"Cium gue, terus semua masalah selesai."
"You're crazy!?"
"Kenapa gak? Sebentar lagi lo bakal jadi istri gue, jadi wajar dong kalau gue nyicil manisnya dari sekarang."
Kesya Anggraini Viorletta, gadis cantik, pintar, kalem, dan setia. Sayangnya, dia sudah punya pacar Kevin, ketua geng motor sekolah sebelah.
Menikah sama sekali gak pernah ada di pikirannya. Tapi wasiat almarhum papanya memaksanya menikah muda. Dan yang bikin kaget, calon suaminya adalah kakak kelasnya sendiri, Angga William Danendra cowok ganteng, atletis, populer, tapi badboy sejati. Hobi balapan, tawuran, keluyuran malam, dan susah diatur.
Bagi Angga, apa yang sudah jadi miliknya enggak boleh disentuh orang lain. Dia posesif, pencemburu, dan otoriter. Masalahnya, pacar Kesya ternyata musuh bebuyutannya. Dua ketua geng motor yang tak pernah akur, entah kenapa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Mau Ngapain?
Brumm!
Motor sport Angga baru saja masuk melewati gerbang utama, dan tak butuh waktu lama suara riuh kecil langsung terdengar dari para penghuni Pelita Bangsa. Seperti biasa, sebagian besar datang dari kalangan cewek. Bedanya pagi ini ada sesuatu yang bikin pemandangan jadi agak aneh jok belakang motor Angga yang biasanya selalu kosong, kali ini sudah ada Rafa yang nangkring di sana. Tumben banget, jarang-jarang mereka berdua berangkat bareng.
Ckitt!
Motor berhenti dengan mulus, tapi bukan hanya suara mesin yang jadi perhatian.
"Ih sumpah gue juga liat tadi mesra banget anjir!"
"Emang mereka berdua belum putus ya? Gue kira udah, soalnya kemarin gue liat sendiri Angga sempet narik-narik tangan Kanaya, gue pikir malah mereka berdua udah ada hubungan."
"Kalau putus sih kayaknya belum, soalnya gue baru aja liat Kanaya jalan sama Kevin kemarin. Mesra banget bikin iri sumpah!"
"Kalau gue jadi Kanaya sih udah gak pake mikir. Dua-duanya gue gaet! Secara Kevin sama Angga, sama-sama ganteng sama-sama punya power. Dilirik salah satu aja udah bikin deg-degan apalagi rebutan. Bisa ambruk gue di tempat!"
Suara bisik-bisik itu tanpa sengaja masuk ke telinga Angga. Rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal di atas tangki motor. Pandangannya lurus ke depan, meski telinganya panas mendengar nama Kevin disebut-sebut lagi. Pelan tangan kanannya merogoh saku celana, menarik ponsel lalu mengetik cepat.
"Ck lagi-lagi Kevin sama Kanaya. Emang gak ada topik lain apa?" dengus Rafa di belakangnya, malas.
Dia tetap duduk santai, bahkan sambil mengambil sebungkus rokok dari saku. Dengan gaya cueknya, Rafa menyalakan satu batang, menggigitnya di bibir, lalu menghembuskan asap ke udara.
[Dimana?]
Kurang dari dua menit, pesan Angga langsung dibalas. Nama yang tertera di layar: Naya.
Ting!
Naya: Sekolah
Angga: Ke rooftop.
Naya: Mau ngapain? Gak ah.
Angga: Mau datang sendiri, atau gue samperin?
Naya: Bisa gak semenit aja lo gak ngancem gue?
Angga: Gue kasih waktu lima menit. Lewat dari itu, tanggung sendiri akibatnya.
Naya: Lo gila! Sebentar lagi bel masuk, jangan lupa!
Angga: Lo pikir gue peduli? Gak.
Naya: Gak waras lo!
Angga hanya mendengus membaca balasan terakhir. Tanpa menunggu lagi dia turun dari motor merapikan jaketnya dan bersiap pergi.
"Mau kemana? Gak nongkrong dulu?" tanya Rafa sambil mengangkat bungkus rokoknya.
"Nanti. Gue masih ada urusan dulu." jawab Angga datar, melangkah begitu saja.
"Ck si paling banyak urusan," cibir Rafa. Ia lalu melorot santai di atas motor Angga, mengepulkan asap rokok sambil scrolling layar ponselnya.
Sementara itu, di gedung yang sama tapi tempat berbeda, Kanaya sedang duduk santai di koridor lantai atas. Ada kursi entah dari mana yang ditarik ke sana, dan kini dia bersama Riska bercengkerama berdua. Orang lain banyak yang lalu-lalang, tapi hanya mereka yang duduk di tempat itu.
"Ck kasih tau lah Ris. Siapa sih cowok yang lo taksir sampai lo gak buka hati buat yang lain? Kepo gue tega lo rahasiain dari gue. Gue kan sahabat lo!" rengek Kanaya sambil mengguncang lengan Riska.
"Minimal kasih clue lah, ciri-cirinya kayak apa. Please yaa, yaa, yaa?" desaknya.
"Rahasia." Riska menggeleng, matanya berbinar penuh rahasia.
"Takutnya lo malah kaget kalau tau siapa orangnya." ia terkikik.
"Dih kok bisa? Emang gue kenal orangnya? Atau dia anak sini? Kakak kelas? Jangan-jangan ya ampun siapa sih? Jangan bikin gue mati penasaran dong Ris!" cecar Kanaya makin heboh.
Riska hanya tersenyum-senyum jahil. "Ada deh. Yang jelas lo pasti kaget kalau gue spill sekarang. Jadi mending biar jadi rahasia gue sama Tuhan aja. Asekk!" candanya, bikin mereka berdua tertawa.
"Ck pelit banget lo! Sumpah nyebelin tau!" Kanaya mendengkus, bersedekap seperti anak kecil. "Ngambek gue kalau gak lo kasih tau!"
"Halah udah gede masih ngambekan." Riska merangkul lengan sahabatnya itu. Lalu ia menatap Kanaya sambil bertanya, "By the way, lo sama Kevin masih oke kan?"
"Emm masih sih. Kok tiba-tiba nanya gitu? Ada apa?" balas Kanaya heran.
"Gak apa-apa. Cuma ngerasa lo sama dia makin mesra aja," jawab Riska dengan seringai lebar.
Kanaya menatapnya, batinnya penuh suara. "Gue gak mungkin cerita ke Riska sekarang ini terlalu rumit. Kalau dia tau gue udah nikah sama kak Angga dia pasti marah besar. Apalagi Riska kan salah satu fans berat kak Angga. Jangan-jangan cowok yang dia taksir itu kak Angga? Gila kalau sampai iya, tamat riwayat persahabatan gue!"
"Duh idaman gue banget cuma jalan sambil main hp aja udah segitu bikin jatuh hati," celetuk Riska tiba-tiba, mencondongkan dagu ke arah bawah.
"Siapa?" tanya Kanaya ikut melongok.
"Tuh," Riska mengedik dagu.
"Kak Angga lah. Idola semua cewek Pelita Bangsa. Sama Rafa sama Arel sekalian mereka bertiga paket komplit no cacat!" jelasnya, terkekeh.
Kanaya mengikuti arah tunjuknya benar saja, Angga baru saja sampai di tangga, menunduk sambil sibuk dengan ponselnya. Jantung Kanaya refleks berdegup.
"Lo suka sama kak Angga ya?" tanyanya serius.
"Pertanyaan apaan Naya. Siapa juga yang gak suka? Gue rasa satu sekolah pun bakal bilang ‘iya’. Kecuali yang gak waras." sahut Riska cepat.
"Jadi bener kak Angga itu crush lo selama ini?" Kanaya makin penasaran.
"Ya gak lah! Mustahil banget dia mau sama gue. Sama gebetan gue yang biasa aja udah ribet, apalagi sama manusia kulkas dua belas pintu itu." Riska terkekeh matanya tak lepas dari Angga.
"Jadi bukan kak Angga ya?"
"Gak lah kecuali kalau dia yang duluan nembak gue, gue sih oke-oke aja haha!" Riska tergelak lagi.
Kanaya hanya tersenyum tipis, meski pikirannya masih penuh tanya.
Ting!
Ponselnya bergetar. Kanaya melirik layar feeling-nya benar. Nama Angga muncul. Pesannya singkat, tapi bikin darahnya naik.
Kak Angga: Dua menit lagi, gue naik. Kalau gak, gue seret lo sendiri! Gak ada jawaban, gue anggap iya.
Sial! Kanaya hampir meledak dalam hati. "Dasar nyebelin banget si kak Angga ini!"
"Gak boleh ada yang tau gue lagi chatingan sama dia. Gue harus kabur." pikir Kanaya panik.
"Eh Ris gue ke toilet dulu ya. Kebelet," katanya pura-pura meringis.
"Oh oke. Mau gue temenin?" tawar Riska sambil mendongak.
"Gak usah lo di sini aja. Kalau ada yang nyariin, bilang gue lagi di toilet. Udah mau bel masuk jadi jan lupa ya. Bye!" pamit Kanaya cepat, lalu berbalik dan melangkah pergi dengan hati dag-dig-dug.