NovelToon NovelToon
Bayangan Si Cupu Tampan

Bayangan Si Cupu Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Taufik

Di balik kacamata tebal, kemeja kusut, dan sepatu bolongnya, Raka Arya Pratama terlihat seperti mahasiswa paling cupu di kampus. Ia dijauhi, dibully, bahkan jadi bahan lelucon setiap hari di Universitas Nasional Jakarta. Tidak ada yang mau berteman dengannya. Tidak ada yang peduli pada dirinya.

Tapi tak ada yang tahu, Raka bukanlah mahasiswa biasa.

Di balik penampilan lusuh itu tersembunyi wajah tampan, otak jenius, dan identitas rahasia: anggota Unit Operasi Khusus Cyber Nusantara,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencara Riko

Raka duduk di ruang rapat khusus, bersama beberapa personel dari lembaga yang sama. Wajah-wajah serius memenuhi meja panjang, layar monitor menampilkan diagram baru—bukan lagi tentang jaringan siber, tapi peta jaringan narkoba yang perlahan terungkap di dalam kampus.

Sesuai rencana awal, Raka seharusnya mundur setelah tugas dia selesai. Tapi laporan terbaru mengubah segalanya.

"Target berikutnya sudah jelas," ucap salah satu senior. "Jaringan narkoba ini sudah merusak generasi muda di lingkungan kampus. Dan yang kita butuhkan sekarang… adalah orang dalam."

Semua mata tertuju padanya.

Raka mengangguk kecil, tanpa ragu.

"Baik.

"Ma, jadi untuk sementara waktu kamu tetap menjadi si culun?"

Raka tersenyum tipis. "Si culun yang suka dibully. Tapi kali ini, bakal lebih waspada."

Mereka semua tahu, ini bukan sekadar penyamaran lagi. Kampus belum aman. Dan Raka belum bisa pergi.

..

.

Beberapa hari kemudian, suasana kampus mulai kembali normal, meski sisa-sisa kehebohan masih terasa di udara. Para mahasiswa mulai membicarakan hal lain—entah tugas kuliah, organisasi, atau gosip biasa. Tak ada yang menyangka bahwa badai baru tengah mengintai dari balik ketenangan semu itu.

Dan Raka... kembali ke perannya.

Di koridor fakultas teknik, seorang mahasiswa dari angkatan atas mendongak melihat sosok yang sedang berjalan sambil menunduk, mengenakan hoodie, membawa tas selempang penuh stiker anime, dan kacamatanya sedikit melorot.

“Heh, si culun itu balik lagi, ya?”

“Wah, pikir gue dia keluar kampus karena trauma.”

“Hahaha, liat tuh jalannya—masih kayak takut kesandung!”

Raka hanya tersenyum. Senyum yang tidak lagi sama seperti sebelumnya. Bukan senyum orang lemah, tapi senyum seseorang yang sedang menunggu.

Di sudut tangga, Cheviolla bersandar sambil memeluk map tugas. Matanya menatap Raka, lalu menghela napas pelan.

“Kau kembali jadi si culun?”

Raka mengangkat bahu. “Sementara waktu. Katanya masih ada yang perlu diberesin.”

Cheviolla mengangguk, lalu berbisik, “Tapi jangan terlalu meyakinkan ya, nanti aku beneran kasihan.”

Raka tertawa kecil. “Tenang aja. Sekarang aku culun yang bisa bales kalau dibully.”

.

Namun, tidak semua orang senang dengan kehebohan yang terjadi. Apalagi setelah video penangkapan Adrian dan dua dekan senior itu viral, disusul gosip liar yang menyebutkan ada "mahasiswa misterius" yang jadi kunci dalam operasi tersebut.

Hari itu, suasana kantin fakultas teknik ramai seperti biasa. Raka duduk di sudut, makan mi instan sambil membaca catatan. Penampilannya kembali seperti biasa—hoodie lusuh, kacamata besar, dan tatapan canggung yang tampak bingung tiap kali ditanya.

.

“Heh, dasar bocah sialan!”

BRAK!

Sebuah tangan menghantam meja Raka keras-keras, membuat sendoknya hampir terbang.

Riko.

Wajahnya merah menahan emosi. Di belakangnya, dua temannya ikut berdiri, menatap sinis. Riko masih belum melupakan insiden pagi itu—saat ia ditabrak Raka di lorong kampus dan... dimuntahi mentah-mentah.

“Lo pikir lucu, hah? Tabarak gue, terus lo muntahin gue kayak orang mabuk?!” bentak Riko, wajahnya mendekat ke arah Raka.

Raka mengangkat kepalanya perlahan, wajahnya bingung dan sedikit panik—akting yang sempurna.

“A-aku... aku waktu itu beneran pusing, terus rem ku blong, beneran... Gak sengaja...”

“Pusing kepala lo!” Riko menyambar kerah baju Raka dan mengangkatnya setengah berdiri.

Beberapa mahasiswa mulai menoleh, namun tidak ada yang berani ikut campur.

“Satu kali lagi lo bikin gue jijik kayak tadi, gue robek mulut lo, ngerti?!”

Raka menelan ludah, lalu... mendongak pelan, menatap Riko dalam-dalam dengan sorot mata yang hanya terlihat sekejap—dingin, tajam, seperti pisau yang mengintai dari balik tirai lusuh. Tapi hanya sedetik, lalu kembali seperti biasa.

“A-aku minta maaf,... beneran...”

Tepat saat itu, suara lantang terdengar dari belakang.

“Riko!”

Cheviolla berjalan cepat ke arah mereka, wajahnya tajam. “Lepasin Raka! Jangan karena dendam pribadi kamu sok-sokan jadi preman kampus!”

Riko mencibir, tapi melepas kerah Raka dengan kasar. “Dasar banci. Cuma bisa ngumpet di balik rok cewek.”

Riko pun berlalu dengan teman-temannya, masih memaki-maki. Raka hanya berdiri diam, menunduk.

.

.

Cheviolla menarik kursi dan duduk tepat di depan Raka. Tatapannya tajam, menuntut penjelasan tanpa perlu suara. Raka hanya tersenyum tipis, lalu kembali menunduk seperti biasanya—namun aura canggung itu kini terasa palsu. Dia tidak lagi culun yang dulu.

Mereka hanya duduk diam. Sunyi di antara mereka terasa kontras dengan riuh yang melanda seisi kantin.

“Eh, mereka beneran pacaran?!”

“Itu yang kemarin Raka nembak Cheviolla di kampus? Gila, ternyata serius?!”

“Si katak beneran bisa peluk bulan, anjir!”

Komentar-komentar penuh keterkejutan berseliweran tanpa filter. Namun Cheviolla hanya diam, sementara Raka pelan mengangkat kepalanya, menatap langsung ke matanya.

"Nanti pulang ikut aku," katanya datar, tenang, namun dalam.

Cheviolla mengangguk kecil, hampir tak terlihat—tapi cukup jelas bagi Raka.

Setelah jeda sejenak, Raka menambahkan sambil menyandarkan punggungnya santai dan nyengir,

"Tapi aku nebeng ya… ya kali tuan putri es kita naik Vespa butut. Hehehehe."

.

Di sudut kampus yang teduh dan sepi, ada bara dendam yang sedang menyala.

Riko berdiri sambil bersandar di tiang bangunan lama, wajahnya gelap. Ponsel di tangannya memperlihatkan postingan di forum kampus yang makin viral—rekaman dirinya yang ditabrak Raka, lalu dimuntahi di hadapan banyak orang. Kolom komentar penuh dengan ejekan dan meme-meme memalukan.

Giginya bergemelutuk menahan emosi.

“Dasar culun keparat…” gumamnya pelan, penuh kebencian. “Gara-gara dia, semua orang ngetawain gue…”

Namun yang paling membuatnya terbakar bukan hanya rasa malu—tapi juga rasa ditolak.

Cheviolla. Cewek yang dulu sempat ia dekati, bahkan sempat mengancam Raka karenanya. Sekarang malah jadian sama si culun kampus?

“Gue gak bakal tinggal diam…” Riko menatap tajam ke arah gedung utama.

Ada rencana jahat mulai tumbuh di benaknya.

Bukan sekadar balas dendam pada Raka—tapi juga pelampiasan pada Cheviolla.

Penculikan.

.

Riko menekan nomor di ponselnya, matanya masih menyala penuh dendam. Di sebelahnya, teman lamanya—Rendy, pria tinggi besar yang juga ditabrak Raka dalam keributan di halaman—berdiri dengan tangan terlipat di dada, wajah sama suramnya.

“Lo yakin mau ke arah sini, Ko?” tanya Rendy dengan suara rendah. “Ini bukan cuma masalah kampus lagi. Kalau ketahuan...”

Riko menoleh dengan senyum miring. “Lo liat sendiri kan? Gue dipermalukan. Bukan cuma gue, lo juga. Kita berdua viral karena satu orang—anak culun sialan itu.”

Dia menjauh sebentar, lalu berbicara di telepon dengan suara yang mulai berubah lebih serius, tenang namun berbahaya.

"Pak Darto... . Saya butuh bantuan orang-orang Bapak buat tugas kecil. Sederhana kok. Cuma... ngurusin seseorang dari kampus. Iya, perempuan."

Rendy menoleh tajam. “Lo beneran mau culik Cheviolla?”

Riko menatap lurus, datar. “Gue gak tahan lihat dia sok-sokan jalan sama si Raka. Apalagi sekarang mereka udah jadian... Gue cuma mau kasih pelajaran. Biar mereka tau rasanya diinjak.”

Suara di telepon menjawab, dan Riko mengangguk puas. “Besok malam. Gue kirim lokasinya. Jangan sampai ketahuan.”

Begitu sambungan terputus, Rendy masih tampak ragu.

“Tapi cewek itu keras kepala, Ko. Kalau dia ngelawan?”

Riko mencibir. “Makanya bawa dua orang tambahan. Lagian, setelah diculik… kita bisa tentuin langkah selanjutnya. Bisa minta tebusan, atau sekalian jatuhin nama si culun itu. Dunia kampus bakal balik lagi ke tangan kita.”

1
Suyono Suratman
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!