PLEASE FOLLOW DEAMERIAWAN UNTUK MENDAPATKAN NOTIFIKASI UPDATE NOVEL TERBARU
Suara itu sangat tidak asing di telingaku ... Apakah dia Ghavi yang kukenal ? Ghavi yang pernah mengisi hatiku selama 5 tahun dengan penuh cinta dan mamanya yang telah menghancurkan nya dengan cara yang tidak bermoral. Sudah susah aku bersembunyi darinya sejak 3 tahun lalu tapi kenapa harus bertemu dengannya disini ? batinku ingin berteriak antara yakin dan tidak bahwa laki-laki yang disebutkan oleh Amara sebagai tunangannya adalah Ghavi yang pernah mengisi hatiku beberapa tahun yang lalu saat kami berdua bersekolah di Paris.
Apakah Catelyn akan goyah dengan kehadiran Ghavi ?
Apakah Catelyn bersedia membuatkan gaun pernikahan untuk Amara dan Ghavi ?
Dan bagaimana perasaan Catelyn dan Ghavi atas pertemuan yang tidak terduga ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deameriawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LIBURAN
Catelyn menghampiri mereka dan memeluk Ghavi dengan penuh rasa rindu yang mendalam.
Ghavi yang sudah kangen dengan istrinya yang cantik, langsung mencium bibir Catelyn dan mengatakan "Aku juga kangen banget sama kamu, Sayang," bisik Ghavi, di telinga Catelyn.
"Ayo, kita masuk. Daddy pasti capek" ajak Catelyn kepada suaminya Ghavi dan putranya Gavin. Mereka bertiga kemudian masuk ke dalam rumah. Catelyn sudah menyiapkan makan malam spesial untuk menyambut kepulangan Ghavi. "Wah, Mommy masak banyak sekali" kata Gavin, dengan mata berbinar. "Iya, ini semua masakan kesukaan Daddy" jawab Catelyn, tersenyum.
Setelah makan malam, Catelyn berencana mengajak Ghavi dan Gavin untuk berlibur ke Lombok. Ia ingin mengajak mereka menginap di salah satu hotel kecil miliknya di sana. "Sayang, hari Jumat besok aku pengen ajak kamu dan Gavin ke Lombok. Kita nginep di hotelku yang kecil itu yang di Gili Trawangan" kata Catelyn. "Wah, ide bagus tuh, Sayang. Aku juga udah lama nggak ke Gili Trawangan" jawab Ghavi, antusias. "Gavin ikut ya Mommy !" seru Gavin, dengan semangat. "Oke, lusa kita berangkat ya" kata Catelyn, tersenyum.
Akhirnya hari yang ditunggu tiba, mereka bertiga berangkat ke menuju Gili Trawangan. Mereka naik fast boat dari Bali dan tiba di Gili Trawangan sekitar dua jam kemudian. Catelyn membawa keluarga kecilnya ke hotel kecil miliknya. Hotel itu terletak di tepi pantai dengan pemandangan yang sangat indah. "Wah, hotel nya bagus Mommy" kata Gavin, kagum. "Iya, Sayang. Mommy pengen bikin hotel ini jadi lebih bagus lagi" jawab Catelyn. "Makanya, Mommy ajak Daddy ke sini. Mommy pengen minta pendapat Daddy".
Ghavi tersenyum dan merangkul Catelyn. "Aku pasti bantu kamu, Sayang" kata Ghavi. Setelah beristirahat sejenak di kamar, Ghavi dan Gavin langsung menuju kolam renang yang ada di area hotel. Gavin sangat bersemangat untuk berenang, sementara Ghavi ingin bersantai sambil mengawasi putranya. Catelyn sendiri memilih untuk duduk di restoran hotel, sambil bekerja dengan iPad-nya. Ia ingin menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor sebelum benar-benar menikmati liburan.
Saat Catelyn sedang fokus dengan pekerjaannya, seorang pria berpenampilan parlente menghampirinya. Pria itu terlihat seperti turis asing yang sedang mencari perhatian. "Sendirian saja, Nona Manis ?" sapa pria itu, dengan nada menggoda. Catelyn hanya melirik sekilas dan kembali fokus pada iPad-nya. Ia berharap pria itu akan pergi dengan sendirinya. Namun, pria itu justru semakin mendekat dan duduk di kursi kosong di depan Catelyn. "Boleh saya temani ? Saya lihat kamu seperti sedang butuh teman" kata pria itu, sambil tersenyum licik.
Catelyn mulai merasa tidak nyaman. Ia mencoba untuk bersikap sopan dan menolak pria itu secara halus. "Maaf, saya sedang bekerja. Saya tidak ingin diganggu" kata Catelyn, dengan nada tegas. Pria itu tidak menyerah. Ia justru semakin berani dan mencoba untuk menyentuh tangan Catelyn. "Ayolah, jangan terlalu serius. Kita bisa bersenang-senang di sini" kata pria itu, dengan nada merayu.
Saat pria itu semakin mendekat, tiba-tiba Ghavi datang menghampiri mereka. Ghavi melihat pria itu mencoba untuk menggoda istrinya dan langsung naik pitam. Tanpa basa-basi, Ghavi langsung menarik pria itu dari kursinya dan melayangkan pukulan keras ke wajahnya. "Kurang ajar kamu ! Berani-beraninya kamu mengganggu istri saya !" bentak Ghavi, dengan nada marah.
Pria itu terhuyung ke belakang dan memegangi wajahnya yang berdarah. Ia terlihat kaget dan ketakutan. Gavin yang melihat Daddy nya berkelahi langsung berlari menghampiri Mommy nya dan memeluknya erat. Ia takut Mommy nya terluka.
"Mommy !" seru Gavin, dengan nada khawatir dan mata berkaca-kaca.
Catelyn segera menenangkan Gavin dan memeluknya erat. "Sayang, Daddy cuma membela Mommy. Nggak apa-apa, ya ?" kata Catelyn, lembut. Ghavi masih terlihat sangat marah, namun ia berusaha untuk menahan emosinya demi Gavin. Ia menunjuk pria itu dengan jari telunjuknya. "Pergi kamu dari sini ! Jangan pernah muncul lagi di hadapan saya dan istri saya !" ancam Ghavi, dengan nada menggelegar. Pria itu, dengan wajah babak belur dan ketakutan, segera bangkit dan berlari meninggalkan restoran. Beberapa tamu hotel yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa terdiam dan menatap Ghavi dengan tatapan kagum dan ngeri.
Setelah memastikan pria itu benar-benar pergi, Ghavi menghampiri Catelyn dan Gavin. Ia berjongkok dan memeluk Gavin erat. "Maafin Daddy ya, Sayang. Daddy nggak bermaksud bikin kamu takut" kata Ghavi, menyesal. "Nggak apa-apa, Daddy. Gavin sayang Daddy" jawab Gavin, sambil memeluk Ghavi erat. Ghavi kemudian menatap Catelyn dengan tatapan penuh cinta dan bersalah. "Sayang, maafin aku ya. Aku nggak bisa nahan emosi tadi" kata Ghavi, dengan nada menyesal.
Catelyn tersenyum dan mengusap pipi Ghavi. "Aku tahu kamu cuma membela aku, Sayang. Aku nggak marah kok. Aku justru bangga punya suami seperti kamu" kata Catelyn, tulus. Ghavi memeluk Catelyn erat dan mencium keningnya. "Aku sayang banget sama kamu, Sayang" bisik Ghavi, di telinga Catelyn.
Setelah suasana mereda, Catelyn mengajak Ghavi dan Gavin untuk kembali ke kamar. Ia ingin memastikan mereka berdua baik-baik saja. "Ayo, kita istirahat dulu di kamar. Nanti sore kita jalan-jalan di pantai ya" ajak Catelyn. Ghavi dan Gavin mengangguk setuju. Mereka bertiga kemudian berjalan bergandengan tangan menuju kamar. Sesampainya di kamar, Catelyn menyuruh Gavin untuk beristirahat dan tidur siang. Sementara itu, ia dan Ghavi duduk di balkon kamar, menikmati pemandangan laut yang indah. "Sayang, aku jadi kepikiran tentang kejadian tadi" kata Catelyn, memecah keheningan. "Aku juga, Sayang. Aku nggak nyangka ada orang yang berani kurang ajar sama kamu" jawab Ghavi, dengan nada kesal. "Aku nggak masalah kok, Sayang. Aku cuma khawatir sama kamu. Kamu kan jadi emosi dan berkelahi" kata Catelyn, khawatir. "Aku nggak bisa tahan diri, Sayang. Aku nggak mau ada orang yang menyakiti kamu" jawab Ghavi, menggenggam tangan Catelyn erat. "Aku tahu, Sayang. Tapi, lain kali kamu harus lebih hati-hati ya. Jangan sampai kamu yang terluka" kata Catelyn, lembut. "Iya, Sayang. Aku janji" jawab Ghavi, tersenyum.
"Oh iya, Sayang. Aku mau cerita sesuatu sama kamu" kata Catelyn, tiba-tiba. "Cerita apa, Sayang ?" tanya Ghavi, penasaran. "Aku punya ide untuk mengembangkan hotel ini" jawab Catelyn, dengan nada bersemangat. "Wah, itu ide bagus tuh. Aku dukung banget" kata Ghavi, antusias. "Aku pengen bikin hotel ini jadi lebih homie buat tamu dan modern. Aku juga pengen nambah fasilitas seperti spa, gym, dan restoran yang lebih besar" kata Catelyn, menjelaskan idenya. "Itu ide yang sangat bagus, Sayang. Aku yakin hotel ini akan semakin sukses" kata Ghavi, memuji ide Catelyn. "Tapi, aku butuh bantuan kamu, Sayang. Aku butuh masukan dan dukungan kamu. Terutama minta dibuatkan design bangunan untuk pengembangan nya" kata Catelyn, menatap Ghavi dengan tatapan penuh harap. Karena ia tahu bahwa suami tercintanya adalah seorang arsitek yang handal. Jadi ia melibatkan sentuhan gambar suaminya untuk pembangunan hotel ini.
***