NovelToon NovelToon
MANUSIA ABADI

MANUSIA ABADI

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Menjadi Pengusaha / Kultivasi Modern
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Taufik

Sebelum ada bintang, sebelum Bumi terbentuk, dia sudah ada.

Makhluk abadi tanpa nama, yang telah hidup melewati kelahiran galaksi dan kehancuran peradaban. Setelah miliaran tahun mengembara di jagat raya, ia memilih menetap di satu tempat kecil bernama Bumi — hanya untuk mengamati makhluk fana berkembang… lalu punah… lalu berkembang lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perang

Langkah-langkah mereka makin pelan.

Pepohonan rimbun mulai terbuka, memperlihatkan sebuah kompleks bangunan tua yang setengah terkubur dalam kegelapan. Dari luar, tempat itu tampak seperti reruntuhan markas bawah tanah peninggalan era perang — dikelilingi pagar kawat berduri yang telah berkarat dan semak belukar yang liar.

Kapten Leng Yuran memberi isyarat berhenti.

> “Ini titik target. Tim Tiga kepung dari kanan. Tim Satu, tembus dari sisi kiri. Tim Dua bersiap menyerbu dari depan.”

Semua bergerak cepat sesuai formasi.

Kecuali satu orang — Alex Chu.

Dia tetap berdiri di belakang, bersandar pada sebuah pohon besar dengan tangan menyilang. Pandangannya tak pernah lepas dari kompleks itu. Matanya seperti sedang membaca tiap gerakan di dalam bangunan, jauh sebelum yang lain menyadarinya.

Kapten Leng mendekatinya, matanya tajam namun nada suaranya dingin.

> “Aku tidak akan memaksamu lagi. Tapi jangan ganggu misi kami.”

Alex hanya menjawab dengan anggukan kecil, lalu kembali diam.

Tiba-tiba...

Ledakan kecil mengguncang tanah!

> BOOM!

Salah satu prajurit yang mencoba memotong kabel jebakan terlambat menyadari adanya ranjau. Tubuhnya terpental beberapa meter. Untungnya, dia masih hidup — meski kakinya penuh luka dan terpaksa dievakuasi.

Itu adalah sinyal perang telah dimulai.

Dari dalam kompleks, puluhan sosok bersenjata lengkap langsung keluar, membawa senapan otomatis, pelontar granat, dan bahkan alat pelacak. Mereka bukan tentara biasa — mereka adalah milisi terlatih yang seolah telah menanti kehadiran tim dari awal.

> “PERTAHANKAN POSISI!!”

Kapten Leng berteriak memberi perintah sambil melepaskan tembakan cepat.

Pertarungan jarak menengah meledak!

Peluru saling bersilang, menghantam beton, logam, dan dinding. Kilatan api senjata menerangi malam seperti kilat yang tak henti menyambar. Tanah berguncang di bawah derap langkah para prajurit yang bertarung mati-matian.

Tim Dua, tempat Alex seharusnya berada, berada di posisi terdepan. Mereka yang pertama kali diterjang musuh.

Salah satu prajurit terkena tembakan di bahu, namun tetap maju. Seorang lagi berhasil menjatuhkan dua lawan dengan tembakan presisi, hanya untuk langsung diserbu dari belakang.

Suara jeritan, dentuman granat, dan letupan darah mengisi udara.

Tapi Alex Chu…

Dia tetap berdiri. Tak bergerak sedikit pun.

Satu granat terlempar ke arah pohon tempatnya bersandar — namun sebelum meledak, Alex hanya mengangkat tangannya dan mengayunkannya perlahan ke samping.

Granat itu berbelok sendiri.

Boom!

Meledak puluhan meter ke arah lain, seolah didorong kekuatan tak terlihat.

Tak ada yang melihatnya. Semua sibuk menyelamatkan nyawa mereka.

Kapten Leng bertarung seperti singa. Dia melemparkan dua pisau ke arah musuh, lalu berguling untuk mengambil senjata yang jatuh, dan menembak tiga musuh sekaligus dari jarak dekat.

Darah membasahi pakaiannya, namun ia tak mundur.

> “JANGAN BIARKAN MEREKA MENEMBUS PERTAHANAN!”

teriaknya sambil menangkis serangan dengan gagang senjata.

Namun satu per satu anak buahnya mulai roboh. Luka-luka ringan mulai berubah menjadi luka serius. Nafas makin berat. Amunisi mulai menipis.

Beberapa mulai melirik ke arah belakang — ke tempat Alex Chu berdiri.

Mereka tahu dia di sana.

Mereka tahu dia belum bergerak.

> “Apa dia… gila?!”

bisik salah satu prajurit yang gemetar di balik perisai besi.

> “Dia benar-benar tidak akan membantu?”

seru yang lain.

>Apa mungkin dia takut? Jenderal mungkin di tipu sama dia

Tapi tatkala mereka mulai mempertanyakan keberadaan Alex Chu… sosok itu tetap berdiri tenang. Tatapannya dingin. Wajahnya datar. Bahkan saat satu peluru nyasar melesat ke arahnya — peluru itu berhenti sendiri, lalu jatuh ke tanah tanpa suara.

Mata Kapten Leng menangkap kejadian itu sekelebat. Ia menahan napas.

> “…itu barusan…?”

Namun ia tak sempat berpikir lebih jauh.

Musuh mengeluarkan unit berat — seorang pria besar setinggi dua meter dengan pelindung logam penuh dan senjata otomatis berukuran raksasa. Dia melepaskan tembakan brutal yang menghancurkan tembok, batu, dan membunuh dua prajurit dalam satu tarikan pelatuk.

Semua mulai panik.

Satu ledakan lagi… satu serangan lagi… dan semua akan hancur.

Kapten Leng sudah bersiap mati

1
Dah Leha
bagus dan menarik
Mít ướt
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
Rizitos Bonitos
Tersentuh banget dengan kisah ini.
Azure
Terima kasih penulis hebat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!