NovelToon NovelToon
Selenophile

Selenophile

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Time Travel / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Healing / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:919
Nilai: 5
Nama Author:

Rasanya sangat menyakitkan, menjadi saksi dari insiden tragis yang mencabut nyawa dari orang terkasih. Menyaksikan dengan mata sendiri, bagaimana api itu melahap sosok yang begitu ia cintai. Hingga membuatnya terjebak dalam trauma selama bertahun-tahun. Trauma itu kemudian memunculkan alter ego yang memiliki sifat berkebalikan. Kirana, gadis yang mencoba melawan traumanya, dan Chandra—bukan hanya alter ego biasa—dia adalah jiwa dari dimensi lain yang terjebak di tubuh Kirana karena insiden berdarah yang terjadi di dunia aslinya. Mereka saling Dalam satu raga, mereka saling menguatkan. Hingga takdir membawa mereka pada kebenaran sejati—alasan di balik kondisi mereka saat ini. Takdir itu memang telah lama mengincar mereka

Ikatan Takdir

Anin menggali kembali pengalaman pahit yang terjadi di malam nahas itu. "Beberapa saat sebelum mobil yang kita kendarai terbalik dan meledak, Bunda melihat sebuah cahaya yang tiba-tiba muncul. Cahaya itu membawamu, dan tubuhmu terpental keluar dari mobil." Suara Anin terdengar bergetar, mengingat detik-detik sebelum nyawanya melayang dalam kecelakaan beberapa tahun lalu. Seakan semuanya baru saja terjadi kemarin.

Kirana mendengarkan dengan air mata yang siap tumpah. Potongan-potongan gelap dalam ingatannya mulai muncul ke permukaan, memperlihatkan kembali peristiwa malam tragis itu. Yang paling membuatnya terkejut adalah bahwa sejak dulu, Chandra sudah menjadi penyelamatnya.

"Jadi, apakah selama ini Bunda melihat keadaanku yang menyedihkan?" tanya Kirana, suaranya berubah sendu. Keputusasaannya selama ini ternyata disaksikan oleh sang bunda dari jauh.

Anin membelai kepala putrinya dengan lembut, lalu berkata dengan suara penuh kasih sayang, "Tidak apa-apa, Kirana. Yang lalu biarlah berlalu. Bunda percaya kamu sekarang telah menjadi gadis yang tangguh dan membanggakan." Anin tidak ingin putrinya merasa bersalah atas takdir yang telah menimpa mereka.

Kirana mengangguk pelan sambil menghapus air matanya seperti anak kecil. Setelah sekian lama tenggelam dalam kesedihan, dia akhirnya bisa merasakan kembali hangatnya sentuhan seorang ibu yang telah lama dia rindukan.

"Lalu, bagaimana dengan keadaan Chandra sekarang? Apakah aku bisa menemukannya? Aku juga mendengar tentang seorang putri yang hilang saat aku tiba di dunia ini, namanya juga Chandra," tanya Kirana lagi. Dia masih mencoba menyusun kepingan-kepingan puzzle yang berkaitan dengan dirinya dan juga Chandra. Seakan mereka memang memiliki keterikatan satu sama lain. Tapi, Kirana masih belum menemukan titik terangnya.

"Kamu pasti akan bertemu dengannya, karena kalian terikat dalam benang takdir yang sama."

Kirana mengernyit. Dia tidak tahu apa maksudnya, tetapi firasatnya sudah berpikir jauh bahwa Chandra yang selama ini menemaninya adalah Chandra yang sama dengan yang ada di dunia ini. Entah bagaimana jiwa Chandra bisa terseret ke dunia modern, Kirana harus mencari tahu jawabannya.

"Jadi, benar. Chandra yang selama ini menemaniku adalah Chandra yang sama dengan Chandra yang ada di dunia ini?"

"Anggap saja seperti itu. Kamu harus membantunya, Kirana. Saat ini, Chandra sangat membutuhkan bantuanmu. Setelah bertemu dengannya, kamu bisa menemukan jalanmu untuk pulang." Anin menggenggam tangan Kirana erat-erat, memberikan kekuatan untuk yang terakhir kalinya.

Suasana kala itu terasa begitu emosional hingga Kirana bisa merasakan tangan bundanya yang bergetar saat menggenggam tangannya. Mata Anin berkilauan oleh air mata yang tertahan, seolah siap tumpah kapan saja. Anin menarik napas dalam-dalam, berusaha mempertahankan ketenangannya. Jika dia menangis, dia tidak akan mampu menyampaikan kata-kata terakhir untuk putrinya.

"Maaf, Sayang. Karena Bunda tidak bisa menemanimu tumbuh dan menghadapi dunia ini bersama-sama. Namun, Bunda selalu bangga padamu. Kamu anak Bunda yang tangguh dan kuat. Sudah waktunya untuk Bunda pergi. Bunda selalu bersamamu, Nak. Kekuatan terbesar ada dalam diri kita sendiri. Percayalah pada dirimu, dan kamu akan menemukan jalan. Bunda akan selalu mendukungmu apa pun keputusan yang kamu ambil," ucapnya sambil menyentuh wajah Kirana dengan lembut.

Kirana membalas sentuhan Anin dengan pasrah. Dia berharap waktu bisa berhenti saat itu juga, supaya bisa bersama bundanya lebih lama. Detik-detik berharga ini, Kirana tidak akan pernah mendapatkannya lagi, namun waktu perpisahan sudah semakin dekat.

"Aku akan menjalani hidup dengan baik, Bunda. Terima kasih telah datang menemuiku dan membebaskanku dari kesedihan."

Kirana merasakan air matanya mengalir di pipi, tapi dia tidak menyeka mereka. Dia membiarkan perasaan itu mengalir, meresap ke dalam hatinya. Sekarang dia sudah tidak apa-apa. Dia tidak akan tenggelam dalam kesedihan dan keputusasaan yang sama. Kekuatan dan cinta yang mengalir dari ibunya, memberi semangat baru bagi jiwanya yang telah lama gersang. "Bunda ... aku akan selalu ingat kata-kata Bunda. Aku akan kuat dan berani, karena aku tahu Bunda selalu ada di dalam hatiku."

Sosok Anin perlahan memudar, seiring dengan kata-kata terakhir yang Kirana lontarkan. Kirana merasakan kehangatan yang mendalam, sebuah kekuatan baru yang membara dalam dirinya. Dia memandang ke arah di mana Anin menghilang sepenuhnya. Meskipun begitu, hatinya telah dipenuhi dengan tekad yang tak mudah tergoyahkan. Kirana tahu, cinta dan dukungan seorang ibu akan selalu menjadi sumber kekuatan yang membimbingnya melewati setiap tantangan yang akan datang.

Setelah kepergian Anin, Kirana merasakan kesunyian, namun kali ini, dia tidak merasa terpuruk seperti sebelumnya. Ini semua berkat Anin, dia bisa lepas dari belenggu kesedihan dan keputusasaan selama bertahun-tahun lamanya. Perasaan damai meresap ke dalam hati Kirana, seolah semua beban yang selama ini menekan telah terangkat.

"Sepertinya hadiah dariku cukup berguna. Keadaanmu terlihat jauh lebih baik," ucap seseorang yang muncul entah dari mana.

Kirana segera menoleh dan melihat seorang perempuan dengan rambut perak berkilauan. Dia mengenakan jubah putih dengan tudung yang menutupi sebagian rambutnya. Mata peraknya tersenyum, mengikuti garis bibirnya yang melengkung ramah saat menyapa Kirana. Ini adalah pertama kalinya Kirana bertemu dengan seorang gadis yang begitu cantik dan menawan.

"Kamu siapa?" tanya Kirana, tak mengenali sama sekali siapa gadis yang berdiri di hadapannya saat ini. Dia sebenarnya agak sedikit syok, karena kemunculan wanita itu yang terlalu tiba-tiba.

"Belum saatnya kamu tahu. Aku akan memberitahumu kelak. Saat ini, kamu harus menyelamatkan jiwa seseorang yang sedang terperangkap terlebih dahulu. Dia sedang membutuhkan bantuanmu. Seseorang yang selalu bersamamu."

"Apa maksudmu? Apa mungkin, Chandra?" Firasat Kirana kembali tertuju pada satu nama.

"Kamu memang pintar, Kirana. Ikutlah denganku. Aku akan menunjukkan jalannya padamu, tetapi hanya kamu yang bisa menyelamatkannya."

Meskipun ragu, Kirana berusaha mempercayai wanita itu dan juga intuisinya. Dia mengikuti perempuan asing itu, yang tidak diketahui siapa dia sebenarnya. Perempuan misterius itu membawa Kirana menuju ke suatu tempat yang sangat gelap, jauh lebih gelap dari situasi yang dihadapi sebelumnya. Suasana sekitar terasa dingin dan suram, seolah-olah cahaya dan harapan terhisap oleh kegelapan yang pekat. Membuat bulu kuduk meremang seketika.

Setelah beberapa saat menyusuri jalan yang gelap, mereka tiba di sebuah ruang yang sangat luas, seolah tak memiliki ujung sama sekali. Di tengah ruangan tersebut, Kirana melihat seorang wanita terbaring lemah. Tanpa sadar, kakinya melangkah mendekati wanita itu. Saat jarak mereka tinggal beberapa senti, Kirana terkejut mengetahui bahwa gadis yang terikat itu adalah Chandra.

Kirana merasakan gelombang kekhawatiran dan kepedihan menghantam hatinya. Chandra, yang selama ini dikenal kuat dan tak tergoyahkan, kini tampak begitu rapuh dan tak berdaya. Mata Chandra yang biasanya bersinar cerah kini tampak redup, memancarkan rasa takut dan keputusasaan. Kirana merasakan dorongan kuat untuk segera membebaskannya dan memastikan Chandra aman.

"Chandra!" panggil Kirana yang langsung mendekat ke sisi Chandra.

Dia terlihat benar-benar panik terlebih saat melihat keadaan Chandra yang sangat menyedihkan. Ada sebuah belenggu yang mengikat tangan dan kaki Chandra. Entah siapa yang melakukannya. Kirana tidak bisa membiarkan Chandra dalam keadaan yang menyiksa ini terlalu lama.

Saat Kirana menoleh untuk meminta bantuan pada perempuan yang membawanya kemari, dia sudah menghilang, tak tahu ke mana rimbanya. Kirana panik. Namun, dia berusaha untuk tetap berpikir jernih. Menyelamatkan Chandra saat ini jauh lebih penting dari apa pun.

"Chandra, bertahanlah. Aku akan membantumu!"

Saat Kirana berusaha melepaskan ikatan itu, Chandra merespons. Dia membuka matanya perlahan, sedikit demi sedikit. Mata cokelat yang dulu begitu tangguh, sekarang seperti kehilangan cahaya dan kekuatannya. Wajah yang tidak pernah merasa takut, kini terlihat pucat dan seolah tak memiliki aura kehidupan. Ini adalah pertama kalinya Kirana melihat sosok Chandra yang sangat menyedihkan.

"Ki-ana," panggil Chandra dengan suara parau. Entah berapa lama dia terkurung di tempat ini, sampai semua energinya habis dan dia terlihat begitu lemah. Jauh berbeda dengan sosok Chandra yang dia kenal selama ini. Mata Kirana berkaca-kaca, hatinya tersayat melihat kondisi Chandra yang begitu memilukan.

Kirana terpekur sambil memegang rantai yang mengikat tubuh Chandra.

Dia bingung, bagaimana caranya membuka rantai ini?

Di mana kuncinya?

Kirana mengedarkan pandangan ke segala tempat, hanya kegelapan yang ada. Napasnya mulai memburu, karena perasaan panik yang nyaris muncul ke permukaan. Kirana berusaha untuk tetap tenang, dia harus bisa berpikir jernih. Bagaimanapun caranya, dia harus bisa membebaskan Chandra dari belenggu yang menyiksa ini.

Tiba-tiba dia teringat dengan perkataan ibunya: "Kekuatan terbesar ada dalam diri kita sendiri. Percayalah pada dirimu, dan kamu akan menemukan jalan." Mengingat kata-kata itu, Kirana menutup matanya sejenak, mencoba mengumpulkan kekuatan dari dalam dirinya. Dia menarik napas dalam-dalam, membiarkan rasa percaya diri dan keyakinan meresap ke seluruh tubuhnya.

Keteguhan hati dan semangat ingin menyelamatkan Chandra memberinya kekuatan baru. Meski tangannya bergetar karena cemas, dan keringat dingin mengucur di dahinya. Kirana tidak menyerah.

Perlahan, dia merasakan sesuatu yang hangat keluar dari dalam dirinya. Sebuah keyakinan yang kuat mulai tumbuh, mengalir melalui seluruh tubuh. Ketika membuka mata, Kirana melihat telapak tangannya memancarkan cahaya yang terang  benderang. Dia hampir tidak sempat berpikir tentang apa yang sedang terjadi, karena cahaya itu langsung menjalar ke rantai yang membelenggu Chandra.

Rantai itu bergetar hebat sebelum akhirnya retak dan hancur menjadi serpihan-serpihan kecil yang menghilang di udara. Chandra mengerang pelan saat ikatan di tangannya terlepas. Kirana spontan merangkulnya sebelum tubuh Chandra ambruk.

"Chandra, kita harus pergi dari sini," bisiknya dengan suara penuh kekhawatiran. Chandra tidak merespon sama sekali, karena tubuhnya benar-benar tidak berdaya. Kirana tidak punya banyak waktu bahkan untuk sekadar terkejut dengan keajaiban yang baru saja terjadi. Dia hanya tahu satu hal: dia harus melindungi Chandra.

Dengan susah payah, Kirana membantu Chandra berdiri. Langkah mereka tertatih-tatih, Kirana menahan beban tubuh Chandra yang lemah. Mereka berdua bergerak perlahan, mencoba keluar dari tempat yang gelap itu.

Kirana terus memeriksa sekeliling mereka, mencari tanda-tanda bahaya atau jalan keluar. Napasnya mulai tersengal-sengal, namun dia tidak mau menyerah.

"Sebentar lagi, Chandra. Kita pasti bisa keluar dari sini," katanya mencoba menyemangati.

Setelah melalui lorong-lorong gelap yang seakan tak berujung, mereka melihat cahaya di kejauhan. Cahaya itu seperti harapan yang membara di hati Kirana.

"Chandra, lihat! Kita hampir sampai!" beritahunya dengan penuh semangat sambil terus merayap menuju cahaya itu berada.

Mereka berdua berhasil keluar dari ruangan gelap tak berujung itu, dan masuk ke dalam sebuah dimensi yang tidak terdefinisikan oleh cahaya atau bayangan.

Tempat itu terang benderang, namun tidak ada sumber cahaya yang jelas. Langit dan tanahnya seakan menyatu dalam warna putih yang tak terbatas. Udara di sekitarnya juga terasa sejuk, namun tidak memberikan sensasi dingin atau panas, hanya kenyamanan yang menenangkan. Berbanding terbalik dengan ruangan yang menjerat jiwa Chandra, suram dan terasa lembab.

Kirana merangkul Chandra yang masih lemah, dan mereka berdua berdiri di tengah hamparan ruang tanpa batas itu. Segalanya terasa tenang, seperti dunia ini terbebas dari segala bentuk kesakitan dan penderitaan.

Bersambung

Selasa, 07 Oktober 2025

1
Zeepree 1994
bagus ceritanya makin bikin penasaran, semangat ka author semoga rame yang mampir baca
Ismi Muthmainnah: Aamiin. Terima kasihhh💐
total 1 replies
Zeepree 1994
assalamualaikum ka othor semoga sukses ya ceritanya, aku izin baca ya Thor
Ismi Muthmainnah: Wa’alaikumussalaam. Terima kasih sudah tertarik buat baca dan kasih like juga😇 Aamiin, semoga ceritanya menghibur yaa🌹
total 1 replies
MARQUES
lanjutkan terus thor nulis novelnya kalau bisa bikin novel romansa fantasi aja terus tapi bikin nagih dan MC cewenya ga gampang luluh sama cowo🙏😄
Ismi Muthmainnah: Iya nih kak😂😭😭 Makasih banget yaa udah kasih masukan. Lumayan juga menurutku fantasi bangun wordbuldingnya
total 3 replies
Ismi Muthmainnah
Ini cerita pertama aku setelah hiatus lama. Selamat menikmati bagi yang suka cerita fantasi transmigrasi, tapi halal🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!