Lin Zhiyuan, adalah pemuda lemah yang tertindas. Ia menyelam ke kedalaman Abyss, jurang raksasa yang tercipta dari tabrakan dunia manusia dan Dewa, hanya untuk mendapatkan kekuatan yang melampaui takdir. Setelah berjuang selama 100.000 tahun lamanya di dalam Abyss, ia akhirnya keluar. Namun, ternyata hanya 10 tahun terlalui di dunia manusia. Dan saat ia kembali, ia menemukan keluarganya telah dihancurkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23 Pelarian Yexuan
Gadis itu terpaku. Jantungnya berdetak cepat. Marah—tapi juga takut. Ia ingin menepis tangan itu, namun tubuhnya seperti kehilangan tenaga.
Akhirnya, dengan sisa harga diri yang dimilikinya, ia berbisik lirih, tapi tegas:
“Namaku… Yexuan.”
Zhiyuan menurunkan tangannya perlahan, bibirnya melengkung samar.
“Baik, Yexuan,” katanya tanpa nada menggoda, hanya ketenangan yang mengancam. “Sekarang giliranmu menjawab—mengapa Pasukan Iblis Malam ingin membunuhmu?”
Yexuan menunduk. Bayangan masa lalu melintas cepat di matanya—api, darah, dan teriakan.
Yexuan terdiam cukup lama, pandangannya tajam menusuk tanah di bawah kakinya sebelum akhirnya ia berkata pelan,
“Karena aku tahu sesuatu yang seharusnya tidak pernah kuketahui.”
Sorot mata Zhiyuan yang sebelumnya datar kini menajam sedikit, seperti binatang buas yang mencium bau darah.
“Oh?” ujarnya ringan. “Rahasia, katamu? Rahasia apa yang bisa membuat Pasukan Iblis Malam memburu seseorang sampai mati?”
Yexuan menatap balik tanpa gentar, pupil matanya memantulkan wajah pria itu. Lalu, dengan nada datar namun tegas, ia menjawab: “Aku tidak akan mengatakannya."
Zhiyuan mengangkat satu alis, dan sebelum ia sempat bicara, Yexuan menambahkan dingin, “Bahkan jika kau menyiksaku, aku tetap tidak akan mengatakannya.”
Hening.
Untuk sesaat, hanya suara angin yang berhembus melewati cabang-cabang pohon besar itu.
Lalu tiba-tiba, Zhiyuan tertawa.
Tawa rendah yang perlahan berubah menjadi keras, bergema di dataran tinggi itu seperti gema petir yang menyambar langit cerah.
“Hahaha! Menarik sekali,” katanya akhirnya, suaranya mengandung nada puas. “Kau gadis yang menarik, Yexuan.”
Jinzu yang sedari tadi berdiri di samping mereka hanya menghela napas berat sambil menepuk keningnya.
“Dua orang keras kepala dipertemukan, hasilnya selalu begini,” gumamnya setengah bosan.
Yexuan mendengus pelan, lalu menatap Zhiyuan dengan sorot mata serius.
“Kau sudah menyelamatkan nyawaku. Aku berterima kasih untuk itu. Tapi… bolehkah aku pergi sekarang?” ucapnya dengan nada tulus tapi tetap hati-hati.
Tiba-tiba suasana berubah.
Zhiyuan menatapnya tanpa ekspresi. Keheningan yang ia ciptakan lebih menekan dari ancaman mana pun.
“Tidak.”
Satu kata itu jatuh seperti batu di dada Yexuan. Ia membeku sejenak, lalu bertanya dingin,
“Kenapa?”
Zhiyuan memutar tubuhnya sedikit, kembali menatap pohon besar yang kini berdaun emas.
“Aku menggunakan sesuatu yang sangat berharga untuk menyelamatkan hidupmu,” katanya perlahan. “Sesuatu yang tak bisa kau tebus bahkan dengan segunung emas.”
Yexuan menegang. Suara itu begitu tenang, tapi terasa seperti rantai yang melilit pergelangan kakinya.
Ia menatap pria itu dengan curiga. “Kalau begitu… bagaimana caraku menebusnya?”
Zhiyuan menoleh, menatap langsung ke matanya.
“Dengan menyerahkan hidupmu yang telah kuselamatkan. Untuk selamanya...” ucapnya datar.
Yexuan tersentak.
“Kau bercanda? Itu sama saja dengan menjadi budak!”
Zhiyuan tidak marah. Justru senyum tipis muncul di bibirnya.
“Menjadi budak tidak lebih buruk daripada kehilangan nyawa, bukan?”
Kata-katanya menusuk seperti pisau dingin.
Yexuan ingin membalas, ingin berteriak, tapi suara itu seolah tertahan di tenggorokannya. Ia mengepalkan tangan, menatapnya dengan marah namun tak bisa berkata apa-apa.
Zhiyuan menatapnya datar. “Kau boleh melarikan diri kapan pun kau mau,” katanya tenang. “Kalau kau percaya diri bisa lepas dariku…”
Yexuan menggertakkan gigi, menatapnya tajam, lalu berbalik cepat. “Aku akan pergi,” katanya pendek.
Langkahnya meninggalkan debu di tanah, rambut hitamnya berkibar tertiup angin. Di matanya sekarang, pria itu bukan lagi penyelamat—tapi penjaga penjara yang tak terlihat.
Zhiyuan hanya menatap punggungnya menjauh, ekspresinya sulit dibaca.
Beberapa saat kemudian, Jinzu yang sejak tadi diam akhirnya membuka suara.
“Apakah ada alasan khusus untuk Anda menahannya?”
Zhiyuan tidak langsung menjawab. Ia masih menatap arah gadis itu pergi.
Lalu perlahan, ia berkata pelan, “Jinzu… kau melihat kain di pakaian yang dikenakan gadis itu?”
Jinzu mengerutkan kening. “Kain? Tidak. Hanya tampak biasa bagiku.”
Zhiyuan menghela napas ringan. “Tentu saja kau tidak tahu. Itu sutra api langit—kain kelas atas yang hanya dimiliki oleh para bangsawan, atau… anggota kerajaan.”
Jinzu membulatkan mata, lalu wajahnya perlahan berubah serius.
“Jangan bilang…”
Zhiyuan menatapnya sekilas dan mengangguk.
“Ya. Sepertinya gadis itu menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang kita duga.”
Angin kembali berhembus, menggoyangkan ranting-ranting pohon emas itu.
....
Malam menuruni kota Linzhang dengan tenang. Langit bertabur bintang seperti hamparan mutiara, angin berhembus lembut membawa aroma tanah dan abu dari sisa bangunan yang dulu hancur.
Lampu-lampu minyak menyala di beberapa sudut, menandakan bahwa orang-orang telah tidur setelah seharian bekerja keras membangun kembali peradaban mereka.
Di tenda khusus para wanita, suasana juga tenang. Tapi tak lama kemudian, tirai tenda itu tiba-tiba bergerak perlahan.
Seseorang menyingkapnya hati-hati.
sret…
Bayangan ramping Yexuan muncul. Matanya menatap sekeliling dengan waspada, napasnya ditahan. Setelah yakin tidak ada yang bangun, ia melangkah keluar dengan langkah selembut kucing.
“Semuanya sudah tidur… Kesempatan bagus....” gumamnya pelan sambil menahan senyum.
Ia bergerak cepat, menyelinap di antara tenda-tenda. Di luar, beberapa pekerja pria tertidur di atas tikar jerami, mendengkur keras sambil memeluk cangkul dan sekop mereka masing-masing seperti anak kecil.
Salah satunya mendengkur dengan nada tinggi—nggghhh—ghrrrrtkk—brrr!—membuat Yexuan hampir tersentak.
“Shh…” Ia menempel di tiang bambu, menahan napas.
Ketika hendak melangkah lagi—
KRAK!
Ia menginjak ranting kering.
Tubuhnya membeku.
Dua penjaga yang tertidur dalam posisi duduk tak jauh dari situ bergumam dalam tidur mereka.
“Huh? Siapa…”
“Tutup mulutmu, aku lagi mimpi makan daging…”
Mereka terdiam lagi, mendengkur lebih keras.
Yexuan menelan ludah. “Hampir saja…” bisiknya pelan.
Ia lanjut melangkah, menunduk melewati pagar bambu. Tapi di tengah kegelapan, kakinya tak sengaja menginjak kepala botak seorang penjaga yang tertidur di tanah.
“Mmmpf!” Yexuan menutup mulutnya dengan cepat agar tidak berteriak.
Penjaga itu menggaruk kepala, lalu kembali mendengkur.
Yexuan memicingkan mata, berbisik geram, “Kau tidur di tengah jalan, dasar bola kristal raksasa…”
Dengan hati-hati, ia melangkah menjauh—sampai akhirnya berhasil keluar dari wilayah kota.
Begitu jarak cukup jauh, ia berlari sekuat tenaga.
“Aku harus lari!” gumamnya cepat. “Orang itu sudah gila! Ingin aku jadi budaknya? Mati saja kau! Bajing—”
TRAP!
Belum sempat ia menyelesaikan kata-katanya, kaki kirinya terjerat tali yang tersembunyi di rerumputan. Dalam sekejap tubuhnya terangkat tinggi hingga menggantung terbalik di udara.
mlh kalo baru awal2..kek semua tokoh tu mukanya smaaaaaaa..🤣🤣