NovelToon NovelToon
Must Get Married

Must Get Married

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:83.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ani.hendra

Johanna Kate seorang gadis cerdas yang kehilangan ibunya pada usia muda. Johanna sama sekali tidak mengetahui keberadaan ayahnya dan mengharuskannya tinggal bersama bibinya dan Nara. Selama tinggal bersama bibinya, Johanna kerap mendapatkan perlakuan tidak baik.
Setelah lulus SMA, Johanna dijual kepada lelaki hidung belang dan memaksanya harus menikah. Siapakah lelaki yang rela membeli Hanna dengan bayaran sangat tinggi. Apakah kehidupan Hanna berubah setelah itu?

ikutin terus yuk....
Novel ke sebelas ☺️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ani.hendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MENUNGGU HANNA

💌 MUST GET MARRIED 💌

🍀 HAPPY READING 🍀

.

.

Hanna mengepalkan tangannya begitu kuat. Ia tidak ingin dijual. Masih panjang perjalanan hidupnya dan dia sudah berjanji akan menemui Levi di taman tengah kota. Hanna tidak ingin mengecewakan Levi. Dia ingin tahu apa yang akan di sampaikan Levi kepadanya. Hanna ingin mengambil ancang-ancang untuk bangun dari duduknya. Namun dengan cepat Renata seperti tahu pergerakannya dan mencengkram tangan Hanna dengan kuat. Sementara Nara langsung mengambil selimut lalu menutup tubuh Hanna dengan cepat agar tidak lari.

Hanna berontak. "Bibi, aku mohon jangan lakukan ini." Ucapnya berusaha melepaskan diri. Ia mengaduh dan minta tolong.

"Diam, atau hari ini kau akan mati di tanganku." desis Renata memeluk tubuh Hanna dengan kuat sampai Hanna tidak bisa melakukan perlawanan.

"Lepaskan aku, biarkan aku pergi bi, aku mohon!" Ia terus berusaha terlepas dari pelukan Renata.

"Hidup di dunia ini tidak gratis Hanna. Selama kau tinggal di rumah ini, kau harus membayarnya." kata Renata sambil mendorong tubuh Hanna.

Ia membawa Hanna ke gudang belakang. Tubuh Hanna di dorong hingga masuk ke dalam, sampai membuatnya terjatuh. Selimut itu terlepas dari tubuhnya. Dua orang lelaki sudah berada di sana. Ia dengan cepat merubah posisinya menjadi duduk, lalu mendorong tubuhnya ke belakang sampai terhenti ke dinding. Napas Hanna berembus cepat, tangannya gemetar. Jantungnya ikut berdebar kencang. Ia sangat takut. Hanna menangis dan menggeleng menatap Renata dan Nara dengan sendu. Berharap kedua wanita itu berubah pikiran.

"Kau lihat ini? Mereka inilah yang akan membawamu pergi jauh dari sini. Sebelum kau dibawa, aku harus membuatmu tutup mulut. Karena mereka tidak mau ada keributan."

Hanna menggeleng dan terus menangis, ia menatap ke Nara. "Nara, aku mohon bujuk bibi. Aku harus bertemu Levi di taman tengah kota. Aku tidak ingin dia menungguku."

Dahi Nara berkerut. Ia melangkah mendekat ke arah Hanna. "Kau ingin bertemu Levi?"

Hanna langsung mengangguk cepat. Berharap kebaikan berpihak kepadanya. Ia tidak menyangka bibi Renata bertindak sejauh ini. Sungguh ini mimpi buruk baginya.

Nara tersenyum mengejek. "Maafkan aku Hanna, itu tidak akan terjadi."

"Apa?" Hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya. Hanna ketakutan saat dua orang pria itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Napas Hanna langsung berembus cepat lalu mendesah terbata-bata. Ia mengeluarkan napasnya dengan cepat dan tidak beraturan dari mulut. Dahi pelipisnya mulai berkeringat. Hanna memeluk ke dua kakinya karena begitu ketakutan.

"Ini adalah akhir dari segalanya Hanna. Kau harus tinggal bersama keluarga barumu. Jika dia menjadikanmu menjadi istri ke sekian. Kau harus menerimanya. Karena kau sudah dibayar dengan harga tinggi." ucap Renata tersenyum jahat.

Lagi-lagi Hanna bisa menggelengkan kepalanya. Sementara Nara sudah keluar dari gudang itu.

"Sekarang lakukan." Kata Renata meninggalkan gudang itu.

"Tidak..tidak, jangan...." Hanna berusaha berontak saat tangannya di pegang kuat.

"Bibi.....aku mohon jangan lakukan ini, bibiiiiiiiiiiiiiiiiiii....." Raungan Hanna terdengar memilukan.

"Tidakkkkkkkkk...." Hanna berteriak histeris saat jarum suntik di arahkan ke punggungnya.

"Aaahhhhhh....." Mereka berhasil menyuntikkan sesuatu ke tubuh Hanna.

"Jangan teriak anak bodoh, ini hanyalah suntikan biasa agar kau tidak bisa lari." kata pria itu sedikit kesal karena Hanna terus bergerak. Mereka masih menunggu reaksi bius itu.

Hanna hanya diam, tubuhnya diletakkan tak berdaya di lantai. Saat ini ia merasa sangat lemas, dan ketika mencoba berdiri, Hanna tidak bisa. Ia berusaha menggerakkan ke dua kakinya. Hanna tidak pernah merasa selemah ini. Jika ia kabur itu hanya berujung sia-sia. Ia hanya bisa menangis. Bahunya bergetar karena menahan tangisannya. Kali ini Hanna benar-benar lemah dan putus asa. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Jika mengandalkan kekuatan, Hanna tidak bisa melawan dua pria itu. Semua harapan dan cita-cita harus kandas karena perbuatan bibinya.

Sisa pembayaran sudah diberikan kepada Renata. Mereka membopong tubuh Hanna keluar dari rumah itu.

"Lepaskan aku!" teriak Hanna di sana. Ia berharap warga disekitarnya mendengar.

"Jangan sampai aku berteriak. Sekarang lepaskan aku." Hanna memukul punggung lelaki itu berulang kali. Namun pria itu tak menggubrisnya.

"Tooo.."

Sebelum itu terjadi, pria satunya dengan cepat mengeluarkan sapu tangan yang sudah ditaruh obat bius. Untuk menghentikan Hanna agar tidak berteriak dan macam-macam.

"Hhhmmpppp.."

Pria itu dengan cepat membekap mulut Hanna dengan posisi masih digendong dengan ala back carry atau gendong punggung. Seketika Hanna tak mengeluarkan suara lagi. Mereka langsung memasukkan tubuh Hanna yang pingsan. Lalu dengan cepat mobil itu pun meninggalkan rumah Renata.

🔹🔹🔹🔹🔹

SEMENTARA DI KEDIAMAN GEORGE.

Levi bersiul-siul dengan semangat sambil berlari kecil saat menaiki anak tangga di kediaman George. Perasaannya begitu bahagia. Ia tidak menduga Hanna bersedia menerima ajakannya. Jam 7 malam adalah waktu yang sangat ditunggu-tunggunya.

Levi selesai melakukan ritual membersihkan tubuhnya. Lagi-lagi Levi tersenyum sendiri. Aduh baru hal seperti ini, rasanya sudah sebahagia itu. Ia keluar dengan telanjang dada sambil menggunakan handuk. Wajahnya sudah terlihat segar. Tetesan air di ujung-ujung rambutnya masih terjatuh. Otot-ototnya yang bidang terlihat menonjol dan sedikit basah. Sepertinya air nakal dari rambutnya belum ingin lepas dan mengalir dari pelipis hingga ke dada. Levi menatap dirinya di cermin. Ia memiringkan kepalanya, seakan menikmati tubuh indahnya. Levi sangat menjaganya dengan baik. Ia rutin melakukan olahraga di setiap kesempatan yang ada.

Nama Hanna Kate selalu menari-nari dalam benaknya, terbersit pikiran nakal di kepala Levi. Bagaimana jika Hanna menerima cintanya, sungguh ia tidak bisa membayangkan akan sebahagia apa dirinya nanti. Levi mempersiapkan diri. Ia mengunakan kemeja dengan motif kotak-kotak yang logo buaya berwarna biru. Levi memadukannya dengan celana jeans berwarna netral merek Earnest Sewn. Warnanya begitu pas dipadu padankan dengan warna kulitnya. Rambutnya ia sisir rapi menyamping memperlihatkan dahi. Ia juga menggunakan sepatu kets Swarovski FilaFX2. Sepatu dengan warna putih dan bergaris merah dan biru membuat penampilan Levi begitu menawan dengan wajah yang terlihat segar. Ia tersenyum singkat lalu berkata.

"Mari kita bertemu Hanna." ucapnya dengan semangat.

Levi pun tiba di taman tengah kota. Levi tersenyum lagi dan duduk di kursi yang ada di taman itu. Pemandangan di sana begitu menyejukkan mata. Levi kembali melihat jam tangannya. Sepuluh menit telah berlalu. Tapi Hanna belum juga datang. Levi menarik napasnya. Ia terus melihat ke arah jalanan yang dilaluinya tadi, berharap Hanna sudah datang dan berjalan ke arahnya.

Levi terus menyakinkan dirinya bahwa Hanna pasti datang. Levi ingin mengungkapkan perasaannya. Ia tidak mau menunggu lagi. Levi baru mengetahui bahwa Hanna hanya menganggap Albert sebagai sahabat saja.

Tiga puluh menit telah berlalu. Tapi Hanna tidak juga datang.

"Apakah dia lupa?"

"Tidak....tidak.... Hanna tidak mungkin lupa." Kata Levi meyakinkan dirinya.

Levi benar-benar tidak bisa berpikir dengan baik. Jam terus berputar. Levi tertunduk lesu. Bersikap tenang walau hatinya sudah sangat kacau. Ia menatap jam di pergelangan tangannya, jam sudah menunjukkan pukul 21.00 wib. Pupus sudah harapan Levi, Hanna tidak akan datang. Malam ini, Levi berharap akan ada kebahagiaan. Namun dirasanya tidak mungkin. Ia menarik napas dalam-dalam. Memejamkan matanya sesaat, lalu berucap.

"Tuhan jika aku harus bersabar dan bertahan, apakah akan ada akhir yang indah untukku? jika memang iya, hatiku akan selalu menunggunya dan ini akan menjadi penantian terindah untukku."

BERSAMBUNG

^_^

Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini novel ke sebelas aku 😍

Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.

^_^

1
🎄Claudya🎄
up
up
up
up
🎄Claudya🎄
keren thor aku suka bangett jalan ceritanya
Magdalena💨
semangat thor
Magdalena💨
yeeee akhirnya pindah juga
🌠Yona Yona🌠
Semangat Hanna, jangan kawatir tentang Levi😀😀😀
Cheryl Emery
Semangat Hanna, kau pasti bisa.....
Cheryl Emery
kasihan Hanna , pikirannya selalu tertuju ke Levi😃
✨Margareth💫
kau pasti bisa menaklukkan levi
✨Margareth💫
semangat Hanna
Magdalena💨
semangat thor cantik
good bless you
Magdalena💨
author terbaik dah
Magdalena💨
aku suka
Magdalena💨
keren thor
🎄Claudya🎄
semangat
🎄Claudya🎄
keren thor
🎄Claudya🎄
mantap thor semangat ya thor
🎄Claudya🎄
kira kira Hanna bisa gak ya dikasih waktu selama tiga bulan
Mona Seila ☑️
lanjut
Mona Seila ☑️
tambah seru Thor 🥰😂
✨Margareth💫
Terima kasih Author cantik 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!