Tak semua wanita ikhlas untuk dimadu, hanya wanita-wanita terpilih yang bisa menerima hal itu.
Cordelia Almira seorang perawat cantik dan Istri dari Manajer Eksekutif the Star Resort Jerone Rigel Ervinosa. Mereka telah menikah selama 5 tahun, tetapi belum juga dikarunia seorang anak.
Meskipun belum dikaruniai buah hati, hubungan pernikahan mereka tetap harmonis tak ada yang berubah sampai suatu hari hadirlah seorang wanita di tengah-tengah mereka.
Setelah ditinggalkan oleh kedua orang tua serta kakaknya. Kini pernikahan yang awalnya penuh warna pelangi menjadi hitam gelap dan berkabut.
Akankah Elia bisa mempertahankan pernikahanya dan menerima untuk dimadu, atau sebaiknya?
Kalian bisa follow ig author : Novi_Rahajeng
Dan bisa baca karya author yang judulnya Papa Bucin yang posesif.
Karya ini adalah orisinil cerita dari author sendiri. Jadi, dilarang keras plagiat!
Cover by : Novi Rahajeng
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi rahajeng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gugatan Cerai
Rigel shock saat melihat bahljunya basah terkena muntahan dari Elia.
"Ma-af bang," ucap Elia dengan sedikit terbata-bata.
Elia merasa bersalah karena muntah di baju Rigel, tetapi itu semua juga bukan sepenuhnya salah Elia. Sebelumnya Elia sudah menyuruh Rigel untuk minggir dari hadapannya, tapi rigel tidak mau pindah sampai membuat Elia yang sudah menahan muntah keluar menyembur tubuh Rigel.
Entah sejak Hamil, Elia sangat sensitif sekali saat mencium aroma tubuh Rigel yang mendekatinya. Padahal dulu ia sangat suka sekali dengan aroma tubub Rigel yang membuatnya merasa tenang san nyaman. Namun, sekarang berubah menjadi mual.
Karena bajunya kotor, Rigel segera bangun dan membersihkan pakaiannya di kamar mandi.
"Mangkanya udah di bilangin jangan masuk, ya jangan masuk! Di bilangin ngeyel sih, akhirnya kena, kan? " ujar Runi ketika Rigel berjalan melewatinya.
Sedangkan Rigel tak menghiraukan ucapan Runi, dan terus berjalan menuju kamar mandi.
Elia yang merasa bersalah telah membuat baju kotor, beranjak bangun dari tempat tidur untuk mengambilkan Rigel pakaian.
" Kamu mau kemana, El?" tanya Runi saat melihat Elia bangun dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar.
"Mau ambilkan pakaian untuk Bang Rigel," ucapnya.
"Tapi, El... Kamu kan gak boleh banyak gerak, biar aku saja yang mengambilkan pakaiannya gimana?" tawar Runi yang sudah mencegah Elia pergi.
"Aku gapapa kok Run, hanya ke kamar kakakku untuk mengambil pakaiannya di lemari." Elia menepuk pundak Runi lalu berjalan menuju kamar kakaknya yang berada tepat di samping kamarnya.
Untungnya ukuran tubuh Rigel dan almarhum Kakak Elia hampir sama sehingga bajunya akan muat jika di pakai oleh Rigel. Meskipun Elia masih marah dengan Rigel, statusnya masih sah sebagai istri Rigel. Jadi, Ia masih memiliki kewajiban untuk melayaninya.
Saat Rigel masih membersihkan tubuhnya, tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. Ketika pintu terbuka, memperlihatkan Elia yang sudah membawa handuk dan juga pakaian untuk Rigel.
"Ada apa, El?"
"Aku hanya mau memberikan handuk dan pakaian saja. Hanya ada baju kakak, jadi Abang pakai itu saja," pungkas Elia seraya memberikan handuk dan pakaian itu.
Rigel tersenyum. "Makasih ya, El," ucapnya dengan mengambik handuk dan pakaian itu.
"Em," jawab Elia datar. Kemudian berlalu pergi meninggalkan kamar mandi.
Rigel merasa bahagia sekali, melihat Elia yang masih perhatian dengannya di saat Elia sendiri sedang sakit.
Apa Kamu sudah memaafkanku, El? Batinya yang masih menatap kepergian Elia.
Setelah itu, Rigel kembali menutup pintu kamar mandi dan melanjutkan membersihkan tubuhnya yang masih bau muntahan.
Tak lama kemudian, Rigel sudah keluar dari kmar mandi dengan menggunakan pakaian Yoga Kakak Elia. Ketika Rigel ingin menemui Elia kembali, langkahnya terhenti saat melihat pria muda yang berkelahi dengannya beberapa hari lalu juga sudah ada di sini.
Rigel mengerutkan dahinya, lalu berjalan menghampiri pria itu.
"Kenapa Kamu ada di sini?" tanya Rigel saat sudah berdiri di deoan sofa tempat pria muda itu duduk.
Simon terkejut saat melihat Rigel ada di rumah Elia juga karena sebelumnya dia tak ada di sini. Begitu pun dengan Elia, Jingga, dan Runi yang ikut menatap ke arah rigel.
" Seharusnya Saya yang tanya, kenapa Kamu bisa ada di sini?" kata Simon yang sudah bangun dari duduknya.
Rigel memicingkan mata ketika mendengar Simon yang tidak menjawab pertanyaannya alih-alih bertanya balik.
"Aku datang ke sini, tentu saja untuk melihat kondisi istriku," pungkas Rigel yang memberikan penekanan pada kata istriku.
Simon melipat kedua tangganya di depan dada dan tersenyum miring. " Oh ... ternyata anda masih peduli juga dengan mb Elia, terus gimana dengan istri mudamu? Apakah sudah kamu jenguk?"
Rigel mengepalkan kedua tangannganya, emosinya mulai memuncak saat mendengar lelaki di depannya ini seakan mengejek bahwa dirinya tak peduli dengan Elia.
" Stop! "pekik Elia ketika melihat mereka yang hampir bertengkar kembali." Tolong jangan bertengkar di rumah ini!" jelasnya.
Rigel dan Simon mulai menstabilkan emosinya ketika mendengar teriakan Elia.
" Eh, Rigel! Lebih baik Lo pergi saja deh, daripada di sini malah nambah masalah!" usir Jingga.
Rigel menatap ke arah Jingga yang berani mengusirnya, bukan pria muda yang ada di depannya.
"Apa hakmu mengusirku dari sini, toh inikan Rumah mendiang mertuaku dan sekarang istriku juga sedang sakit. Jadi, aku akan tetap di sini untuk merawatnya."
Jingga mengerutkan keningnya ketika mendengar jawaban Rigel, ingin sekali dia memukul wajah itu lagi, tapi Elia segera menghentikannya.
" Atas dasar apa Kamu measih mengakui Elia sebagai istrimu, ha? "tanya Jingga.
Rigel tersenyum." Atas dasar Elia yang memang masih istri sahku. Selama ini aku tidak pernah mengeluarkan kata talak untuk Elia karena Aku tak pernah mau bercerai. Kalaupun__"
"Tapi Elia sudah menggugat cerai ke pengadilan," sela Jingga.
Elia memang sudah mengirimkan gugatan perceraian ke pengadilan, dan sekarang masih berada dalam proses persetujuan. Dalam hukum negara pada UU Perkawinan Pasal 39 Ayat 2, disebutkan bahwa perceraian boleh diajukan oleh istri kepada suami atau sebaliknya dengan berlandaskan pada 6 alasan, yaitu:
Pasangan terbukti berbuat zina, atau memiliki kebiasaan mabuk-mabukan, berjudi, mengonsumsi narkoba, atau tindakan lain yang dianggap sulit untuk disembuhkan.
Pasangan pergi selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin dengan tanpa disertai alasan atau penyebab lain yang diluar kehendaknya.
Pasangan terbukti melakukan kejahatan dan memperoleh hukuman penjara 5 tahun atau lebih.
Pasangan melakukan tindakan penganiayaan berat atau kejam yang membahayakan nyawa.
Pasangan memperoleh cacat tubuh atau penyakit yang membuat dirinya tidak bisa menjalankan kewajiban.
Terjadi perselisihan antara suami dengan istri yang sulit untuk diselesaikan sehingga keduanya tak bisa hidup rukun dalam rumah tangga.
Dan gugatan Elia berlandaskan alasan yang pertama sehingga gugatannya di terima. Namun, masa iddah percerainnya jauh lebih panjang dari seorang wanita yang tidak hamil, yakni sampai Elia melahirkan.
Rigel terkejut saat mendengar ucapan Jingga yang mengatakan bahwa Elia telah melakukan gugatan perceraian di pengadilan.
"Apa itu benar, El?" tanya Rigel untuk memastikan kembali bahwa apa yang Ia dengar itu benar.
"Iya, Aku memang sudah mengajukan gugatan cerai. Dan ketika suratnya turun, Aku akan segera mengirimkannya ke kamu," jelas Elia.
Simon yang tak tahu tentang masalah ini juga merasa terkejut. Entah kenapa ada perasaan senang dalam hatinya ketika mendengar bahwa Elia telah menggugat cerai suaminya.
Tubuh Rigel melemas, hatinya sangat sakit bagaikan tertusuk ribuan jarum, dadanya sesak seakan oksigen dalam tubuhnya habis. Ia tak habis pikir kalau pernikahanya dengan Elia benar-benar berakhir.
Mata Rigel meerah, genangan air mata telah tumpah, pikirannya kacau balau sampai Ia tak tahu harus berbuat apa-apa lagi. Tanpa berkata apapun, Rigel segera pergi dari rumah Elia.
Entah kenapa Elia masih merasa sakit dan bersalah ketika melihat raut wajah Rigel seperti sedang terpukul.
"El, Kamu kenapa?" panggil Jingga saat melihat Elia terdiam dan terus memandang kepergian Rigel.
"Aku gapapa kok, hanya ingin istirahat saja. Kalau begitu aku masuk ke kamar dulu, ya." Elia pergi berjalan memasuki kamarnya.
"Elia kenapa, ya? Apa dia masih mencintai Rigel?" tanya Runi.
"Mungkin masih ada sedikit, karena tak semudah itu melupakan orang yang sudah di cintai selama bertahun-tahun, pungkas Jingga.
Elia memang belum bisa melupakan Rigel sepenuhnya, tetapi Elia masih memakai logikanya. Ia tak mau terus tersakiti dengan membagi cinta suaminya. Ia hanya ingin menjadi prioritas utama, dan sangat membenci orang yang telah berkhianat. Menurut Elia, sekali berkhianat seterusnya akan seperti itu. Makanya Elia sudah tak mau kembali lagi dengan Rigel, Ia tak mau hidup dalam lingkungan yang nantinya akan mempengaruhi sifat anaknya.
Jadi, mbak Elia masih belum bisa move on dari suaminya? Sepertinya akan sulit untuk mendapatkan hatimu, mbak! Batin Simon.
...****************...
Apa yang Author tulis sudah melalui pencarian yah, tapi kalau menurut kalian masih tidak benar yasudah tidak usah di ambil. Toh pendapat orang itu berbeda-beda, bahkan para ulama saja banyak berbeda pendapat. Jadi yakini saja apa yang kalian percaya.
Tolong bijak dalam berkomentar, tetap hargai karya seseorang karena menulis itu tak semudah membaca. Jadi, buang buruknya ambil baiknya, oke👌☺️
Jangan lupa like, komen, vote dan hadiahnya juga ya...
kesempatanmu gak akan datang lagi rigel
Thor sama dengan cerita ' lainya
lagu lama
setiap dalam kasus cerai harus ada laki " lain
biar nanti masuk surga nya barengan
aku dukung Thor