waktu, dan Fatur memberikannya dengan kesabaran seorang pemburu yang yakin bahwa mangsanya akan kembali.
Fatur menunjukkan kesetiaan dan dukungan yang luar biasa. la tidak pernah menanyakan jawaban secara langsung, tetapi tindakannya berbicara lebih keras. la mengirim bantuan finansial secara tersembunyi untuk Ayah Amel, membantu Alan mendapatkan bimbingan belajar terbaik di kota, dan memastikan kebutuhan keluarga Amel terpenuhi. Semua ini dilakukan Fatur tanpa pamrih, menciptakan kesan bahwa ia adalah
pelindung yang dewasa dan tulus.
Amel sering merindukan Agus. Di malam hari, ia akan menatap jaket kulit Agus yang kini menjadi pengingat pahit akan janji di stasiun. la mencoba menghubungi Agus melalui nomor lama Rizal, tetapi tidak ada hasil. Setiap hari tanpa kabar dari Agus terasa seperti pengkhianatan kecil yang dilakukan oleh waktu
Sementara itu, Amel harus menghadapi kenyataan bahwa Fatur semakin dekat. Meskipun Amel selalu menjaga jarak, Fatur sesekali mengajaknya keluar, bukan untuk merayu, tetapi untuk berbagi cerita dan pengalaman hidupnya. Amel mulai terbiasa dengan kehadiran Fatur yang berwibawa, yang menawarkan dunia yang menjamin kehidupannya.
Namun, yang paling mengganggu adalah ingatan akan sentuhan Fatur di bawah hujan. Rasa malu dan takut dari sentuhan itu perlahan berubah menjadi rasa penasaran Sensasi kejutan dan keintiman yang ia rasakan pada saat Fatur meremas buah dadanya terasa begitu baru, begitu intens hingga mencemari kemurnian cinta polos yang ia kenal dari Agus.
...----------------...
Waktu berlalu tanpa ampun. Tiga bulan berganti menjadi enam bulan, dan enam bulan berganti menjadi satu tahun.
Satu tahun penuh keheningan dari Agus. Amel telah mengirim ratusan pesan yang tidak pernah terkirim. Janji Agus untuk kembali saat sukses terasa seperti ilusi kekanak kanakan yang terkikis oleh realitas pahit. Motor Amel, meskipun sudah diperbaiki, kini teronggok di sudut. Amel sudah lama tidak menyentuh oli. Dunia balapan telah hilang, digantikan oleh peran baru Amel sebagai tulang punggung emosional keluarga.
Amel sudah mencapai titik putus asa. la merasa dikhianati, bukan oleh Udin yang jahat, tetapi oleh Agus yang baik namun menghilang. Fatur, sebaliknya, selalu ada. Selama satu tahun itu, Fatur tidak pernah goyah. Ia selalu sabar, memperlakukan Amel dengan hormat, dan terus mendukung keluarganya dari kejauhan. Fatur adalah kestabilan yang Amel butuhkan, sedangkan Agus adalah kenangan yang menyakitkan.
...----------------...
Di balik keheningan itu, Agus memang telah berhasil. la tidak melupakan Amel. Agus telah menikah dengan seorang artis ibu kota yang cantik. Pernikahan itu bukanlah pernikahan cinta, melainkan sebuah perjanjian ambisi. Istrinya memberinya koneksi dan jalan pintas menuju kesuksesan yang ia janjikan pada Amel. Ironisnya, meskipun istrinya sangat cantik, di mata Agus, istrinya tidak pernah bisa menandingi kecantikan dan jiwa liar Amel. Agus berjuang setiap hari untuk sukses agar bisa menepati janji pada Amel, tetapi ia terjebak dalam jaring ambisinya sendiri. Ketakutannya adalah: jika ia menghubungi Amel sebelum sukses, Amel akan kecewa.
Jadi, ia memilih diam, tanpa menyadari bahwa keheningan itu telah membunuhnya di mata Amel
Malam itu, Fatur mengajak Amel makan malam di sebuah restoran VIP dengan pemandangan kota yang menakjubkan. Suasana terasa sangat intim dan romantis. Fatur tidak berbicara tentang lamaran, hanya tentang
rencana masa depan Amel, menanyakan apa yang benar benar ia inginkan.
Amel menatap wajah Fatur. Pria ini cerdas, kaya, dan yang terpenting, ia tulus. la telah membuktikan dirinya selama satu tahun penuh. Amel membiarkan keputusasaan akan Agus dan kebutuhan akan keluarganya mengambil alih. la tidak bisa lagi hidup dalam ketidakpastian.
"Mas Fatur". ujar Amel, menggunakan panggilan yang lebih akrab untuk pertama kalinya.
"Aku sudah memikirkannya. Aku akan menerima
lamaranmu."
Fatur terdiam sejenak, wajahnya menunjukkan kebahagiaan yang mendalam dan tulus.
"Terima kasih, Rose. Aku janji, kamu tidak akan pernah menyesal."
Fatur bangkit, berjalan mengellingi meja, dan menarik Amel berdiri. Amel menatapnya, ada ketenangan di matanya ketenangan yang lahir dari penerimaan.
Fatur membungkuk dan mencium bibir Amel.
Ciuman kali ini berbeda dari ciuman penuh keputusasaan di tengah hujan. Ini adalah ciuman kemenangan dan pengakuan. Fatur melumat bibir Amel dengan gairah yang lama tertahan. Amel, yang telah lelah melawan,
membalas ciuman itu, membiarkan dirinya terbuai oleh sensasi baru yang hanya bisa diberikan Fatur.
Mereka berciuman intens, larut dalam dunia mereka sendiri, di tengah kebisingan restoran
Tangan Fatur, yang telah menunggu selama satu tahun, tidak tinggal diam. la memeluk pinggang Amel erat, kemudian bergerak ke tempat yang ia tahu akan memicu sensasi. Tangan Fatur meraih dan meremas buah dada Amel dengan hasrat yang mendalam, sentuhan yang kini dibalas, bukan ditolak.
Amel merasakan sentuhan itu, dan semua kenangan akan Agus, semua keputusasaan, lenyap dalam gelombang sensasi yang mengejutkan. Amel memejamkan mata, membenamkan wajahnya di leher Fatur, dan
mengeluarkan bisikan yang penuh penyerahan.
disempurnakan oleh sensasi.
"Ahh. terus, Mas Fatur, ini enak, " desah Amel pelan, suaranya tercekat karena sensasi yang membanjirinya.
Fatur yang mendengar desahan itu semakin gila. la membenamkan dirinya dalam ciuman, sementara tangannya terus meremas dan memilin buah dada Amel, menyalurkan semua hasrat yang ia bendung, Mereka larut dalam dunia mereka berdua, di mana sentuhan Fatur adalah satu satunya realitas.
Fatur merasakan tubuh Amel merespons, dan ia menyadari betapa jauh ia telah melangkah. Fatur, yang selalu menjaga kehormatan, segera menguasai dirinya. la ingin Amel menjadi miliknya sepenuhnya setelah menikah.
Fatur melepaskan ciumannya, terengah engah, tetapi wajahnya berseri seri. la mengatur napas.
"Malam ini kita hanya sampai di sini, Sayang. Aku ingin kamu menjadi milikku sepenuhnya di hari pernikahan kita."
Fatur merapikan rambut Amel dan mencium keningnya. Amel, yang masih terbuai dengan sensasi yang baru saja ia rasakan, mengangguk pasrah.la telah membuat keputusan yang didorong oleh stabilitas, tetapi disempurnakan oleh sensasi.