Cat Liu, seorang tabib desa, tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah menyelamatkan adik dari seorang mafia ternama, Maximilian Zhang.
Ketertarikan sang mafia membuatnya ingin menjadikan Cat sebagai tunangannya. Namun, di hari pertunangan, Cat memilih pergi tanpa jejak.
Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka kembali. Tapi kini Maximilian bukan hanya pria yang jatuh hati—dia juga pria yang menyimpan luka.
Masihkah ada cinta… atau kini hanya tersisa dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Pagi itu di sebuah hotel mewah. Tirai besar berwarna maroon masih tertutup rapat, hanya menyisakan sedikit celah tempat cahaya matahari masuk dan menyoroti kamar yang luas. Aroma parfum maskulin samar tercium di udara.
Maximilian duduk di sofa kulit hitam dengan jubah tidur longgar, bagian dadanya terbuka memperlihatkan otot six pack yang kokoh. Namun, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan kepuasan—alisnya berkerut, tatapannya kosong ke arah meja kopi di depannya. Sesekali, jemarinya mengetuk lengan sofa dengan ritme tidak sabar.
Charles, asisten setianya, berdiri tidak jauh darinya. Ia menatap bosnya dengan khawatir, tapi tetap menjaga sikap tenang.
"Bos, apakah perlu aku carikan dokter untuk periksa kondisi Anda? Anda sudah tiga hari tidak keluar kamar, bagaimana kondisi kaki Anda sekarang?" tanya Charles hati-hati, berusaha memecah keheningan yang menekan.
Maximilian menghela napas panjang, lalu menyandarkan tubuh ke sofa. Senyum tipis namun sinis muncul di wajahnya.
"Gadis yang luar biasa… seharusnya dia diberi gelar gadis peracun, bukan tabib. Suka menggunakan racun padaku," gumamnya, nada suaranya dingin namun terselip kekaguman yang tak bisa disembunyikan.
Charles hampir tidak mampu menahan tawanya mendengar ocehan atasannya. Ia cepat-cepat menundukkan kepala, menutupi senyum yang nyaris pecah.
"Bos, bagaimana kalau aku beri dia pelajaran? Anda sudah sangat baik padanya, tapi dia malah meracuni Anda," kata Charles setengah bercanda, mencoba menguji reaksi bosnya.
Tatapan tajam Maximilian langsung terarah padanya, menusuk bagai pisau. Aura dingin mendominasi ruangan.
"Kalau kau berani menyentuh dia sehelai rambut saja, aku akan mengirimmu ke neraka," ucap Maximilian, suaranya rendah namun penuh ancaman.
Charles sontak mengangkat tangannya, tersenyum canggung. "Bos, aku hanya bercanda. Mana mungkin aku berani menyentuhnya. Hanya saja…" ia berhenti sejenak, menatap Maximilian dengan hati-hati. "Nona Cat masih tidak tahu perasaan Anda. Selama empat tahun Anda mencarinya tanpa henti. Bahkan Anda membeli perusahaan itu juga-," kata Charles yang terhenti
Maximilian terdiam sesaat, kedua matanya menyipit.
"Gadis ini semakin sulit ditaklukkan. Aku akan beri dia waktu, dan tidak akan memaksanya. Hanya saja… cari tahu lagi siapa pria yang dekat dengannya selain Ryan Shen!" perintahnya dengan nada berat.
"Bos, bukankah hasilnya sudah jelas? Ryan Shen satu-satunya yang paling dekat dengannya selama beberapa tahun ini," jawab Charles cepat.
Maximilian mengetukkan jarinya ke meja kaca, pikirannya jelas sedang bergolak.
"Pastikan hubungan mereka hanya sebatas rekan. Kalau sampai bocah itu berani mengejarnya, kirim saja ke perusahaan lain!" katanya tegas, penuh otoritas.
Charles menelan ludah, wajahnya tampak sedikit canggung.
"Bos, kalau kita melakukan itu, sama saja akan membuat Nona Cat menyalahkan Anda."
Maximilian tersenyum tipis, kali ini senyum yang angkuh penuh kepercayaan diri.
"Aku adalah bosnya… dia harus patuh padaku."
"Bos, ada satu hal lagi yang harus Anda tahu."
Maximilian mengangkat alis, menoleh dengan tatapan tajam. "Apa itu?"
"Nona sudah pindah ke apartemen lain," ujar Charles hati-hati. "Dan saat ini… Nona pergi lagi ke lokasi gempa. Semalam terjadi gempa susulan. Ada gedung apartemen lama yang roboh dan menelan beberapa jiwa."
Dahi Maximilian langsung berkerut.
"Kenapa tidak ada yang menghubungiku? Dia lebih rela pindah daripada tinggal di sana…" gumamnya, suaranya terdengar getir bercampur amarah yang ditahan.
Charles menunduk sedikit, lalu memberanikan diri menambahkan, "Bos, sepertinya Nona Cat sedang menjauh dari Anda. Dua hari lagi acara pesta pertunangan Anda dengan Nona Chen."
"Sampaikan pada Luo Jin, ke depannya minta dia beri laporan langsung padaku. Jangan asal mengirim staf ke lokasi kejadian!"perintah Maximilian.
"Baik, Bos," jawab Charles cepat, meski dalam hatinya ia bergumam, "Bos hanya mencemaskan Nona Cat… lagipula keputusan mengirim staf memang bagian dari tanggung jawab Luo."
Tatapan Maximilian kembali menusuk Charles. "Di mana alamat baru gadis itu?"
Charles membuka catatannya, lalu menjawab dengan nada hati-hati, "Apartemen sederhana, letaknya lebih jauh dari perusahaan."
"Cari tahu siapa pemilik apartemen yang dia tempati saat ini. Pastikan lingkungan di sana aman untuk seorang gadis! Aku tidak mau ada hal sekecil apa pun yang membahayakannya!" perintah Maximilian.
"Baik, Bos," ucap Charles seraya menunduk hormat.
"Hubungi gadis itu sekarang juga, perintahkan dia untuk pulang. Malam ini aku ingin melihat dia di hadapanku!" perintah Maximilian dengan nada penuh kuasa, matanya berkilat tajam.
Charles ragu sejenak, lalu berkata pelan, "Bos, Nona pasti menolak."
"Aku adalah atasannya," jawab Maximilian dengan nada keras, penuh tekanan. "Kalau dia berani menolak, maka dia tidak perlu datang lagi ke perusahaan!"
Sichuan.
Lokasi kejadian gempa.
Debu dan reruntuhan masih menyelimuti udara. Suara tangisan anak-anak, jeritan minta tolong, dan teriakan para relawan bercampur jadi satu. Di tengah kekacauan itu, Cat mengenakan pakaian sederhana, wajahnya penuh peluh, tangannya berlumuran darah karena sibuk mengobati luka para korban baru.
Tiba-tiba, suara ponselnya berdering nyaring di tengah hiruk-pikuk. Cat buru-buru meraih ponsel dari sakunya dengan tangan yang masih gemetar karena lelah. Ia menempelkan ponsel ke telinga.
"Halo."
"Nona Liu, ini saya Charles. Bos memerintahkan agar Anda segera pulang malam ini juga!" suara Charles terdengar tegas dari seberang, meski ada nada enggan di dalamnya.
Cat tertegun, menatap reruntuhan di sekitarnya, lalu menggeleng tak percaya. "Pulang? Di sini begitu banyak korban… aku tidak mungkin pulang malam ini," jawabnya tegas, suaranya meninggi karena emosinya bercampur kelelahan.
"Kami telah mengirim tim medis tambahan ke sana. Jadi, Nona sudah bisa berangkat. Jika Nona menolak, maka Bos memutuskan… tidak perlu datang lagi ke perusahaan!" kata Charles cepat sebelum akhirnya memutuskan panggilan, tidak memberi kesempatan Cat menjawab lebih panjang.
Cat menatap layar ponselnya yang gelap, wajahnya berubah muram.
"Ada apa dengan dia? Kenapa malah memintaku pulang… padahal aku sedang bekerja untuk menyelamatkan orang lain," gumamnya dengan suara serak.
Ia mengepalkan tangan, menatap ke arah korban berikutnya yang menunggu pertolongan. Lalu bibirnya melengkung miring, menyembunyikan amarah dengan nada sinis.
"Sepertinya racunku tidak cukup kuat untuknya. Tiga hari… apakah aku harus membuatnya tidak bisa berjalan selama seminggu?" gerutunya pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri.
smgat thor, up bnyk2 dong thor, tq!
thor smngat🫰di tnggu trs ni