NovelToon NovelToon
Pemburu Para Dewa

Pemburu Para Dewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sistem / Kelahiran kembali menjadi kuat / Akademi Sihir / Harem / Elf
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ex_yu

Mati sebelum kematian, itulah yang dirasakan oleh Jeno Urias, pria usia 43 tahun yang sudah lelah dengan hidupnya. keinginannya hanya satu, mati secara normal dan menyatu dengan semesta.

Namun, Sang Pencipta tidak menghendakinya, jiwa Jeno Urias ditarik, dipindahkan ke dunia lain, Dunia Atherion, dunia yang hanya mengenal kekuatan sihir dan pedang. Dunia kekacauan yang menjadi ladang arogansi para dewa.

Kehadiran Jeno Urias untuk meledakkan kepala para dewa cahaya dan kegelapan. Namun, apakah Jeno Urias sebagai manusia biasa mampu melakukannya? Menentang kekuasaan dan kekuatan para dewa adalah hal yang MUSTAHIL bagi manusia seperti Jeno.

Tapi, Sang Pencipta menghendaki Jeno sebagai sosok legenda di masa depan. Ia mendapatkan berkah sistem yang tidak dimiliki oleh siapa pun.

Perjalanan panjang Jeno pun dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ex_yu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26. Skorax Wyvern Alpha.

Bab 26. Skorax Wyvern Alpha.

Hembusan angin dari Pegunungan Pemangku Dunia membawa bisikan kematian, aroma belerang yang membakar tenggorokan, abu yang mencekik, dan sesuatu yang lebih gelap: keputusasaan yang mengkristal dalam udara.

Gunung Sesat menjulang seperti tombak raksasa yang menusuk langit, puncaknya terselubung awan hitam pekat yang berputar-putar, seolah dunia sendiri menolak menyaksikan apa yang bersarang di balik kabut itu.

Luna, sang Lupharion, mendarat dengan gemuruh di tebing curam. Sayap peraknya yang bercahaya redup perlahan melipat, mata birunya berkilau ketika memindai lembah di bawah dengan kewaspadaan. Jeno Urias melompat turun, jubah hitamnya berkibar dalam angin yang menusuk tulang, diikuti oleh lima anggota Tim Serigala Pemburu yang wajahnya pucat bagaikan mayat. Mereka serempak langsung berjongkok agar tidak terlihat oleh kawanan Wyvern.

"Astaga..." Doru, si penyihir muda, hampir menjatuhkan tongkatnya saat melihat ke bawah. Suaranya bergetar. "Berapa banyak mereka?"

Lembah Lethe terbentang seperti luka terbuka di dasarnya. Ratusan bayangan gelap bergerak di antara bebatuan dan gua-gua yang menganga seperti mulut monster. Wyvern, binatang sebesar rumah itu, bukan belasan atau puluhan, tapi ada ratusan ekor, bergerak dalam pola yang terlalu terorganisir, tidak seperti biasanya.

Rinka menggenggam gagang pedangnya hingga buku-bukunya memutih. "Ini... ini bukan kawanan normal." Matanya menangkap kilatan merah dari kejauhan, kristal-kristal yang bersinar mengerikan di dada setiap Wyvern. "Ada yang salah di sini."

Toma, si pelacak, menelan ludah. "Kak Jeno, mungkin kita harus—"

"Diam." Jeno mengangkat tangan, suaranya tenang seperti permukaan danau sebelum badai.

Tubuh Luna mengecil menjadi seukuran serigala dan berdiri di sampingnya, bulu peraknya berdiri, menunjukkan bahwa bahkan makhluk primordial sepertinya merasakan sesuatu yang tidak beres.

Doru mengarahkan tongkatnya, mata terpejam dalam konsentrasi. "Energi magi di sini... Ya Tuhan." Matanya terbuka, iris coklatnya melebar ngeri. "Seolah ada sesuatu yang mengendalikan setiap gerakan--"

"Mereka mahkluk buatan." Suara datar Rinka memotong. Status sistemnya menunjukkan angka-angka yang membuatnya bergidik. "Sihir level dua. Hanya makhluk dengan arsitektur Mana yang kompleks yang mampu memanipulasi kekuatan fundamental alam."

Keheningan mencekam turun seperti selimut kematian.

"Hanya iblis yang bisa menciptakan makhluk itu," bisik Ren, kata-kata itu keluar dengan kebencian.

Mereka semua mengerti sekarang. Ini bukan sekadar sarang Wyvern, mereka adalah mahkluk yang sengaja diciptakan. Gunung Sesat adalah tempat kelahiran ras buatan, eksperimen magis yang bisa mengubah keseimbangan dunia.

Tapi Jeno... justru tersenyum. Seringai tipis yang membuat darah Tim Serigala Pemburu membeku.

"Kalian takut?" Suaranya lirih, hampir lembut, tapi di balik ketenangan itu tersembunyi sesuatu yang gelap. "Bagus. Ketakutan akan membuat kalian tetap hidup." Ia menoleh, mata berkilat dengan cahaya yang bukan sepenuhnya manusiawi. "Duduk dan saksikan bagaimana aku berlatih."

Pedangnya keluar dari sarung dengan dentingan yang menggemakan lembah. Dan kemudian Jeno melompat ke tebing. Ia bergerak terlalu cepat untuk mata manusia biasa. Garis cahaya putih meluncur seperti meteor terbalik, menukik ke dalam lembah dengan kecepatan yang membelah udara.

"LEVEL TIGA—AKTIF!"

Suara Jeno menggelegar dari dasar lembah, dan seketika udara berubah. Gelombang energi magi meledak seperti supernova, membuat tanah berguncang, bebatuan retak, dan langit sendiri bergetar. Angka-angka holografik bermunculan di udara seperti bintang yang terbakar:

HP: 250,000

MP: 250,000

KEKUATAN FISIK: ∞

"Tidak mungkin..." Rinka terjatuh duduk, sistem statusnya berteriak peringatan bahaya. "Kekuatan sebesar itu... manusia apa dia—"

Luna, yang sekarang mengambang di udara dengan sayap yang mengembang lebar, tersenyum dengan kebanggaan yang menggetarkan jiwa. "Tuanku bahkan belum serius."

Di bawah tebing, tanah bergetar.

"JUDGMENT BREAKER!"

Tebasan Jeno merobek realitas. Gelombang energi murni melesat dalam busur sempurna, dan tiga Wyvern raksasa dengan bentang sayap 15 meter, tubuhnya terbelah dua sebelum sistem saraf mereka sempat mengirim sinyal rasa sakit ke otak. Darah hitam menyembur seperti air terjun.

Kawanan bangkit. Seratus pasang mata berapi menyala, ratusan ekor bersisik terangkat, dan langit berubah menjadi lautan sayap dan taring.

Tapi sebelum mereka sempat menyerang, suara lain menggelegar, suara yang membuat Tim Serigala Pemburu tersentak karena bukan hanya mereka yang berperang.

"TIM SERIGALA PEMBURU!" Luna berteriak, suaranya membawa otoritas yang membuat jiwa bergetar. "Jika kalian ingin hidup, ikuti aku! Jika tidak, lebih baik mati sebagai pengecut!"

Rinka menatap Doru, Ren, Kael, dan Toma. Dalam mata mereka semua terbakar hal yang sama: mereka tidak mau menjadi beban Jeno Urias.

"Formasi Serigala!" Rinka berteriak, menghunus pedangnya yang berkilat sihir biru. "Ren, perisai depan! Doru, dukungan! Kael, Toma sayap kiri kanan!"

Mereka meluncur menuruni lereng seperti pasukan kecil tapi berbahaya. Ren mengaktifkan skill Provokasi, perisai besinya menarik perhatian seekor Wyvern berukuran sedang yang matanya langsung berkilat merah, terpaku padanya.

CRASH!

Cakar sebesar pedang menghantam tameng Ren, kekuatan dampaknya mengirimnya mundur lima meter, tangannya bergetar kesakitan. Tapi ia bertahan.

"Cahaya suci, penjaga yang setia, berikan kekuatan pada pengikutmu!" Doru merentangkan tongkat. "PENETRASI" teriaknya ketika memberikan dukungan sihir kepada rekan-rekannya.

Lingkaran sihir hijau keemasan menyelimuti tubuh Ren, Rinka, Kael, dan Toma, energi magi mengaliri tubuh mereka sehingga meningkatkan daya tahan, lengan, dan kaki yang semakin cepat bergerak. Bahkan stamina Ren yang terkuras setengah langsung pulih.

Saat Wyvern mengangkat cakar untuk serangan berikutnya, Rinka sudah bergerak. Pedang sihirnya bersinar seperti kilat biru saat ia melompat, menargetkan kristal merah yang berdetak di dada monster itu.

CRACK!

Kristal pecah. Wyvern mengaum, tubuhnya berkontraksi sebelum roboh tak bergerak. Tapi itu hanya satu. Dan masih ada ratusan lainnya...

Sementara itu, di pusat lembah, Jeno berdiri di tengah-tengah dasar tebing. Mayat-mayat Wyvern berserakan di sekelilingnya seperti bukit daging dan darah. Pedangnya menetes hitam, seringainya melebar. Ia belum pernah merasa hidup seperti ini, sangat tertantang.

Kemudian, tebing-tebing berguncang. Suara gemuruh naik dari perut gunung, mengguncang fondasi realitas. Dari gua terbesar di pusat lembah, sesuatu bangkit yang membuat semua Wyvern lainnya tampak seperti anak kucing.

Skorax, Wyvern Alpha itu muncul seperti dewa kematian yang bangkit dari tidur. Tubuhnya sebesar kapal perang, sisiknya hitam legam berkilau seperti obsidian yang dipoles, mata perunggu tuanya memancarkan kecerdasan yang mengerikan. Dari setiap gerakan tubuhnya, gelombang gravitasi meledak, mematahkan pohon-pohon raksasa seperti ranting kering.

[WYVERN ALPHA TERIDENTIFIKASI]

[NAMA: SKORAX THE GRAVITY BENDER]

[LEVEL: 155]

[ATRIBUT: API – LOGAM – GRAVITASI]

[HP: 220,000]

[KEMAMPUAN KHUSUS: Dominasi Telepatik, Semburan Belerang Hitam, Sayap Pemutus Sihir, Manipulasi Gravitasi]

Angelina, asisten sistem, muncul sebagai hologram transparan di samping Jeno. Hanya dia yang bisa melihatnya. "Tuan Jeno, makhluk ini—"

"Aku tahu." Jeno mengelap darah dari bibirnya, mata hijau berkilat dengan antusiasme yang mengerikan. "Akhirnya... sesuatu yang menarik."

Skorax mengepakkan sayap. Gelombang kejut menghancurkan seluruh sisi lereng. Tiba-tiba, lingkaran sihir muncul di atas kepala Jeno, mahkluk itu mengeluarkan sihir Gravity sehingga membuat Jeno tidak bisa bergerak.

Skorax terbang sangat cepat ke arah Jeno, dan cakarnya yang sebesar tiang menghantam dadanya dengan kekuatan yang bisa meratakan kota.

BOOM!

Jeno terlempar puluhan meter, tubuhnya membentur tebing batu dengan kekuatan yang membuat seluruh gunung bergetar. Darah mengalir dari pelipisnya, tulang rusuknya terasa retak.

[WARNING: Tekanan Internal 179%]

[Mekanisme Pertahanan Otomatis Diaktifkan]

[AKTIFKAN MODE: VOID BALANCE - YA/TIDAK?]

Jeno menatap pesan sistem, kemudian... tertawa. Suara tawa yang bergema di lembah, dingin dan menggetarkan jiwa.

"Tidak," bisiknya, darah masih menetes dari sudut mulutnya. "Belum saatnya."

Ia berdiri, pedang berkilau dengan cahaya yang tidak dari dunia ini. "AURORA BLITZ!"

Waktu seolah-olah melambat.

Kemudian, Jeno bergerak sangat cepat, menembus ruang dan waktu, tubuhnya berubah menjadi kilat suci yang mengoyak kenyataan. Dalam sepersekian detik yang terasa abadi, ia menembus pertahanan Skorax dan mengayunkan tebasan melingkar yang sempurna.

SPLASH!

Darah hitam menyembur seperti geyser dari pundak Wyvern Alpha. Binatang itu meraung-raung.

[CRITICAL HIT – ARMOR PENETRATION SUCCESSFUL]

[DAMAGE: -24,600 HP]

Sistem Jeno mengeluarkan notifikasi. Tetapi diabaikan.

"BOCAH SIALAN!" Skorax mengaum dengan murka yang menggetarkan dimensi. Mulutnya terbuka, menyemburkan belerang hitam yang membakar udara itu sendiri.

Api neraka mengenai Jeno, tapi tidak membakar jubahnya, tidak menghanguskan kulitnya. Tapi ia terlempar kembali, menghantam tebing dengan kekuatan yang membuat batu-batu raksasa berjatuhan.

Tapi sebelum ia menyentuh tanah, Luna turun dari langit seperti komet perak.

"TIDAK ADA YANG BOLEH MENYENTUH TUANKU!"

BOOMMMM!

Lupharion menabrak Skorax dengan kekuatan tanduknya, sehingga tubuh besar lawannya menghantam tanah. Ledakan cahaya menyelubungi seluruh lembah, gelombang energi menyebar seperti tsunami magis yang membuat langit Gunung Sesat berubah warna.

[INTERVENSI MAKHLUK PRIMORDIAL: LUPHARION]

[STATUS: SKY CONTROL INITIATED]

[SEMUA WYVERN MENGALAMI FEAR EFFECT 75%]

Wyvern-wyvern lainnya mulai melarikan diri dalam kepanikan, formasi mereka hancur.

"SEKARANG, TUAN JENO!" Luna berteriak sambil bertarung dengan Skorax dalam pertarungan titan. "AKHIRI INI SEBELUM DIA MEREGENERASI!"

Jeno bangkit, darah mengalir dari seluruh tubuhnya, tapi matanya... matanya bersinar dengan cahaya yang mengerikan dan indah.

"Baik," bisiknya, suara hampir tidak terdengar namun entah bagaimana menggemakan seluruh lembah. "Saatnya mengakhiri pertunjukan ini."

Ia mengangkat pedang, dan kekuatan yang terkumpul di ujungnya membuat ruang-waktu bergetar.

"FUSION SKILL—STARDUST DESCENT!"

Langit pecah.

Dari retakan dimensi, ratusan lingkaran sihir bermunculan seperti mata dewa yang marah. Dari setiap lingkaran, tombak cahaya sebesar pohon meluncur turun seperti hujan meteor, setiap satu mampu meratakan kastil.

Skorax mengangkat kepalanya, mata perunggu tuanya melebar, bukan dengan kemarahan, tapi dengan sesuatu yang jarang dimiliki predator puncak: ketakutan.

BOOMMMMM! BOOMMMMM!

Ratusan tombak cahaya menghantam tubuh para Wyvern secara bersamaan. Setiap impact menciptakan ledakan yang menggetarkan fondasi gunung. Jeritan Skorax memecah udara, suara kesakitan yang belum pernah keluar dari tenggorokan Wyvern Alpha mana pun selama ribuan tahun.

Kristal Sihir raksasa itu mulai retak, cahaya merembes keluar dari retakan-retakan itu seperti darah liquid. Dan kemudian hancur menjadi potongan-potongan kecil yang masih bisa digunakan.

Cahaya perak dan ungu menyelubungi seluruh lembah, begitu terang hingga Tim Serigala Pemburu harus menutup mata mereka. Gelombang energi menyebar seperti tsunami yang membalikkan hukum fisika.

Ketika cahaya mereda, keheningan turun seperti selimut kematian.

Lembah Lethe telah berubah. Yang tersisa dari ratusan mayat Wyvern dan kristal-kristal merah yang berserakan. Di pusat kawah yang baru terbentuk, Skorax tergeletak dengan tubuh tak utuh. Jeno yang berdiri tenang, pedangnya masih mengepulkan asap.

Rinka dan timnya terjatuh duduk, mata mereka tidak bisa berkedip, mulut terbuka tidak bisa berkata-kata. Mereka baru saja menyaksikan kekuatan yang berada di luar pemahaman manusia mortal.

"Skorax..." Doru berbisik, suaranya bergetar. "Wyvern Alpha yang telah hidup selama seribu tahun... kalah dengan mudah?"

Jeno berbalik, wajahnya damai namun matanya masih berkilau dengan sesuatu yang gelap. Ia tersenyum, bukan seringai kemenangan, tapi kekecewaan.

"Terlalu mudah," gumamnya, mengabaikan darah yang mengalir dari luka-lukanya. "Aku berharap... aku bisa mati di mulut Skorax. Sayangnya, kekuatanku sudah terlalu besar."

Rinka menatapnya dengan campuran kagum dan ngeri. "Siapa... siapa sebenarnya kau?"

Sebelum Jeno menjawab, Angelina muncul di sampingnya dalam bentuk cahaya transparan, hanya dia yang bisa melihat asisten sistem itu.

"Bagaimana sensasinya menggunakan sihir dalam skala besar?" tanya Angelina dengan suara lembut. Tujuannya agar Jeno tidak memikirkan keinginan untuk mati dan menikmati hidup di dunia sihir dengan sesuka hati.

Jeno menatap pedangnya, kemudian langit yang masih bergemuruh dengan sisa-sisa energi magisnya.

"Memuaskan," jawabnya pelan. "Tapi masih kurang. Skorax masih terlalu lemah untuk memberikan tantangan."

Ia berjalan menuju kristal-kristal merah yang berserakan, mengabaikan tatapan penuh ketakutan dari Tim Serigala Pemburu.

[MISI SERIKAT PETUALANG: EKSEKUSI KAWANAN WYVERN - SELESAI]

[GELAR BARU DIPEROLEH: PEMBURU WYVERN]

[EFEK: KEMAMPUAN MENGENDALIKAN MANTRA TERBANG +25%, INTIMIDASI TERHADAP RAS TERBANG]

Luna mendarat di sampingnya, bentuk Lupharion kembali mengecil. "Tuanku puas?"

Jeno mengangkat sebuah kristal merah, cahayanya berdetak seperti jantung yang sekarat. "Belum," bisiknya. "Aku harap ada yang jauh lebih kuat."

Ia menatap pintu gua raksasa yang dekat dengan puncak Gunung Sesat yang masih terselubung awan hitam. Luna mengikuti pandangan matanya.

"Ada sesuatu yang lebih besar di atas sana, bukan? Sesuatu yang menciptakan Skorax dan kawanannya."

Angelina mengangguk. "Kristal-kristal ini mengandung esensi sihir gelap. Dan jika ada yang bisa menciptakan Wyvern buatan dalam skala ini..."

"Maka di puncak gunung itu, menunggu sesuatu yang jauh lebih menarik," Jeno menyelesaikan, seringai kembali muncul di wajahnya.

Tim Serigala Pemburu saling bertukar pandangan. Mereka baru saja menyaksikan pembantaian yang akan menjadi legenda.

Mereka mulai mengerti: perjalanan mereka dengan Jeno Urias baru saja dimulai, dan apa yang mereka saksikan hari ini hanyalah sekilas dari kekuatan yang sesungguhnya tidur dalam diri pria misterius itu.

Di kejauhan, puncak Gunung Sesat yang tertutup awan hitam mulai bergemuruh, seolah sesuatu di sana telah terbangun.

1
black swan
...
Kang Comen
Udh OP malah gk bisa terbang ????
Situ Sehat ??!
Kang Comen
lah mkin trun jauh kekuatan nya....
Buang Sengketa
masih pingin baca petualangan excel 😁
Stra_Rdr
kerennnn🔥🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!