NovelToon NovelToon
Jodohku Tetanggaku

Jodohku Tetanggaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:12.6k
Nilai: 5
Nama Author: Fernanda Syafira

Ayudia Larasati, gadis cantik yang sudah berkali - kali gagal mendapatkan pekerjaan itu, memilih pindah ke desa tempat kelahiran ibunya setelah mendapatkan kabar kalau di sana sedang ada banyak lowongan pekerjaan dengan posisi yang lumayan.
Selain itu, alasan lain kepindahannya adalah karena ingin menghindari mantan kekasihnya yang toxic dan playing victim.
Di sana, ia bertemu dengan seorang pria yang delapan tahun lebih tua darinya bernama Dimas Aryaseno. Pria tampan yang terkenal sebagai pangeran desa. Parasnya memang tampan, namun ia adalah orang yang cukup dingin dan pendiam pada lawan jenis, hingga di kira ia adalah pria 'belok'.
Rumah nenek Laras yang bersebelahan dengan rumah Dimas, membuat mereka cukup sering berinteraksi hingga hubungan mereka pun semakin dekat

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Sinyal Five G

"Mbak Laras...."

"Iya?"

"Mbak, itu tadi Mas Dimas anuu..."

"Kenapa, La?" Tanya Laras yang masih menunggu Nila melanjutkan kata - kata.

"Itu, Mbak Laras sama Mas Dimas tadi..."

"Iya, aku pacaran sama Mas Dimas." Jawab Laras yang tak sabar menunggu kata - kata Nila.

"Haa? Sumpah? Serius, Mbak?" Tanya Nila.

"Kaget banget gitu? Iya serius lah." Kekeh Laras.

"Pantes aja, kok tumben Mas Dimas main ke pabrik. Biasanya kesini kalo cuma mau beli kerupuk aja. Ternyata Mas Dimas tuh perhatian ya, bisa - bisanya nyuapin Mbak Laras di tempat umum." Kata Nila.

"Eh, kamu liat?" Tanya Laras.

"Gak cuma aku kali, Mbak. Sepabrik liat semua, orang duduknya di tempat yang kelihatan dari mana - mana. Kan pintu besarnya kebuka lebar." Jawab Nila.

"Kalo berduaan di tempat tertutup, nanti malah jadi fitnah." Sahut Laras.

"Iya juga, nanti di gerebek warga." Gelak Nila.

"Aku kira, Mas Dimas itu orang yang cuek bin kaku lho, Mbak." Kata Nila kemudian.

"Ya gitu Mas Dimas yang sebenernya. Perhatian, penyayang, walau sabarnya kadang setipis tisu." Jawab Laras.

"Kalo sama Mbak Laras, masih pendiem juga?" Tanya Nila penasaran.

"Masih lah, kayaknya itu memang bawaan bayi deh." Kekeh Laras.

"Tapi mending dia gak banyak ngomong sih, soalnya kalo banyak ngomong, kata - katanya nyelekit." Imbuh Laras yang membuat mereka berdua tertawa.

"Mbak nanti malem ikut acara punggahan di pondok?" Tanya Nila.

"Iya, ikut dong." Jawab Laras.

"Sama Mas Dimas?"

"Hehehe iya, dipesenin Uti, di suruh berangkat sama Mas Dimas." Jawab Laras.

"Uti tau, kalo Mbak pacaran sama Mas Dimas?"

"Belum bilang, sih. Tapi kayaknya tau."

"Eeh aku udah di jemput. Aku duluan ya, Mbak?" Pamit Nila.

"Iya, hati - hati, La." Jawab Laras.

"Lek Kirno, ini keloter terakhir kerupuk yang di ambil hari ini." Kata Laras pada salah satu karyawan.

"Punya siapa, Mbak?"

"Punya pak Bakir. Tapi gak tau, nanti siapa yang mau ngambil kesini." Jawab Laras.

"Ooh, siap, Mbak!" Jawab Lek Kirno yang selama ini di percaya menjaga pabrik karena rumahnya yang ada di sebelah pabrik.

"Aku pulang dulu ya, Lek. Assalamualikum."

"Iya Mbak Laras, Waalaikumsalam."

Laras berjalan menyusuri kebun warga. Ia terbiasa lewat jalan pintas yang tembus di belakang rumah Uti. Jauh lebih dekat di banding jika ia melewati jalan utama yang memutar.

Sesampainya di rumah, Ia langsung membersihkan diri dan merebahkan diri setelahnya. Hari yang melelahkan bagi Laras, karena harus menghandle dua pekerjaan sekaligus.

Jika ada Uti, pekerjaannya tak akan melelahkan seperti ini, karena ia hanya perlu mencatat dan menyiapkan pesanan. Tak perlu sibuk menelfon sana sini untuk mencari bahan baku pembuatan kerupuk.

Untungnya, ia masih belum mulai bekerja. Laras akan mulai bekerja pada awal Ramadhan, setidaknya admin pabrik pasti sudah sehat. Ia tak membayangkan jika Uti harus menghandle semuanya sendiri.

Tubuh yang lelah, membuat mata Laras terasa sangat berat. Perlahan, matanya mulai terpejam, tak mampu menahan rasa kantuk yang mendera.

Ba'da Magrib, Dimas baru saja sampai di rumah. Netranya terpaku pada rumah Uti yang nampak gelap padahal sudah lewat magrib.

Dimas yang khawatir, langsung menuju ke rumah Uti setelah memarkirkan motornya. Ia melihat rumah yang pintu dan jendelanya tertutup rapat.

Ia mengetuk - ngetuk dan mengucap salam, namun tak ada yang menjawab. Dimas pun menelfon ponsel Laras, namun ternyata tidak aktif.

Dengan resah, ia kembali mengetuk - ngetuk pintu depan, lalu berpindah ke pintu belakang. Dimas kemudian berpindah mengetuk jendela kamar Uti dan kamar Laras.

"Uti.... Ay... Assalamualaikum." Kata Dimas yang tak lagi mengetuk, namun memukul jendela dengan keras.

Laras yang ternyata masih tidur itu langsung terperanjat. Ia lebih kaget lagi saat menyadari suasana sekitarnya yang gelap.

"Ay... Kamu di rumah gak, Ay??" Suara Dimas yang kini memukul - mukul pintu dapur.

"Iya Mas, sebentar, kedepan aja..." Seru Laras yang kini beranjak dan menghidupkan lampu - lampu rumah.

Laras kemudian membuka pintu depan rumah dan mendapati Dimas yang sudah berdiri di sana.

"Kamu dari mana, Ay?" Tanya Dimas dengan wajah yang khawatir.

"Aku ketiduran, Mas." Jawab Laras yang cengar - cengir.

"Ya Allah, pantes aja rumah gelep, di telfon gak aktif." Omel Dimas.

"Maaf Mas, ketiduran sore tadi. Mas baru pulang?" Tanya Laras.

"Hm. Yaudah sholat magrib dulu, setelah mandi nanti aku kesini. Aku pulang dulu, Ay." Pamit Dimas sembari mengusap kepala Laras yang berbalut jilbab.

Setelah sholat magrib, Laras bersiap untuk mengikuti acara punggahan di pondok. Ia mengambil gamis polos berwarna hitam dan memadukannya dengan hijab segi empat berwarna marun dengan corak bunga kecil berwarna putih.

Tak lama kemudian, terdengar suara Dimas yang mengucapkan salam. Laras pun segera membuka pintu depan.

"Udah siap?" Tanya Dimas.

"Maa Syaa Allah, ganteng banget pacarku pake baju kayak gini. Tumben pake sarung? Biasanya pake celana dasar panjang." Kata Laras saat melihat Dimas yang memakai kemeja koko, sarung dan peci.

"Biar kamu gak ngelirik Farid." Sahut Dimas yang membuat Laras terkekeh.

"Emang kapan aku ngelirikin Gus Farid? Ngaco Mas Dimas ini. Aku tuh ngelihatin ya, bukan ngelirik lagi." Gelak Laras.

"Kamu ini!" Gemas Dimas sembari mencubit pipi Laras.

"Mau berangkat sekarang? Kita sholat isya di pondok?" Tanya Laras.

"Iya, sayang." Jawab Dimas.

"Yaudah, aku ambil tas dulu."

"Cek semua pintu sekalian, Ay." Titah Dimas.

"Iya, Mas sayang." Jawab Laras yang membuat wajah Dimas tiba - tiba memerah.

Setelah memastikan semua pintu dan jendela terkunci, Laras segera keluar dan mengunci pintu depan rumah.

Dimas membukakan pintu mobil untuj Laras. Tangannya pun ia siagakan di atas kepala Laras agar gadisnya tak terbentur.

"Makasih, Mas. Bapak gak ikut?" Tanya Laras saat Dimas hendak menutup pintu mobil.

"Bapak belum pulang, lagi jenguk temannya di RSUD." Sahut Dimas yang kemudian memutar dan masuk ke dalam mobil.

"Nanti kita pulang bareng sama Uti dan Ibuk sekalian kan, Mas?" Tanya Laras.

"Iya."

"Mas.."

"Hm...."

"Mas..."

"Hmmmm.."

"Maaassss" Laras menekankan suara sambil menatap Dimas.

Dimas yang di tatap Laras itu menarik dalam - dalam nafasnya.

"Dalem, sayang." Lirih Dimas yang juga melihat ke arah Laras yang kini tersenyum.

"Nah, gitu kan enak dengernya. Bukannya hm hm hm aja kalo di panggil." Cicit Laras yang membuat Dimas tersenyum.

"Baru kamu yang protes gak mau di sahutin hm." Kata Dimas.

"Gak mau lah, aku aja gak pernah nyahut hm hm kok, kalo Mas panggil." Jawab Laras.

Tak lama, mereka berdua sampai di pelataran pondok. Dimas memarkirkan mobilnya dan segera turun, kemudian membukakan pintu untuk Laras.

Ucapan terima kasih pun selalu keluar dari mulut Laras saat Dimas memberikan act of service padanya.

Mereka berdua berjalan bersisian. Kedatangan Laras dan Dimas kali ini mendapat perhatian beberapa warga desa yang sudah ada di sana.

"Luar biasa ya kalo di desa. Sinyalnya five G." Lirih Laras saat menyadari kalau sedang menjadi pusat perhatian beberapa warga desa.

"Kenapa, Ay?" Tanya Dimas.

"Itu pasti ngeliatin kita karna udah denger gosip dari karyawan pabrik tadi." Jawab Laras.

"Biarin aja." Sahut Dimas yang tersenyum menatap Laras.

"Ya tapi gak gitu juga kali Mas ngelihatnya. Kok seolah - olah aku kayak ngerebut idola mereka." Cicit Laras yang berjalan agak menjauh dari Dimas.

"Jangan jauh - jauh." Dimas menarik tangan Laras dan membuatnya menempel pada Dimas.

"Ish, Mas ini! Nanti aku di geruduk perempuan - perempuan fans Mas loh." Omel Laras sembari memukul Dimas.

"Ada aku yang jagain kamu." Jawab Dimas santai.

"Dim!" Panggil seorang pria yang tentu sangat familiar bagi Dimas.

Dimas langsung menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Laras. Mereka berdua spontan menengok ke sumber suara.

"Om Dimas..... Ammah Laras..." Suara Sakhi yang di gandeng Abanya, memanggil mereka sambil melambaikan tangan.

1
Nur Wakidah
aku sg moco melu kesemsem karo guya guyu dewe ☺️☺️☺️
Sari Nande16
q seng Moco Yo kesem sem 🤣🤣
Yulay Yuli
selalu kesemsem dengan perlakuan Dimas, berasa aku yg digituin 😅😀
Dewi kunti
ojo sue2 ay mengko Ndak gur njagani jodoh nya org,sat set ngunu lho
Sari Nande16
uluh2 mas Dimas 🥰🥰
Yulay Yuli
mauuuu..... mau.... 😘😁
Yulay Yuli
lemes ya dipanggil sayang sama Ay 😂😂😂
ayu rahma
ahh dimass so sweeett,, 🥰🥰
Bungatiem
ih gemes
Yulay Yuli
udh buruan halalin thour
Dewi kunti
biasanya tambah LG up nya
Bungatiem
double upda ya Thor
Irma Minul
luar biasa 👍👍👍
Bungatiem
Thor ko novel rahasia pasangku ga pernah update?? padahal bagus juga lo cerita nya 😞
Faqisa Sakila
Dri cinta ugal2an pak kades sama crita ini jd novel favorit bnget ,,
update trus y kk..
sk bngt ma critany
Dewi kunti
ra usah cemburu
Dedes
makane gek endang dicencang mas 😂
Nur Wakidah
nah mas Dim , , , Hadooohhh kan kedisek an Gus Farid 🤣🤣🤣
Nur Wakidah
mas Dimas isok misoh yoan 🤣🤣🤣
Nur Wakidah
awas ketikung MAS DIM , , , 🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!