NovelToon NovelToon
Godaan Kakak Ipar

Godaan Kakak Ipar

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Pembantu
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Bunda SB

Bagi Luna, Senja hanyalah adik tiri yang pantas disakiti.
Tapi di mata Samudra, Senja adalah cahaya yang tak bisa ia abaikan.
Lalu, siapa yang akan memenangkan hati sang suami? istri sahnya, atau adik tiri yang seharusnya ia benci.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda SB, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 - Pelukan di bawah bulan

Makan malam berlangsung dalam keheningan yang mencekam. Luna turun dari kamar dengan mata sembab dan wajah yang masih menunjukkan bekas kekecewaan. Dia duduk di ujung meja dengan postur kaku, tidak menyentuh makanan yang sudah disiapkan Senja dengan penuh perhatian. Samudra duduk di posisi biasanya, makan dengan tenang meski nafsu makannya hampir tidak ada. Sementara Senja, dia hanya duduk di pojok ruang makan sambil menunggu jika ada yang membutuhkan sesuatu.

Tidak ada percakapan. Tidak ada tatapan. Hanya suara sendok dan garpu yang sesekali bersentuhan dengan piring, menciptakan simfoni yang sangat tidak harmonis untuk sebuah keluarga.

Setelah selesai, Samudra bangkit dari kursi tanpa sepatah kata pun. Dia berjalan menuju pintu belakang yang mengarah ke taman, meninggalkan Luna yang menatap punggungnya dengan mata penuh kebencian dan Senja yang menatapnya dengan mata penuh kekhawatiran.

Taman belakang rumah keluarga Samudra sangat luas dan tertata indah. Pohon-pohon rindang berdiri di sepanjang pagar, bunga-bunga berwarna-warni tertata rapi di berbagai sudut, dan di tengah-tengah taman berdiri sebuah gazebo kayu berwarna putih yang dikelilingi tanaman merambat dengan bunga melati yang harum.

Dia duduk di bangku kayu gazebo sambil menatap langit malam. Bintang-bintang bertaburan seperti berlian yang ditebarkan di hamparan beludru hitam. Angin malam berhembus sejuk, membawa aroma melati yang menenangkan. Tapi semua keindahan itu tidak bisa mengusir kegelisahan di hatinya.

Pikiran Samudra berkecamuk, tentang Luna yang semakin desperate, tentang teman-teman kuliahnya yang sudah bahagia dengan anak-anak mereka, tentang pernikahan yang sudah mati sejak lama, dan tentang Senja.

"Kenapa hidup harus sesulit ini?" bisiknya pada keheningan malam.

Suara langkah kaki yang pelan membuat Samudra menoleh. Di bawah cahaya lampu taman yang redup, dia melihat siluet Senja yang berjalan menghampiri dengan membawa nampan. Gadis itu mengenakan dress rumah berwarna krem yang sederhana, rambutnya terurai menutupi bahu, dan di tangannya terdapat nampan berisi cangkir teh yang mengepulkan uap hangat.

"Mas," panggil Senja dengan suara yang lembut ketika sudah dekat dengan gazebo. "Aku bawain teh hangat. Malam ini dingin."

Samudra menatap Senja dengan tatapan yang sulit dijelaskan, campuran antara rasa syukur, kerinduan, dan sesuatu yang lebih dalam. Gadis itu selalu tahu apa yang dia butuhkan, bahkan tanpa diminta.

"Terima kasih," katanya sambil tersenyum tipis. "Duduk sini."

Senja meletakkan nampan di meja kecil di tengah gazebo, kemudian duduk di bangku yang berseberangan dengan Samudra sambil menjaga jarak yang sopan. Tapi Samudra tidak membiarkannya duduk di sana.

"Sini," katanya sambil menepuk pahanya sendiri. "Duduk di sini."

Wajah Senja langsung memerah. "Mas, nanti kalau ada yang lihat..."

"Tidak ada yang lihat," potong Samudra dengan lembut. "Luna sudah naik ke kamar. Bi Ipah sudah tidur. Kita berdua saja di sini."

Senja ragu-ragu, tapi akhirnya bangkit dan berjalan mendekat. Dengan canggung, dia duduk di atas pangkuan Samudra, posisi yang membuat jantungnya berdebar sangat kencang.

Samudra langsung memeluk pinggang Senja dari belakang, menariknya lebih dekat hingga punggung gadis itu menempel pada dadanya. Dia membenamkan wajahnya di ceruk leher Senja, menghirup aroma vanilla yang selalu menenangkan hatinya.

"Mas..." bisik Senja dengan suara bergetar.

"Sssttt," bisik Samudra di telinga Senja. "Biarkan aku memelukmu sebentar saja. Aku butuh ini."

Senja merasakan tubuhnya meleleh dalam pelukan hangat Samudra. Tangannya yang tadinya kaku perlahan terangkat dan menyentuh tangan Samudra yang melingkar di pinggangnya.

Mereka terdiam cukup lama dalam posisi itu, menikmati kehangatan satu sama lain di bawah cahaya bulan yang lembut. Suara jangkrik yang bersahutan berpadu dengan gemericik air mancur kecil di sudut taman, menciptakan latar musik yang sempurna untuk momen intim mereka.

"Senja," panggil Samudra akhirnya, suaranya terdengar lelah dan penuh beban.

"Ya, Mas?"

"Maafkan aku," bisiknya dengan suara yang bergetar. "Beberapa hari ini aku seperti menjauhi kamu. Aku tahu kamu pasti bingung."

Senja menggeleng meski Samudra tidak bisa melihatnya. "Aku mengerti, Mas. Aku tahu posisi kita... rumit."

"Bukan karena itu," kata Samudra sambil mempererat pelukannya. "Aku menjauhi kamu karena aku takut. Takut kehilangan kontrol. Takut semakin jatuh cinta padamu."

Kata-kata itu membuat jantung Senja berdebar semakin kencang. Dia memutar tubuhnya sedikit agar bisa melihat wajah Samudra.

"Kenapa harus takut, Mas?" tanyanya dengan mata yang berkaca-kaca.

Samudra tersenyum pahit. "Karena setiap kali aku melihat kamu, aku ingin memeluk kamu. Setiap kali aku mendengar suara kamu, aku ingin terus bersamamu. Dan itu... itu membuatku merasa bersalah."

"Bersalah kenapa?"

"Karena aku masih terikat dengan Luna," jawab Samudra sambil mengusap pipi Senja dengan lembut. "Karena mencintai kamu berarti aku mengkhianati ikatan pernikahan. Karena aku tidak bisa memberikan kamu status yang layak."

Senja memegang tangan Samudra yang sedang mengusap pipinya. "Mas, aku tidak butuh status. Yang aku butuh adalah kebahagiaan Mas."

"Tapi aku tidak bahagia, Senja," bisik Samudra dengan mata yang mulai berair. "Aku sangat tidak bahagia. Pernikahanku dengan Luna sudah mati sejak lama. Kami hanya tinggal di rumah yang sama tapi tidak ada cinta di sana."

Senja merasakan dadanya sesak mendengar pengakuan itu. Tangannya terangkat dan mengusap wajah Samudra dengan lembut.

"Tadi siang," lanjut Samudra sambil menatap mata Senja, "aku ketemu teman-teman kuliah lama. Mereka semua sudah punya anak. Bayinya lucu-lucu, menggemaskan. Dan aku... aku merasa sangat iri."

Air mata mulai mengalir di pipi Samudra. Untuk pertama kalinya di depan Senja, pria itu menangis dengan tulus dan tanpa malu.

"Aku ingin punya anak, Senja," bisiknya dengan suara yang bergetar hebat. "Aku ingin merasakan bagaimana jadi seorang ayah. Aku ingin pulang kerja dan disambut oleh senyuman anak sendiri. Tapi Luna... Luna tidak mau. Dia lebih memilih kebebasannya daripada membangun keluarga bersamaku."

Senja memeluk Samudra dengan erat, membiarkan pria itu menangis di bahunya. Hatinya hancur melihat Samudra yang biasanya kuat dan tegar kini rapuh dan terluka.

"Mas akan jadi ayah yang hebat," bisik Senja sambil mengelus punggung Samudra. "Aku yakin itu."

"Tapi kapan?" tanya Samudra dengan putus asa. "Kapan aku bisa merasakan itu kalau istri sendiri tidak mau memberiku anak?"

Senja tidak tahu harus menjawab apa. Dia hanya bisa memeluk Samudra lebih erat, memberikan kehangatan yang bisa diberikannya.

Setelah beberapa menit, Samudra melepaskan pelukan dan menatap wajah Senja dengan mata yang masih berkaca-kaca. Tangannya mengcup wajah gadis itu dengan kedua telapak tangannya.

"Senja," bisiknya dengan penuh kesungguhan, "aku butuh kamu."

"Aku juga butuh Mas," jawab Senja dengan jujur.

"Bukan cuma butuh," lanjut Samudra sambil mendekatkan wajahnya. "Aku tidak bisa hidup tanpa kamu. Keberadaan kamu di rumah ini adalah satu-satunya alasan aku masih sanggup pulang setiap hari."

"Mas..."

"Please," pinta Samudra dengan suara yang sangat lemah, sangat berbeda dari sosok CEO yang biasa memimpin dengan tegas. "Tetap di sampingku. Jangan pernah meninggalkan aku. Aku tidak sanggup kehilangan kamu."

Senja merasakan air mata mengalir di pipinya. Permintaan Samudra terdengar sangat putus asa, sangat membutuhkan, sangat tulus.

"Aku tidak akan kemana-mana, Mas," bisiknya sambil menangis. "Aku akan selalu ada buat Mas."

"Janji?" tanya Samudra sambil mengangkat kelingkingnya, gesture yang sangat childish untuk seorang CEO sukses.

Senja tersenyum di antara air matanya. Dia mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Samudra.

"Janji," jawabnya dengan penuh keyakinan.

Samudra menarik Senja ke dalam pelukannya lagi, kali ini lebih erat dan lebih hangat. Mereka berpelukan dalam keheningan, membiarkan waktu berjalan tanpa mereka sadari.

Samudra tidak bisa menahan lagi. Dia menarik wajah Senja dan menciumnya dengan penuh perasaan. Ciuman yang lembut, penuh cinta, sangat berbeda dengan ciuman paksa dari Luna beberapa jam yang lalu.

Senja membalas ciuman itu dengan canggung tapi tulus. Tangannya melingkar di leher Samudra, menariknya lebih dekat seolah takut kehilangan.

Ketika mereka terpisah, keduanya terengah-engah dengan wajah yang memerah. Dahi mereka masih saling menempel, mata terpejam, menikmati momen yang mereka tahu akan mengubah hidup mereka selamanya.

"Terima kasih," bisik Samudra di bibir Senja. "Terima kasih sudah mencintaiku."

"Terima kasih juga sudah mencintaiku, Mas," balas Senja dengan senyum yang sangat tulus.

1
Ariany Sudjana
kapan yah samudra bisa tahu Luna selingkuh? supaya status Luna dan samudra juga jadi jelas, dan samudra bisa tahu apa penyebab Luna ga mau punya anak selama ini. tapi tolong jangan ada Luna menyiksa senja lagi, ga tega dan jangan ada Luna menjebak samudra pakai obat perangsang, supaya cerita ga muter-muter
Ariany Sudjana
bagus samudra, harus tegas sama Luna, karena semua hanya modus. aduh, kapan yah samudra tahu yang sebenarnya, kalau Luna selingkuh sama Arjuna? supaya jelas, dan samudra harus melindungi senja juga, supaya tidak jadi sasaran kelicikan Luna dan Arjuna
Ariany Sudjana
semoga samudra lekas tahu bahwa Luna selama ini selingkuh dari samudra, dan selama ini hanya ingin harta samudra saja. dan setelah samudra tahu yang sebenarnya, jangan sampai senja yang jadi sasaran Luna, kasihan senja dan samudra, ga tega lihatnya selalu jadi sasaran kemarahan Luna , yang sudah ga waras
Ariany Sudjana
eh Luna udah gila yah, yang buat samudra jadi ilfil kan Luna juga, selama ini ga mau melayani samudra, bahkan suami sakit, Luna milih jalan-jalan ke Bali, sama selingkuhannya. yang urus samudra sampai sembuh ya senja sendiri. jadi jangan salahkan senja dong. ini samudra belum tahu istrinya selingkuh, kebayang kalau tahu, seperti apa reaksinya samudra
Ariany Sudjana
bagus samudra, jangan mau masuk dalam jebakan Luna, dia tidak mencintaimu, hanya ingin harta saja, dan sekarang dia butuh 500 JT itu. dan di hati Luna hanya ada Arjuna , pasangan selingkuhnya
Ariany Sudjana
Luna juga kan selingkuh, jadi maling jangan teriak maling dong
Ariany Sudjana
saya sih ga salahkan senja atau samudra yah, kalau Luna bisa menghormati samudra selaku suami, mungkin ga akan terjadi. tapi Luna juga malah selingkuh, belum tahu saja Luna, kalau dia juga hanya dimanfaatkan saja sama selingkuhannya
Ariany Sudjana
di rumah ada cctv kan? coba samudra lihat kelakuan Luna terhadap senja, kalau Luna pas di rumah
Ariany Sudjana
semoga saja Dewi bisa menemukan dengan siapa Luna di restoran itu, dasar Luna bodoh, belum sadar hanya dimanfaatkan sama Arjuna
Bunda SB: namanya juga cinta kak🤭
total 1 replies
Ariany Sudjana
samudra harusnya jujur sama mama kandungnya, jangan takut nanti irang tuanya akan membenci Luna. kan memang selama ini Luna yang ga mau punya anak? kalau memang nanti orang tuanya samudra jadi benci sama Luna, ya itu urusan Luna
Ariany Sudjana
semoga samudra bisa melindungi senja, karena Luna begitu jahat dan licik, dan kalau Luna tahu apa yang terjadi selama dia di Bali, pasti senja akan disiksa habis sama Luna
Ariany Sudjana
saya sih ga menyalahkan kalau sampai samudra dekat sama senja. lha punya istri, tapi istri ga pernah memperhatikan dan mengurus suami, apalagi pas suami lagi sakit. Luna malah sibuk dengan selingkuhannya.
Ariany Sudjana
apa Luna punya selingkuhan? sehingga begitu dingin sama samudra, suaminya sendiri.
Ariany Sudjana
di rumah ga ada cctv? sampai samudra begitu percaya sama Luna
Ariany Sudjana
samudra jangan percaya begitu saja sama Luna, senja sampai pingsan karena ulah Luna, si nenek lampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!