SEQUEL KEDUA ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU!
Lucas Lorenzo yang mendapati kenalan baiknya Philip Newton berada di penjara Santa Barbara, ketika mengunjunginya siapa sangka Lucas dimintai tolong oleh Philip untuk menyelamatkan para keponakannya yang diasuh oleh sanak keluarga yang hanya mengincar harta mendiang orang tua mereka.
Lucas yang memiliki hutang budi kepada Philip pun akhirnya memutuskan untuk membantu dengan menyamar menjadi tunangan Camellia Dawson, keponakan Philip, agar dapat memasuki kediaman mereka.
Namun siapa sangka ketika Lucas mendapati kalau keponakan Philip justru adalah seorang gadis buta.
Terlebih lagi ada banyak teror di kediaman tersebut yang membuat Lucas tidak bisa meninggalkan Camellia. Ditambah adanya sebuah rahasia besar terungkap tentang Camellia.
Mampukah Lucas menyelamatkan Camellia dari orang yang mengincarnya dan juga kebenaran tentang gadis itu? Lalu bagaimana jika Camellia tahu bahwa Lucas adalah seorang mafia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14. KERAGUAN
Pagi di kediaman Dawson menyapa dengan kelembutan yang anehnya terasa asing. Langit terlihat pucat, seperti hati Camellia yang tak lagi mampu membaca arah. Gadis itu tampak murung seperti pagi-pagi sebelumnya. Ia duduk di meja makan sendirian, dan tentu dengan kabar bahwa orang begitu ingin ia ajak bicara tidak pulang ... lagi.
Sudah seminggu lebih sejak Lucas mulai terasa menjauh. Ia tak pernah berkata apa-apa, tapi keheningannya berbicara lebih keras dari seribu kalimat. Tatapannya yang dulu hangat kini seperti kaca bening untuk Camellia, benar-benar tembus pandang, seolah Camellia tak lagi terlihat di balik kabut pikiran Lucas. Camellia tidak tahu ada apa dengan perubahan sikap Lucas ini. Sesibuk itukah hingga untuk sekedar melemparkan sapa atau makan bersama tidak lagi dapat terlaksana.
Camellia duduk di ruang musik, membiarkan jemarinya menari pelan di atas tuts piano. Namun bahkan harmoni tak mampu menenangkan gemuruh kecil dalam dada. Telinganya, yang selama ini menjadi jembatan pada dunia, kini justru menjadi beban. Camellia bisa mendengar semua perubahan, semua jarak yang mulai ditarik oleh Lucas. Camellia yang bahkan bisa membedakan perubahan arah angin, tentu dapat merasakan perbedaan sikap Lucas padanya. Napas Lucas yang berat ketika berada di dekat Camellia. Langkahnya yang berbalik lebih cepat. Diam yang bukan karena tenang, melainkan karena sesuatu. Camellia tahu itu, ia hanya tidak mengutarakannya.
Pikirannya melayang pada hari terakhir Camellia berinteraksi dengan Lucas, pagi dimana Lucas datang dengan aroma karat yang kental dan nada suara kelelahan namun bimbang. Hari itu jelas bahwa Lucas mengumumkan pada Camellia secara halus bahwa akan ada jarak untuk mereka berdua.
Apakah aku membuat kesalahan padanya sehingga dia marah? Atau ... dia sudah bosan? pikir Camellia.
"Kau tak makan lagi?" suara lembut Briana memecah keheningan dan lamunan Camellia. Gadis itu berjalan masuk membawa secangkir teh herbal, menaruhnya di sisi Camellia.
Camellia tersenyum samar, "Kau sudah pulang? Bagaimana magangmu?" tanyanya.
"Hanya magang biasa, tidak ada yang seru," jawab Briana seraya memerhatikan sepupunya dengan seksama.
"Mungkin akan lebih baik kaus istirahat. Kau pasti lelah," kata Camellia.
"Aku hanya ingin melihatmu. Kudengar dari beberapa pelayan kalau kau jadi muram akhir-akhir ini," kata Briana dengan anda khawatir terbaik yang ia buat.
"Aku baik-baik saja" jawab Camellia tenang.
"Lucas belum pulang, ya?" Briana membuka obrolan yang jelas akan membuat sepupunya itu tidak nyaman. Atau memang itulah tujuan Briana.
"Dia sibuk," Camellia menjawab, lebih pada untuk dirinya sendiri. "Dengan pekerjaannya."
Briana menghela napas, duduk di samping Camellia, jemarinya menyentuh lembut rambut karamel sepupunya. "Kau tidak bisa bohong padaku, Lia. Kita sudah lama bersama, mana mungkin aku tidak tahu apa yang kau rasakan. Kau tahu, terkadang pria bisa berubah. Apalagi kalau mereka mulai sadar dunia mereka terlalu keras untuk orang yang ... terlalu lembut."
Camellia tak menjawab.
"Aku hanya takut dia datang kepadamu hanya karena penasaran saja. Bukankah pria selalu seperti itu? Mereka akan antusias ketika mengejar sesuatu yang mereka inginkan, tapi saat sudah dapat mereka membuangnya. Ingat Herold melakukan hal serupa padamu dulu? Menjauh, karena dia pikir itu cara terbaik. Bullshit. Padahal kau ... butuh dia." Briana berkata, suaranya seolah peduli, tapi ada sesuatu di balik nada itu yang membuat hati Camellia makin tak tenang. Benih keraguan ditanam dengan baik oleh Briana.
"Kau pikir dia berubah karena aku buta?" suara Camellia nyaris tak terdengar.
"Aku tak bilang begitu," Briana berpura-pura khawatir akan ucapan Camellia. "Tapi, mungkin Lucas butuh seseorang yang bisa berjalan bersamanya di dunia yang dia hadapi. Aku tidak ingin apa yang terjadi dengan Herold terjadi lagi pada Lucas. Aku tidak kuat jika ada pria yang menyakitimu lagi, Lia," sambungnya.
Camellia menunduk, jemarinya mengepal di pangkuan. Ia ingin menyangkal, tapi bahkan dalam keheningan, keraguan mulai mencengkeram erat. Nama Herold seperti kelemahan dalam diri Camellia. Bukan karena Camellia masih menyimpan rasa pada pria yang pernah bilang akan menikahinya itu dulu. Sikap Herold yang seperti pengeran kuda putih berubah seperti penjahat yang menyebarkan racunnya ke semua orang terdekat. Mengatakan kalau Camellia hanyalah beban, gadis manja yang tidak bisa apa-apa tanpa bantuan orang lain. Bahwa kebutaan Camellia dijadikan senjata agar orang lain kasihan padanya. Ah, itu benar-benar menyimpan bekas di hati Camellia. Bagaimana sejak itu Camellia selalu takut kalau dirinya menjadi beban orang lain. takut kalau orang yang datang pada Camellia akan menganggap ia adalah beban semata dan tidak pantas untuk dicintai karena tidak berguna.
Pikiran itu, ucapan Briana, terus menggantung sepanjang hari di kepala Camellia. Membuatnya terus berpikir, berpikir, dan berpikir terus tentang keburukan yang ada.
Malam hari, Camellia berjalan perlahan di lorong rumah. Tak ada suara, hanya denting halus arloji antik dan desiran angin malam dari sela jendela. Ia ingin ke ruangan Jane untuk diambilkan minum.
Namun tiba-tiba, langkahnya terhenti.
Sebuah suara. Lirih, nyaris tak terdengar, berasal dari kamar Lucas di ujung sana.
"... Aku harus segera tahu dimana Seraphine berada. Aku tidak punya banyak waktu lagi. Aku harus kembali ke tempatku dalam waktu kurang dari tiga bulan lagi, Zen."
Camellia mematung. Itu suara Lucas. Pria itu ada di rumah malam ini. Tapi kenapa tidak menyapa atau ada yang memberitahu Camellia kalau Lucas di rumah.
"... Dawson punya kaitan. Alfred. Yayasan itu bukan sekadar amal. Tujuanku ke sini untuk Seraphine. Jadi jangan buat aku memikirkan hal lain ...."
Suara itu samar, namun cukup jelas bagi pendengaran Camellia yang terlatih dalam sunyi. Ia menempelkan diri di balik dinding, berusaha tak bersuara.
"Jika Camellia tahu? Aku tidak ingin dia tahu. Dia tidak perlu tahu," kata Lucas dengan nada dingin.
Jantung Camellia berdetak kencang mendengar namanya disebut, terutama nama ayah Camellia. Tapi entah kenapa ada denyut sakit di dada Camellia.
Lalu langkah kaki terdengar.
Camellia buru-buru berbalik dan kembali ke kamar, napasnya tercekat. Masih terjebak dengan apa yang barusan ia dengar.
Siapa Seraphine? Mengapa nama keluarganya disebut? Dan kenapa Lucas terdengar takut jika ia tahu? Tujuan Lucas datang ke sini bukan untuk dirinya, tapi seseorang bernama Seraphine. Yang jelas sekali itu adalah nama perempuan. Camellia bergelut dengan semua pertanyaan dalam dirinya tentang segala yang ia dengar tadi.
Malam itu, Camellia tak bisa tidur. Untuk pertama kalinya sejak mengenal Lucas, ia merasa seperti orang asing. Seakan Lucas yang selalu membacakannya cerita adalah sosok berbeda denga yang Camellia dengar hari ini, dimana Lucas barusan terkesan ... berbahaya.
Camellia tidak tahu harus apa sekarang.
...***...
Langit Los Angeles masih diselimuti awan kelabu saat Lucas melangkah keluar dari mobil hitam yang terparkir di depan sebuah bangunan tua bercat kusam. Di sisinya, Zen diam, awas, dan setia seperti bayangan. Pagi ini, mereka pergi ke panti asuhan lama di distrik utara, milik yayasan yang pernah dikelola Dawson yang kini telah terbengkalai.
Lucas menarik napas pelan, mengamati dinding retak dan jendela berlapis debu yang seolah menyimpan napas masa lalu. Pintu besi berdecit saat Zen membukanya, membiarkan aroma lembab dan karat menyeruak ke udara.
"Tempat ini ...." bisik Zen. "Seolah waktu berhenti."
Lucas tak menjawab. Langkahnya langsung menuju ruang arsip yang dulu disebut sebagai 'ruang rekreasi anak'. Kini, semua meja dan bangku kecil terbalik, dan dindingnya penuh dengan coretan hitam samar. Dengan senter di tangan, Lucas menyusuri rak-rak kayu tua hingga menemukan sebuah lemari besi yang terletak di balik panel tersembunyi. Setelah membongkar paksa kuncinya, mereka menemukan tumpukan file kuno, sebagian besar sudah termakan rayap.
Namun satu berkas masih utuh, disimpan dalam map plastik tebal bertuliskan:
'DANDELION PROJECT-KODE ANAK: SV-019'
Lucas membuka perlahan, mendapati daftar anak-anak yang pernah ditampung di tempat itu. Di antara deretan nama, satu yang membuat darah Lucas mengalir dingin:
Nama: Seraphine Vale
Status: Diadopsi. Khusus Bagian Pertahanan.
"Gila ... apa mereka menjadikan anak-anak ini objek percobaan!" seru Zen.
Lucas menyipitkan mata pada nama donatur utama yang tercantum di bagian bawah.
'Alfred Dawson, Ketua Yayasan Utama'
Berkas lain menyebutkan 'kontribusi' dari nama-nama medis dan kegiatan yang sudah tak asing bagi Lucas; beberapa dari mereka terlibat dalam jaringan pasar gelap organ.
"Ini lebih besar dari yang kita kira," ujar Zen. "Kenapa ada nama Seraphine di daftar anak-anak yayasan?" lanjutnya.
Lucas menutup map itu. "Seraphine menghilang bukan karena kebetulan. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi dan kita tidak tahu. Kemungkinan ini ada sangkut pautnya dengan Black Mantis dan kalangan elit."
"Aku akan mencari informasi lebih jauh lagi setelah ini," kata Zen yang mengumpulkan berkas-berkas tentang projek yang masih belum mereka ketahui tentang apa itu.
"Aku akan minta tolong Rosetta tentang ini," ucap Lucas, tahu kalau ini sangat dalam hingga Lucas sendiri takut untuk membayangkan ujungnya.
Walau akhirnya Lucas akan menemukan sesuatu yang membuatnya semakin takut. Dan sebuah fakta dimana ia tidak seharusnya tahu.
karna saking kaget nya Cammy bisaa meliy lagi, dan orang² yg pernah mengkhianati Cammy menyesal
oiya btw kak, kan kemarin ada part yg Lucas bilang " dia lebih tua dari mu " itu Arthur atau Rose, terus umur Rose berapa sekarang, aku lupaa eee