NovelToon NovelToon
Tangisan Di Malam Pertama

Tangisan Di Malam Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Naia Seora 25 tahun, pengantin baru yang percaya pada cinta, terbangun dari mimpi buruk ke dalam kenyataan yang jauh lebih mengerikan yaitu malam pertamanya bersama suami, Aryasatya, berakhir dengan pengkhianatan.


Naia dijual kepada pria bernama Atharva Aldric Dirgantara seharga dua miliar. Terseret ke dunia baru penuh keangkuhan, ancaman, dan kekerasan psikologis, Naia harus menghadapi kenyataan bahwa kebebasan, harga diri, dan masa depannya dipertaruhkan.


Dengan hati hancur namun tekad menyala, ia bersumpah tidak akan menyerah meski hidupnya berubah menjadi neraka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 27

Keesokan harinya…

Pagi itu langit Pulosari tampak cerah. Angin sejuk dari pegunungan menyapu lembut dedaunan teh yang berjejer rapi. Naia, dengan perut yang mulai membesar, berangkat bersama Leni menuju rumah sakit kabupaten untuk memeriksakan kandungannya.

Damar dengan setia duduk di balik kemudi, berperan sebagai sopir pribadi yang selalu mengutamakan keselamatan mereka.

“Naia, semoga hasil pemeriksaan hari ini baik-baik saja, ya. Aku ikut deg-degan pengen tau apa calon ponakan baik-baik saja,” ujar Leni sambil menggenggam tangan sahabatnya.

Naia tersenyum tipis, meski ada rasa cemas di balik matanya. “Aku pun begitu, Len. Kehamilan ini anugerah terbesar dalam hidupku. Aku hanya berharap semuanya lancar.”

Sesampainya di rumah sakit, beberapa warga yang kebetulan mengenalnya langsung menyapa dengan ramah.

“Assalamu’alaikum, Juragan Naia sehat selalu ya, Bu,” ucap seorang ibu sambil mengelus pundaknya.

“Wa’alaikumussalam, terima kasih, Bu,” jawab Naia, tersipu.

Meski bukan asli Pulosari karena ia berasal dari Surabaya tapi ia sudah dianggap bagian dari mereka.

Keramahannya, kebaikannya dan sikap sederhana membuat banyak orang menghormati sekaligus menyayanginya.

Tanpa terduga, pandangan Naia terhenti pada sepasang suami istri yang duduk tak jauh darinya. Sang suami tampak begitu perhatian, memegang tangan istrinya yang tengah hamil besar sambil membantu menata tas berisi perlengkapan pemeriksaan. Pemandangan sederhana itu justru membuat dada Naia terasa perih. Dari sekian banyak ibu hamil yang datang pagi itu, hanya dirinya yang datang seorang diri—tanpa suami di sisi.

Naia menunduk perlahan, menatap perutnya yang kian membulat. Jemarinya mengusap lembut bagian yang terasa bergerak pelan.

“Ya Allah…” batinnya lirih, “andaikan Tuan Muda Atharva menginginkan bayi ini, pasti lengkaplah kebahagiaan yang aku rasakan. Aku tidak perlu pergi jauh dan bersembunyi dari hidupnya.”

Tanpa ia sadari, cairan bening menetes perlahan dari pelupuk matanya. Ia buru-buru mengusapnya, berharap tak ada yang memperhatikan. Namun, Leni yang duduk di sebelahnya menoleh dan sempat melihat gerakan itu.

“Kamu kenapa, Naia?” tanya Leni dengan nada lembut, matanya menatap penuh cemas.

Naia tersentak kecil, lalu berusaha tersenyum sambil menunduk. “A–aku… sepertinya pengin makan rujak buah,” ujarnya cepat, mencoba menutupi kesedihan yang belum sempat kering di matanya.

Leni masih menatapnya curiga. “Rujak buah?” ulangnya, seolah memastikan.

Naia mengangguk pelan. “Iya, pengin banget. Mungkin gara-gara bayinya, kali ya,” katanya, memaksa tawa kecil.

Leni akhirnya tersenyum lembut. “Baiklah, nanti aku buatin yang paling segar. Tapi, Naia… kalau kamu sedih, nggak usah pura-pura bahagia, ya? Aku tahu kamu kuat, tapi kamu juga manusia.”

Naia menunduk lagi, matanya berembun. “Makasih, Len,” ucapnya lirih.

Dalam hatinya, ia tahu betul yang benar-benar ia rindukan bukan rujak buah, melainkan sosok Tuan Muda Atharva yang dulu pernah diharapkan akan menyambut kehidupan kecil di rahimnya.

Setelah hening sejenak, Naia menarik napas panjang dan mencoba menenangkan hatinya. Ia lalu membuka tas kecil yang selalu dibawanya ke mana pun.

Dari dalamnya, ia mengeluarkan sebuah mushaf Al-Qur’an kecil berwarna hijau tua warisan dari ibunya yang sudah berpulang beberapa bulan lalu sebelum memilih tinggal di Desa Pulosari.

Jemarinya yang halus membalik lembar demi lembar halaman dengan hati-hati. Pandangannya melembut ketika menemukan surat favoritnya, Surah Maryam, kisah seorang wanita suci yang juga pernah diuji dengan kesendirian dalam mengandung.

Tanpa suara, bibir Naia mulai bergerak melafalkan ayat-ayat suci itu dengan tartil, lembut dan bergetar oleh rasa haru.

Setiap ayat seolah menjadi penenang bagi hatinya yang gundah, menjadi selimut bagi jiwa yang nyaris retak oleh rindu dan penyesalan.

Beberapa ibu di ruang tunggu menatapnya sekilas, kagum pada ketenangan yang terpancar dari wajah Naia. Ia tampak begitu teduh, meski di balik senyum lembutnya tersimpan luka yang dalam.

Leni yang duduk di sebelahnya hanya diam, memandangi sahabatnya itu dengan perasaan campur aduk. Ia tahu, Al-Qur’an bukan sekadar bacaan bagi Naia, melainkan pelindung dari kesepian yang tak pernah benar-benar bisa diucapkan.

Ketika suara petugas memanggil nama “Naia Seora,” perempuan itu menutup mushafnya perlahan, mencium sampulnya dengan penuh hormat, lalu memasukkannya kembali ke dalam tas.

“Bismillah…” bisiknya lirih, menepuk lembut perutnya sebelum berdiri.

Langkahnya pelan namun mantap, seolah setiap ayat yang dibacanya barusan telah meneguhkan hatinya untuk tetap kuat menghadapi segalanya.

Setelah menunggu giliran, akhirnya Naia masuk ke ruang USG. Leni menemaninya, sementara Damar menunggu di luar tepatnya di parkiran karena harus merokok jadi mencari tempat yang diperbolehkan untuk smoking.

Dokter yang menangani, seorang perempuan paruh baya dengan wajah teduh, menyambut dengan senyum hangat.

“Baik, Ibu Naia mari kita lihat perkembangan janinnya, ya. Tenang saja, jangan tegang,” ucap dokter lembut.

Naia mengangguk pelan. Tatapannya terpaku pada layar hitam putih yang mulai memperlihatkan bayangan-bayangan kecil. Jantungnya berdegup kencang.

Dokter perempuan itu tersenyum hangat sambil menunjukkan layar monitor yang menampilkan hasil USG.

“Alhamdulillah, Ibu dan bayi-bayinya dalam kondisi sehat,” ucapnya tenang.

“Ba-bayi-bayinya?” ulang Naia dengan nada ragu.

Dokter mengangguk sambil tersenyum lembut. “Iya, Ibu Naia selamat. Kehamilan Ibu mengandung empat janin sekaligus kembar empat.”

Naia tertegun sontak mulutnya sedikit terbuka, tapi tak ada kata yang keluar. Leni yang berdiri di belakangnya sampai menutup mulutnya karena kaget.

“Empat anak, Dok?” tanyanya Naia yang ingin memastikan lebih jelas dengan suaranya yang bergetar, nyaris tak terdengar.

“Hmm…” dokter mengerutkan dahi sejenak, lalu tersenyum lebar.

“Masya Allah, Ibu Naia… lihat ini. Bukan satu, bukan dua tapi empat. Ibu sedang mengandung bayi kembar empat.” ujarnya sang dokter kandungan.

Naia membelalakkan mata. “E…empat, Dok?” suaranya bergetar, antara terkejut dan tak percaya.

Leni yang duduk di sampingnya langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan. Air matanya jatuh begitu saja.

“Ya Allah… Naia, kamu akan jadi ibu dari empat bayi sekaligus. Ini benar-benar karunia besar.” ucapnya Leni yang terkejut sekaligus bahagia dalam waktu yang bersamaan.

Naia tak mampu menahan haru. Matanya berkaca-kaca, dadanya berguncang menahan tangis syukur.

“Ya Rabb… pantaskah aku menerima amanah sebesar ini? Semoga aku mampu menjaganya.”

“Betul,” jawab dokter dengan tenang. “Ini memang termasuk kehamilan langka dan perlu perhatian ekstra. Tapi Ibu tidak perlu panik. Yang penting sekarang, jaga pola makan, cukup istirahat dan jangan terlalu banyak pikiran.” imbuhnya.

Naia menunduk, air matanya jatuh tanpa bisa ditahan. Tangannya refleks mengusap perutnya yang terasa hangat dan bergetar oleh kehidupan kecil di dalamnya.

Dokter melanjutkan dengan suara lembut, “Saya tahu ini mungkin berat, Bu Naia. Tapi Allah tidak akan memberi amanah sebanyak ini tanpa alasan. Setiap anak membawa rezekinya sendiri. Tugas Ibu adalah menjaga mereka sebaik mungkin.”

Naia mengangguk pelan, suaranya serak ketika berbisik, “Insha Allah, Dok… saya akan jaga mereka.”

Dokter menepuk lembut bahu Naia. “Ibu, ini rezeki yang luar biasa. Tapi memang akan ada tantangan lebih besar. Pastikan istirahat cukup, makan bergizi, dan jangan ragu meminta bantuan orang terdekat.”

Naia mengangguk, masih dengan air mata yang tak terbendung. Ia menggenggam tangan Leni erat-erat.

“Len, aku takut sekaligus bahagia. Aku tidak sendirian lagi, Allah titipkan empat malaikat kecil dirahimku.” ucap Naia yang tersenyum lebar.

Leni ikut menangis sambil tersenyum. “Kamu kuat, Naia. Aku percaya kamu bisa melewatinya. Dan aku akan selalu di sisimu.”

Saat keluar dari ruangan, Damar yang menunggu langsung berdiri. “Bagaimana hasilnya, Bu?” tanyanya penuh cemas.

Naia menatapnya dengan mata yang masih basah, lalu tersenyum bahagia.

“Dam… bukan satu bayi yang akan lahir, tapi empat. Aku mengandung kembar empat.” jawabnya Naia yang tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

Damar tertegun, mulutnya terbuka lebar. Lalu ia menunduk penuh hormat. “Allahu Akbar, subhanallah, allhamdulilah… selamat, Mbak. Insya Allah, kami semua akan membantu merawat dan menjaga Mbak Naia serta bayi-bayi ini.”

Naia menatap langit yang biru cerah melalui jendela rumah sakit, lalu menutup matanya sejenak.

“Ya Allah… kuatkan aku, bimbing aku menjadi ibu yang mampu menjaga titipan-Mu ini.” cicitnya.

1
Isma Isma
baguss Leni kasih tau niaa biar Ndak timbul masalah baruu 🥰🥰🥰🥰
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: kan bagus kalau banyak fans 🤭🤣
total 1 replies
Hana Ariska
gak sabar nunggu kelanjutan nya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak.. insya Allah besok double update
total 1 replies
Milla
Pasti nyaaa anak buah tuan muda arthava 🤭 semangat up thorrr🙏🌹
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Belum tentu 🤭🤣
total 1 replies
Hijriah ju ju
sangat bagus menghibur
Marlina Taufik
seru ni di tunngu lanjut y
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kak 🙏🏻🥰

insha Allah besok lanjut soalnya kalau malam mau jualan dulu cari tambahan penghasilan meski dikit ☺️🤗🙏🏻
total 1 replies
Milla
Lanjutt thorrr💪🌹
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak 🙏🏻🥰
total 1 replies
Hijriah ju ju
sungguh miris kisah hidupmu
Rahmi Jo
kenapa nggak dibantu??
Hijriah ju ju
najong loh Arya
Rahmi Jo
kok bisa dahulu bisa jatuh cinta??
Hijriah ju ju
wajar dikasari
Uba Muhammad Al-varo
semoga semua usaha kamu berhasil Naia dan kamu bisa bangkit sementara Artharva menjalani kesembuhan, sebenarnya Artharva orang nya baik tapi caranya salah besar membuat Naia menderita dan kau Arya tunggu detik2 kehancuran mu
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: oh ho siap
total 3 replies
Uba Muhammad Al-varo
sungguh memilukan hidup mu Naia, semoga ditempat baru nanti hidup mu akan bahagia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: amin ya rabbal alamin
total 1 replies
Uba Muhammad Al-varo
ayo Naia pergi dari kampung mu,cari daerah/tempat untuk menata hidup mu lebih baik lagi dan bikinlah hidup mu dan anakmu kuat,agar bisa membalas semua perbuatannya si Arya
Uba Muhammad Al-varo
kenapa kejadian tragis hanya terjadi pada Artahrva seharusnya terjadi juga pada si Arya keparat
Siti Aminah
ceritanya bagus
AsyifaA.Khan⨀⃝⃟⃞☯🎯™
semoga bahagia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: amin ya rabbal alamin
total 1 replies
Ana Natsir
setuju
Ana Natsir
semoga nggak gila
Ana Natsir
sedih jdi mewek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!