NovelToon NovelToon
Ketika Cinta Berakhir

Ketika Cinta Berakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Pelakor jahat / Saudara palsu
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: lee Yana

Shenina Jean atau yang akrab disapa Nina adalah seorang wanita karir sekaligus istri dari lelaki bernama Argan Dio. mereka merupakan sepasang kekasih yang menikah atas dasar saling mencintai.

karena tak kunjung mendapatkan keturunan, Shenina memutuskan untuk meninggalkan dunia kerja dan melepaskan jabatan bersama mimpi-mimpinya. Agar bisa lebih fokus pada program kehamilan yang tengah ia jalani.

Namun setelah semua usaha yang ia lakukan, ternyata Shenina mendapati suami yang sangat dicintainya justru menjalin hubungan gelap dengan wanita lain merupakan orang terdekatnya.

Kenyataan pahit atas pengkhianatan tersebut membuatnya hancur berkeping-keping. hingga ia memutuskan untuk pergi sejauh mungkin. menghilang tanpa jejak, merombak dirinya secara keseluruhan lalu kembali dengan kehidupan dan identitas yang benar-benar baru.

Bagaimana kisah kelanjutannya....? apakah Shenina akan balas dendam ? Atau justru memulai cinta yang baru ? Nantikan kisahnya ya……..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee Yana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tebing Ratapan

Malam itu Shira tengah bersantai di tempat tidurnya sembari menepuk-nepuk pelan masker dari produk Luxe’me yang ia gunakan pada wajahnya.

Entah kenapa sejak tadi Shira merasa seperti ada yang mengganjal dalam hatinya.

Perasaannya benar-benar tidak tenang tentang kejadian tadi siang. Bayangan wajah Shendra terus saja terlintas di pikirannya.

Parlahan ia tersenyum sambil menyentuh bibirnya. Shira teringat ketika ibu jari Shendra mengusap bibir itu dengan lembut.

Semakin Shira memejamkan mata, maka semakin jelas juga bayangan wajah tampan itu memenuhi isi kepalanya.

“Akkkhhhhh, tidak tidak tidak….!!!” Pekiknya yang tiba-tiba bangun dan menjatuhkan maskernya.

“Apa yang baru saja kupikirkan ?? Aku pasti sudah gilaaa….!!!” Ucap Shira sambil terus mengetuk kepalanya.

Sesaat kemudian Jenifer masuk karena mendengar suara histeris dari dalam kamar.

Wanita itu mendekat untuk memastikan apakah temannya baik-baik saja.

Jen mencoba menempelkan punggung tangannya di kening Shira, kemudian ia membandingkan dengan suhu tubuhnya.

“Demam tidak, menggigil juga tidak. Kamu ini sebenarnya kenapa Shira ?? Kuperhatikan akhir-akhir ini kau sangat tidak stabil, ada apa denganmu ??”

“Entahlah Jen, aku juga bingung apa yang terjadi padaku” jawabnya dengan putus asa.

“Baiklah, sekarang perasaanmu bagaimana ??”

“Entahlah, rasanya aku hampir gila…” sahut Shira sambil mengacak-acak rambutnya.

“Kau hampir gila atau memang sedang tergila-gila Shira ???” Tanya Jenifer tersenyum mengangkat dagu temannya seolah bisa menebak apa yang terjadi.

Dengan cepat Shira menepis tangan Jenifer. Seakan tahu arah pembicaraan sang manajer, Shira memalingkan wajahnya yang mulai merona seperti tidak ingin ketahuan oleh lain.

“Kau menyukainya kan…??”

“Cihhh menyukai siapa maksudmu ??”

“CEO Luxe’me Cosmetic yang tampan rupawan itu…”

“Haha ti.. tidak…!!!” Jawab Shira gugup sambil menyelipkan rambutnya ke telinga.

“Hmm baguslah kalau kau tidak menyukainya, biar aku saja yang menyukai pak Shen, kebetulan dia memang tipeku” ucap Jenifer dengan penuh percaya diri.

Beberapa detik kemudian terdengar sebuah notifikasi dari ponsel Jenifer.

Wanita itu tersenyum dan memekik kecil sambil menutup mulutnya, seperti seseorang yang baru saja memenangkan lotre.

“Yesss…kebetulan sekali besok sore pak Shen mengajakku makan diluar sekalian jalan-jalan” ucapnya sembari membaca pesan di ponselnya.

Mendengar itu, tanpa pikir panjang Shira langsung mengambil ponsel milik manajernya.

Sontak matanya membulat ketika melihat isi pesan yang ia baca, ternyata itu adalah sebuah notifikasi dari kurir pengantar makanan yang dipesan oleh Jenifer sekitar setengah jam yang lalu.

“Jeniiiffeeereeeeeerrrrr…!!!”

“Aku benci padamuuuuuu….!!!”

“Pergi kau Jen, pergiiiii….!!!”

Shira berteriak sejadi-jadinya dengan wajah yang memerah, sambil melempari Jenifer dengan bantal dan memukul tempat tidur. Antara malu bercampur kesal, lagi-lagi ia terjebak oleh tipu muslihat manajernya.

Padahal Shira tahu betul kalau Shendra tidak mungkin berkirim pesan semacam itu dengan Jenifer, apalagi sampai mengajaknya jalan-jalan.

Sedangkan Jenifer segera berlari meninggalkan Shira, sambil tertawa terpingkal-pingkal wanita itu berhasil dengan mudah mengelabui Shira.

Jenifer sangat senang melihat ekspresi panik dari wajah Shira yang tertangkap basah olehnya.

Jen tahu siang tadi pasti telah terjadi sesuatu di antara mereka berdua, saat dia dan sekretaris Ken pergi meninggalkan ruangan itu.

Dia juga heran meski sudah berkali-kali memakai trik yang sama seperti itu, namun tetap saja dengan polosnya Shira selalu terkecoh.

“Shiraaa…ayam goreng yang kupesan sudah datang, ayo kita makan bersama” ucap Jen setengah berteriak dari ruang tengah.

“Tidaaakk…!!! Aku tidak lapar. Kau habiskan saja sekalian dengan tulang-tulangnya”

“Hmmm padahal aromanya enak sekali…”

“Terserah….!!!” (lebih baik aku mati kelaparan daripada kenyang dalam kondisi yang memalukan) batinnya.

Mendengar itu Jenifer masih tidak bisa berhenti tersenyum. Tingkah laku Shira benar-benar membuatnya sakit perut karena terus tertawa.

Sementara di waktu yang bersamaan seseorang juga kesulitan memejamkan mata. Entah kenapa Shendra terus teringat kejadian di kantor siang tadi.

Dimana wajahnya dengan Shira berjarak sangat dekat, hingga membuat jantung Shendra berdetak lebih cepat dari biasanya.

Sudah lama sekali dia tidak merasakan hal aneh seperti itu kecuali pada satu orang.

Secara keseluruhan wanita itu benar-benar berbeda dari Nina. Baik bentuk tubuhnya maupun dari segi suaranya.

Nina juga punya wajah yang agak bulat serta beberapa tahi lalat di bagian wajah dan bahunya, sementara Shira tidak.

Tapi entah kenapa semakin hari rasanya hati Shendra makin yakin bahwa wanita itu bukanlah orang asing. Dia sendiri pun bingung bagaimana harus mengatakannya.

Dari sorot mata Shira, lelaki itu bisa merasakan banyak sekali hal yang sangat ingin dikatakan oleh Shira setiap kali ia menatap Shendra dalam diam.

Wanita itu sepertinya mengenal Shendra sejak pertama mereka bertemu di restoran kala itu. Shira juga tiba-tiba menangis saat memandangnya.

Namun hingga kini Shira bersikeras beralasan dan mengatakan kalau dia tidak pernah bertemu atau kenal sebelumnya.

Dibalik wajah cantik dan sikap kurang ajarnya, terkadang Shendra melihat ada kesedihan yang mendalam dari caranya melihat Shendra.

Apalagi Shendra tahu bahwa Shira baru dua tahun menetap di negara asing. Itu artinya sejak kecil dia memang tinggal di Indonesia.

Meski demikian Shendra tidak banyak tahu tentang apapun mengenai kehidupan pribadi Shira maupun keluarganya.

Yang membuatnya bimbang adalah nama Shira sama persis dengan nama asli mendiang Nina semasa kecil.

Wanita itu juga menyukai minuman yang sama dengan Nina saat mereka berebut di toserba tempo hari.

Apakah semua itu hanya kebetulan, atau memang kedatangan Shira ada hubungannya dengan misteri kematian Nina.

Bahkan Shendra sempat berpikir jika Shira memang tidak mengenalnya, apa mungkin dia mengenal Nina dan tahu sesuatu tentang adiknya.

Apakah Shira dan Nina merupakan saudara jauh yang terpisah, atau memang pernah saling kenal tanpa sepengetahuannya.

Karena selama ini Shendra juga tidak pernah berpikir untuk menanyakan tentang Nina kepada Shira.

Jangankan untuk bertanya, bertemu sebentar saja mereka hampir tak pernah akur satu sama lain. Selalu ada saja kejadian yang membuatnya geram dengan tingkah Shira.

Ingatannya terus berputar mengingat kejadian dua tahu yang lalu. Seperti menyusun sebuah potongan puzzle, bagaimanapun juga Shendra yakin ada sesuatu yang terlewatkan olehnya tentang peristiwa tersebut.

Karena tak kunjung bisa tidur, akhirnya Shendra memutuskan untuk mengambil kunci mobilnya dan pergi ke suatu tempat.

Sesampainya ditempat yang dituju, ia melihat nampaknya seseorang telah berada disana lebih dulu.

“Dia lagi dia lagi, untuk apa lelaki tidak tahu diri itu terus datang kemari ??” Gumamnya melihat Dio yang tengah termenung di pinggir tebing curam lokasi mantan istrinya menghilang.

Ini bukan yang pertama kalinya Shendra melihat Dio berada di sana. Melainkan hampir setiap malam mantan suami adiknya itu selalu menyendiri menatap lautan luas di hadapannya.

Entah sudah berapa puntung rokok yang dia habiskan malam itu.

Seiring dengan hembusan angin laut dan riuhnya suara ombak, sesekali Dio meneriakkan kata maaf dan memanggil nama Nina dengan putus asa.

Seketika teriakan itu berhenti saat sorot lampu mobil mengarah padanya dari kejauhan. Semakin lama semakin mendekat dan menyilaukan pandangan.

Dio mundur dan hampir terjatuh saat mobil tersebut melaju semakin cepat seolah ingin menabraknya.

Tak lama seseorang berperawakan tinggi turun dan mendekat menghampiri Dio.

“Kenapa tidak melompat saja…?!!” Ucap Shendra sambil mencengkram kerah leher Dio hingga membuatnya terbangun.

Sedangkan lelaki yang sudah gemetar itu hanya bisa menelan ludah sambil mengucap maaf pada Shendra.

“Jangan minta maaf padaku..!!!”

“Kalau memang merasa bersalah dan menyesal harusnya kau melompat saja dari tebing ini…”

“Dengan begitu kau bisa bertemu dan meminta maaf secara langsung pada Nina…”

“Aaahhhh aku baru ingat…kau adalah seorang pengecut yang menginginkan kematian istrimu sendiri, demi mendapatkan sampah yang kau sebut cinta itu kan…???”

“Hahaha hahahaha aaahahahahaha…!!!” Seketika wajah Shendra yang tertawa kini berubah jadi tatapan menyeramkan, dengan hembusan napas yang tak beraturan.

“Dengarkan baik-baik ya sialan..!!!”

“Sebanyak apapun kau meminta maaf, tidak akan pernah merubah fakta bahwa sialan sepertimu yang telah membunuh Nina…!!!” Ucapnya seraya melepaskan cengkeramannya pada kerah baju Dio.

Dengan wajah pucat bercampur keringat dingin, akhirnya Dio memilih untuk segera pergi dan menjauh dari tempat itu.

Sepanjang jalan ia terus mengutuk kebodohannya sendiri. Kalimat Shendra barusan seolah menjadi belati yang menancap dalam di hatinya.

Dan yang paling menyakitkan bagi Dio adalah, semua yang keluar dari mulut Shendra itu merupakan fakta.

Lagipula bukan penyesalan namanya kalau datang di awal kejadian.

Ditebing curam itu tinggallah Shendra sendirian, pandangannya menatap jauh ke arah lautan.

Shendra menyebut Dio sebagai lelaki pengecut, padahal dia sendiri juga tidak kalah pengecutnya. Karna merasa gagal melindungi wanita yang dia sayang.

Suaranya parau memanggil nama seseorang, disaksikan langit malam bersama jutaan bintang.

Dadanya begitu sesak, sambil sesekali ia menengadah ke arah langit.

Bertanya pada sang malam, sudah dua tahun lamanya kenapa rasa rindu di hatinya tak kunjung padam.

Saking putus asanya, lelaki itu sampai mengira kalau Shira merupakan Nina adiknya yang hilang.

Sementara ditempat lain, seorang wanita tengah menangis sendirian. Setiap hari ia menunggu suaminya yang selalu pulang larut malam.

.

.

.

Malam itu menjadi malam yang sangat panjang, bagi sebagian orang yang hidup dalam ketidakjujuran.

Entah terhadap pasangan, atau bahkan pada dirinya sendiri.

…………………………………………………………………………

1
Mutiara Nisak
jgn mengumpat begitu,andai kan kamu tau siapa itu cewek yg kamu bilang gila,adalah adek yg selama ini kamu rindukan dan kamu cintai.....
Dewi Sri
Baru baca... novel ini bagus tp sepi komentar, mungkin blm byk yg baca.... semangat berkarya Author
Diyah Pamungkas Sari
yaaa makan tuh gorengan penyesalan tinggal sampel karma nya yg blm dtg. dan nikmati sm semua anggota keluargamu itu!! emosi aq.
Mundri Astuti
next thor
Mundri Astuti
seru ceritanya...
semoga shendra cepet tau penyebab Nina pisah dengan Dio, biar tau rasa si Dio dan Yuri..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!