Alea, wanita tangguh berusia 25 tahun, dikenal sebagai bos mafia paling ditakuti di Itali. Dingin, kejam, dan cerdas—tak ada yang bisa menyentuhnya. Namun, sebuah kecelakaan tragis mengubah segalanya. Saat terbangun, Alea menemukan dirinya terjebak dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 16 tahun bernama Jasmine—gadis cupu, pendiam, dan selalu menjadi korban perundungan di sekolah.
Jasmine sendiri mengalami kecelakaan yang sama... namun jiwanya menghilang entah ke mana. Kini, tubuh rapuh Jasmine dihuni oleh jiwa Alea sang bos mafia.
Dihadapkan pada dunia remaja yang asing dan penuh drama sekolah, Alea harus belajar menjadi "lemah"—sementara sisi kelam dan insting mematikan dalam dirinya tak bisa begitu saja dikubur. Satu per satu rahasia kelam tentang kehidupan Jasmine mulai terkuak—dan sepertinya, kecelakaan mereka bukanlah sebuah kebetulan.
Apakah Alea bisa bertahan di tubuh yang tak lagi kuat seperti dulu? Atau justru Jasmine akan mendapatkan kekuatan kedua untuk membalas semua lu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hinata Ochie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 – Pusat Kendali Nexus
Mereka semua saling pandang dan tertawa, tawa bahagia dan tawa kemenangan untuk saat ini.
"Kita berhasil pintu itu akhirnya terbuka" seru Zora.
"Semua ujian yang kita hadapi terbayar sudah" sahut Leo.
"Tapi kita tak boleh terlalu senang dulu, bisa jadi di dalam sana akan ada tantangan yang lebih menyakitkan dan menakutkan dari sebelumnya" ucap Alea.
Keempat orang itu memandang ke arah lorong menuju pusat kendali ELRA.
“Dan aku yakin... yang paling sulit... baru akan dimulai di dalam sana" Cecilia menunjuk ke arah lorong inti pusat kendali ELRA.
Saat pintu terakhir mulai terbuka, ada hembusan angin dingin dari dalam sana, yang bercampur bau logam juga ozon menyambut kedatangan mereka berempat. Lorong itu sangat sempit dari lorong sebelumnya, ada banyak pipa besi berukuran besar di sisi kanan dan kiri sepanjang lorong. Ada lampu berwarna biru yang berkedip seperti denyut nadi, membuat suasana lorong itu seperti ingin menelan mereka.
Alea dan tim terus berjalan menyusuri lorong panjang, derap langkah mereka bergema si sepanjang lorong, setiap derap sepatu terdengar amat kencang.
“Ini… lorong reaktor jiwa. Kalau kita ketahuan di sini, semua akan hancur.” bisik. Zora. Jika mereka memperlambat langkah, mereka tak akan sampai pada tujuan, namun jika langkah mereka di percepat, sistem akan mendeteksi gerakan dari jiwa mereka.
Alea mengajak tim untuk mempercepat langkahnya, ia memandang lurus ke depan, tangannya gemetar bukan karena takut, namun ia sadar bahwa mereka sedang di awasi. Ada banyak corak pada dinding yang sangat aneh, dan Alea berpikir bahwa itu adalah kamera pengintai ERLA.
"Dengarlah kita harus waspada, bahaya. bisa datang kapan saja, ayo kita harus bergerak cepat" ucap Alea.
Namun di ujung lorong ada empat human drone yang berdiri di sana datang menghampiri Alea dan tim, tubuh drone itu sangat ramping namun di tangannya terselip senjata plasma yang berputar. Pada kepala mereka terdapat lampu berwarna merah yang menyala, pertanda sistem pemusnahan telah aktif.
"Dulu aku kira cuma rumor... ternyata mereka beneran punya Unit Sentinel.” Bisik Cecilia.
"Semua yang ada di tempat ini bukanlah rumor, tapi ini nyata" Sahut Leo.
Tiba-tiba saja para drone itu menyerang, mereka menembakkan sinar plasma ke udara dan membelah dinding baja dengan sangat mudah. Alea menghindar ia melompat ke samping, Cecilia menembaki para drone dengan peluru energi, Zora membajak sistem persenjataan mereka dari jarak jauh menggunakan gelangnya, sementara itu Leo, ia dengan berani menyerang langsung drone itu dengan menaiki salah satu nya dan memutuskan kepala drone dengan kekuatan fisiknya sendiri. Sedangkan Alea dengan gerakan lincah ia menghindari setiap serangan drone itu, dan berhasil melumpuhkan satu drone dengan menusukkan belati tepat pada batok kepalanya.
Mereka berhasil melumpuhkan keempat drone tersebut, pertarungan yang sangat sengit, brutal, tanpa banyak bicara dan juga melelahkan, namun Alea sadar bahwa mereka hanya para penjaga pintu. Dan bukan ancaman yang sebenarnya.
Mereka berhasil masuk ke dalam ruangan itu. Kini mereka berada di ruang bundar raksasa, dikelilingi puluhan layar hologram yang menampilkan peta kota dan aliran energi berwarna merah.
Di tengah ruangan berdiri silinder kaca raksasa berisi cairan biru, tempat inti Nexus berputar perlahan, dan di tengahnya terdapat sebuah bola kristal hitam berdenyut seperti jantung.
Di balik kaca, seorang wanita berjas putih panjang berdiri sambil menatap mereka. Rambutnya perak, mata biru pucat tanpa emosi.
"Selamat datang, kalian akhirnya berhasil sampai di sini, hallo Alea Williams, atau biasa ku panggil sisa jiwa nomor 7" wanita itu tersenyum dingin pada Alea dan timnya.
"Wanita itu tau lebih banyak dari yang kita kira, Alea kita harus berhati-hati" bisik Zora.
Alea menegang, ia menatap Zora saat berbisik padanya, kata kata wanita itu benar-benar menghujam dirinya.
Dengan sombong wanita itu memperkenalkan diri: Dr. Velyra, kepala proyek ELRA, sekaligus ilmuwan yang menciptakan teknologi pemindahan jiwa yang membuat Alea terjebak di tubuh Jasmine. Ia merasa sangat bangga dengan hasil. karyanya itu.
“Tubuh aslimu hancur, Alea. Tapi jiwamu… aku simpan. Semua ini adalah bagian dari rencana. Jasmine hanyalah wadah sempurna untuk menguji kestabilan sistem.” Ucapnya.
Alea merasakan ada bara api di dalam kerongkongan nya, amarah yang ingin meledak, namun ia mencoba untuk menahannya, karena Alea tau wanita itu hanya ingin memancing dirinya untuk bertindak gegabah.
Lalu Dr. Velyra membuka layar hologram dan menampakan tubuh Jasmine yang terikat pada kursi logam, dengan beberapa kabel di seluruh tubuhnya, namun ia terlihatsadar, Dr. Velyra menawarkan sesuatu pas Alea, untuk kebebasannya.
“Aku dapat mengembalikan dirimu ke tubuhmu yang asli, Alea. Biarkan Jasmine tetap di sana. Dia tak akan mengingat apapun. Kau bebas. Semua ini selesai.” Dr. Velyra memberi penawaran pada Alea.
Hening seketika, Cecilia memandang Alea dan menggeleng pelan, Zora menatap Alea dengan penuh tanda tanya, apa Alea akan setuju atau justru menentangnya, sedangkan Leo, tangannya mengepal namun ia telah bersiap dengan senjata di balik jaketnya.
Alea menutup matanya, ia mengingat semua rasa sakit, penderita, rasa marah, rasa kehilangan, saat pertama kali ia terbangun dalam tubuh Jasmine. Namun ia sadar, jika ia menerima tawaran itu berarti ia telah menghancurkan kehidupan gadis tak berdosa ini, hanya untuk kembali ke masa lalunya. Alea sudah berjanji pada Jasmine untuk kembali bersama, maka ia akan bertahan bukan untuk dirinya tapi untuk semua. Alea membuka matanya dan tersenyum sinis pada wanita itu.
“Tidak. Aku akan menghancurkan Nexus. Dan aku akan mengembalikan Jasmine, walaupun nyawa taruhannya " Ucap Alea.
Dr. Velyra menatap Alea dengan dingin,
"Dasar bodoh, kalau itu pilihanmu maka kau akan mati di tempat ini" Teriak Dr. Velyra.
Wanita itu menekan tombol alarm, dan sirene merah pun menyala, lampu berwarna merah berkedip, seluruh ruangan berguncang, lalu dari dinding dan lantai, puluhan unit Sentinel muncul. Dr. Velyra berdiri di platform yang mulai naik ke atas, menuju ruang observasi. Alea berusaha mengejar Dr. Velyra namun para sentinel mencegat jalan Alea.
“Kita harus memutus inti Nexus sebelum dia melarikan diri!” Teriak Cecilia,
"Kita lawan para sentinel ini terlebih dahulu, ayo kita lumpuhkan mereka" teriak Alea.
Alea memimpin dengan menghunus kan pisau belati nya, Zora mulai meretas sistem menggunakan alat pada gelangnya. Leo sudah bersiap dengan persenjataan nya, begitu pula dengan Cecilia, mereka siap bertempur sampai akhir, karena pertempuran akhir Nexus baru saja di mulai.
