NovelToon NovelToon
Istri Sang Presdir

Istri Sang Presdir

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Perjodohan / Tamat
Popularitas:28.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Casanova

Perjalanan Kisah Cinta Om Pram dan Kailla -Season 2

Ini adalah kelanjutan dari Novel dengan Judul Istri Kecil Sang Presdir.

Kisah ini menceritakan seorang gadis, Kailla yang harus mengorbankan masa mudanya dan terpaksa menikah dengan laki-laki yang sudah dianggap Om nya sendiri, Pram.

Dan Pram terpaksa menyembunyikan status pernikahannya dari sang Ibu, disaat tahu istrinya adalah putri dari orang yang sudah menghancurkan keluarga mereka.

Disinilah masalah dimulai, saat sang Ibu meminta Pram menikahi wanita lain dan membalaskan dendam keluarga mereka pada istrinya sendiri.

Akankah Pram tega menyakiti istrinya, di saat dia tahu kalau kematian ayahnya disebabkan mertuanya sendiri.

Akankah Kailla tetap bertahan di sisi Pram, disaat mengetahui kalau suaminya sendiri ingin membalas dendam padanya. Akankah dia tetap bertahan atau pergi?

Ikuti perjalanan rumah tangga Kailla dan Om Pram.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27. Mama Citra Mengalah

“Kai ....” panggil Pram, ikut berlari mengejar istrinya.

“Kai, tolong maafkan aku!” ucap Pram, menarik lengan Kailla.

“Bay, kita pulang sekarang!” perintah Kailla pada Bayu yang sedang berbincang dan tertawa di ruang tamu dengan Kinar.

“Ba ... baik, Non,” sahut Bayu, berdiri dan berpamitan dengan Kinar.

Kailla sudah berlari lebih dulu menuju mobil, menunggu Bayu di sana. Di belakang mengekor Pram yang ikut berlari menyusul.

Ceklek.

“Bay! Jangan berani membuka pintu mobil. Aku akan membunuhmu!” ancam Kailla pada Bayu yang sudah duduk di belakang setir.

Kailla mengunci pintu mobil, tidak membiarkan suaminya itu ikut masuk. Ia sedang tidak ingin bicara dengan Pram. Emosinya memuncak saat mendengar tuduhan Ibu Citra yang mengatakan kalau ia menolak memiliki anak, bahkan mengultimatumnya tidak bisa hamil.

Sakit. Itu yang pertama dirasakan Kailla. Hampir empat tahun berjuang supaya bisa hamil kembali. Dengan bujuk rayu dan tidak jarang harus merendahkan diri di hadapan suaminya hanya demi bisa hamil, tetapi tetap saja Pram menolak.

Sebaliknya, sekarang dunia menghakimi. Bukan hanya mertuanya, bahkan orang terdekatnya pun berpikiran sama. Apa karena sifatnya yang dianggap tidak dewasa, jadi semua orang melimpahkan salah padanya.

Jauh berbeda dengan Pram, laki-laki dewasa, yang tidak bercela. Pasti orang berpikir dua kali untuk menyalahkannya suaminya itu.

“Kai, buka pintunya,” pinta Pram mengetuk kaca jendela mobil.

“Bay, buka pintunya!” teriak Pram lagi, panik.

“Maaf Bos, Non Kailla ....” ucap Bayu, saat menurunkan kaca jendela mobil. Ia tidak bisa meneruskan kata-katanya. Bayu yakin saat ini Pram paham dan mengerti maksudnya.

Pram mengangguk. Bayu adalah orang kepercayaannya selama beberapa tahun terakhir. Dedikasinya sudah tidak perlu dipertanyakan. Kalau Sam menjaga Kailla dengan pendekatan berbeda, Bayu melakukannya dengan cara berbeda juga.

“Jaga Kailla untukku. Pastikan dia aman sampai ke rumah,” perintah Pram.

“Minta Donny menjemputku disini!” lanjut Pram.

“Hubungi Sam! Minta dia menemani istriku,” perintah Pram lagi.

“Baik, Boss,” ucap Bayu, menyalakan mesin mobil.

Pram bisa menangkap bayangan Kailla yang sedang menangis. Namun, saat ini Kailla belum mau bicara dengannya. Pram mengalah, memilih untuk tidak memaksa menjelaskan semuanya. Kailla sedang di puncak emosi dan tidak akan bisa menerima semua ucapannya.

Dengan langkah gontai, ia memilih menunggu Donny di luar rumah. Tidak berniat kembali menemui mamanya. Semuanya berantakan karena ucapan sang mama yang kelewatan.

“Mas ....” sapa Kinar tiba-tiba, menghampiri Pram yang sedang berdiri di teras rumah.

“Ya ....” Hanya sebuah jawaban singkat, tanpa menoleh atau memandang teman bicaranya.

Begitulah sikap Pram pada Kinar, berubah drastis. Di awal perkenalan, Pram masih beramah-tamah dan kadang tersenyum. Namun, sejak Ibu Citra meminta Pram menikahi Kinar, semua keramahan yang ditunjukkan sebelumnya, lenyap dan menghilang tanpa pesan. Bahkan, sudah lama sekali rasanya Pram tidak menatap, tidak memandang saat menjawab. Bahkan melirik Kinar pun, tidak pernah lagi. Setiap bicara, Pram membuang pandangan ke tempat lain.

“Tinggalkan aku! Aku tidak mau berkhianat dari istriku, walau hanya sekedar berdiri berdekatan denganmu,” usir Pram.

“Maafkan Mama. Dia terlalu menyayangimu, Mas. Selalu berharap Mas mendapatkan yang terbaik, termasuk istri, pendamping hidup, Mas,” ujar Kinar, meremas kedua tangannya sambil menunduk.

“Mas, tolong temui mama. Mama hanya menangis, sejak Mas memilih mengejar istri Mas.”

“Biarkan saja. Biar Mama bisa berpikir. Tolong jaga Mama untukku!” pinta Pram lagi.

“Mungkin aku akan lama baru berkunjung ke sini lagi. Aku harus memastikan mama sudah berubah dan menerima istriku,” ucap Pram tertunduk.

Berat untuk mengucapkannya, tetapi ini untuk kebaikan mamanya juga. Bukan tidak menyayangi, tetapi hanya memberi waktu untuk mamanya itu berpikir.

“Ya, Mas,” sahut Kinar, tidak kalah kecewa.

“Kalau Mama membutuhkan sesuatu, jangan sungkan memberitahuku. Aku akan tetap memenuhi kebutuhan Mama, bertanggung jawab pada Mama,” lanjut Pram.

“Baik, Mas.”

“Tolong tinggalkan aku!” perintah Pram.

Kinar akhirnya pergi, meninggalkan Pram yang tetap berdiri di sepinya malam. Laki-laki itu menolak masuk ke dalam rumah, bahkan sekedar berpamitan dengan Ibu Citra pun, Pram enggan melakukannya.

Berkali-kali Pram menatap jam mewah di pergelangan tangannya. Berharap Donny segera menjemput. Hati dan pikirannya sekarang tertuju pada sang istri yang sedang mengobati luka dan kecewa seorang diri.

“Pram ....” Sapaan lembut mengejutkan laki-laki yang sedang berdiri, bersandar di pilar rumah.

“Ma ....” Pram menengok ke sumber suara, menatap mamanya yang sedang menangis. Bahkan perempuan paruh baya itu harus dipapah untuk bisa berdiri sempurna.

“Maafkan aku. Aku tidak bisa memilih tetap disisi Mama. Aku sudah menikah, aku sudah berkeluarga. Bukan anak kecil lagi, yang bisa diatur-atur,” ucap Pram.

“Pram, kemarilah!” pinta Ibu Citra, berurai airmata.

“Kamu memilih perempuan itu dibanding Mama yang melahirkanmu?” tanya Ibu Citra.

“Ma, aku tidak memilih. Aku tidak pernah mau memilih. Bagiku kalian sama, tetapi Mama yang memaksaku pergi.”

“Pram, istri seperti apa yang kamu bawa ke depan mama. Dia bukan istri terbaik untukmu, Nak.”

“Itu pilihanku. Kailla memang jauh dari gambaran istri ideal yang ada dibenak mama, bahkan semua suami di dunia ini ... mungkin akan memilih mundur. Hanya saja ... aku mencintainya,” sahut Pram.

“Kailla tidak bisa memasak, tidak bisa mengurus rumah, bahkan tidak bisa mengurus suaminya sendiri. Aku yakin, dia lebih buruk dari yang Mama pikirkan,” lanjut Pram.

“Pram ....” Ibu Citra tidak bisa bicara, hanya memanggil nama putranya berulang kali dengan air mata menghiasi pipi keriputnya.

“Kailla bagaikan bumi dan langit dibandingkan Kinar-nya mama, tetapi aku mencintai istriku. Putramu ini sangat mencintainya, Ma.”

“Aku tidak butuh koki, aku tidak butuh asisten rumah tangga, aku hanya butuh istri. Bahkan aku tidak menuntut untuk dia bisa segalanya.”

Ibu Citra menggelengkan kepala. Memilih mendekati putranya, memukul lengan Pram yang terlihat seperti laki-laki bodoh karena seorang perempuan. Bahkan putranya itu rela menentangnya.

“Bukan hanya sekedar mencintainya, aku mengambil tanggung jawab yang diberikan kedua orangtuanya untuk menjaga putri mereka. Bahkan kalau aku tidak mencintainya pun, aku tetap tidak akan meninggalkannya. Karena aku laki-laki, memegang teguh janjiku,” ucap Pram, menahan tangisnya melihat Ibu Citra yang hancur saat ini.

“Bodoh kamu, Nak!” Ibu Citra kembali memukul putranya.

“Maafkan aku, Ma. Aku mencintaimu, tetapi aku juga mencintai istriku,” ucap Pram, bersimpuh memeluk kaki mamanya.

“Aku tahu, aku salah. Membantah semua ucapan Mama.”

“Pram ....” panggil Ibu Citra, mengusap rambut putranya yang sedang berlutut di hadapannya.

“Aku mohon terima, Kailla. Dia hidupku, dia nyawaku, dia napasku. Aku berjanji akan mendidiknya menjadi menantu ... seperti yang mama inginkan.”

“Pram, apa yang kamu pikirkan, Nak,” ucap Ibu Citra, menangis tersedu-sedu.

“Mama sudah memiliki kesempatan memelukku, saat aku menarik napas pertamaku, di saat aku terlahir di dunia. Mohon izinkan Kailla, izinkan istriku memelukku saat aku menarik napas terakhirku.”

“Pram, kenapa bicara seperti ini!”

“Aku mencintai Mama dan Kailla. Sama tidak ada bedanya. Aku ingin Reynaldi Pratama berawal dan berakhir di tangan kalian berdua.” Pram berkata.

“Maafkan aku, Ma. Aku tahu surgaku di bawah telapak kakimu, tetapi istriku juga kunci surgaku. Aku harus mencintainya, melindunginya, membimbingnya,” ucap Pram lagi.

Ibu Citra menggelengkan kepala, rasanya tidak terima mendengar kata-kata itu keluar dari bibir putranya.

“Coba Mama pikir kembali, apa Mama sudah menjadi mertua yang baik untuknya? Bahkan Mama tidak memperlalukan istriku dengan baik di pertemuan pertama,” ucap Pram mengingatkan.

Lama berpikir, akhirnya Ibu Citra bersuara.

“Pram, sudah! Aku akan meminta maaf pada istrimu, kalau kata-kataku menyakitinya,” sahut Ibu Citra mengalah.

“Tolong perlakukan Kailla seperti mama memperlakukanku. Aku berjanji akan membuatnya menghormati Mama, seperti aku juga menghormati Mama,” janji Pram.

“Aku tahu ... tadi istriku juga sudah tidak sopan pada mama. Maafkan aku, membiarkan itu terjadi di depan mataku. Itu kesalahanku,” ucap Pram menyesal.

“Pram, aku menerimanya hanya karenamu. Jangan seperti ini lagi, cepat berdiri!” pinta Ibu Citra, terisak.

“Bawa dia ke hadapan Mama lagi. Mama akan memperlakukannya dengan baik,” ucap Ibu Citra berjanji.

Pandangan Ibu Citra beralih pada Kinar. Gadis itu sedang tertunduk sedih meratapi nasibnya.

“Maaf, Nak. Kamu tidak berjodoh dengan putraku, tetapi kamu tetap putriku,” ucap Ibu Citra memeluk Kinar. Memeluk perempuan yang ikut menitikan air mata bersamanya.

***

Terimakasih.

Love You all

1
Ellya Muchdiana
bagus begitu Kailla, laki laki egois harus diberi pelajaran
Siska Oktavia
ok
Khairul Azam
ceritanya bagus, tp klo berlebihsn jg gak bagus
Ratna Dewi
disini yg keren autornya... kata2nya selalu tertata rapi dan menyayat hati... lanjut terus tour kutunggu karya2 terbarumu.. /Heart//Heart/
Arye Ghad'iz BinAngun
nangis nangis Bombay aku 😭😭
E
Luar biasa
Suprawani Mami
baca yg ke 4xnya tetep asyikk
Abiy Dewa
Luar biasa
Wiji Lestari
Bayu keren bisa menyadarkan sisi egonya kayla
Maftu Chah
Luar biasa
Siti Saja
Buruk
Linda Liddia
Udh baca dari season 1 2 3 bagus bgt critanya Thor..Thor gak ada season 4 utk kelanjutan crita pram kailla & anak2nya Thor..
Casanova: ada kak. di aplikasi pena hijau
total 1 replies
Rosanti
Luar biasa
an
baaguuuss
Noor Jannah
Kecewa
Noor Jannah
Buruk
zira
kaila ga ada hormatnya dgn suaminya yg ekstra sabar...dia lupa klo dia juga berhubungan dgn pria lain, pakai pelukan lagi
zira
seharusnya Kaila bisa menjaga dirinya, tidak asal main peluk, tidak ada suami dan di tempat umum
Beby Toy
baguss banget udah baca yg ketiga kalinya 🥰
zira
Kaila kualat...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!