NovelToon NovelToon
Devil Become Angel

Devil Become Angel

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Seiring Waktu / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi / Romansa / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: La-Rayya

Winda Happy Azhari, seorang penulis novel yang memakai nama pena Happy terjerumus masuk bertransmigrasi ke dalam novel yang dia tulis sendiri. Di sana, dia menjadi tokoh antagonis atau penjahat dalam novel nya yang ditakdirkan mati di tangan pengawal pribadinya.

Tak mampu lepas dari kehidupan barunya, Happy hanya bisa menerimanya dan memutuskan untuk mengubah takdir yang telah dia tulis dalam novelnya itu dengan harapan dia tidak akan dibunuh oleh pengawal pribadinya. Tak peduli jika hidupnya menjadi sulit atau berantakan, selama ia masih hidup, dia akan berusaha melewatinya agar bisa kembali ke dunianya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Mencintai Anda

Elizabeth bisa merasakan tatapan semua orang padanya, dan itu sama sekali tidak nyaman baginya. Malah, itu sangat memuakkan, tetapi dia tak berani menunjukkannya, tetap mempertahankan senyum manis di wajahnya sambil berjalan di samping Pangeran Lewis.

"Tetaplah di sisiku sepanjang malam." Pangeran Lewis berbisik di telinganya agar orang lain tidak mendengar.

Elizabeth meliriknya.

"Apa saya boleh tidak melakukannya?" Ucap Elizabeth.

Pangeran Lewis terkekeh.

"Biasanya kau juga menginginkannya." Balasnya.

Elizabeth memutar matanya.

"Tidak lagi, Yang Mulia Pangeran. Saya tidak mencintai Anda." Balas Elizabeth.

"Sayang sekali," gumam Pangeran Lewis sambil menyeringai.

Sepanjang pesta dansa, Elizabeth selalu berada di samping Pangeran Lewis, tersenyum dan berbicara dengan bangsawan lain bila diperlukan. Dia bisa merasakan banyak tatapan yang terasa lebih seperti pisau yang menusuk di punggungnya. Dia selalu mencoba untuk meninggalkan Pangeran Lewis, tetapi Pangeran Lewis selalu saja ingin berada didekatnya.

"Kau mau ke toilet? Aku akan tunggu di luar."

"Kau mau minuman? Ayo pergi bersama, aku juga mau minum."

"Eh? Kau mau pergi? Tapi kita sudah sepakat bahwa kau harus menemaniku di pesta ini. Jadi kamu belum bisa pergi."

Elizabeth berpikir dia baru saja kehilangan sepuluh tahun hidupnya karena pangeran itu. Namun, pada akhirnya dia tetap berada di sisi Pangeran Lewis seperti patung.

"Nona, senyum Anda."

Elizabeth mendengar Alex berbisik di telinganya. Elizabeth menoleh padanya, dia lalu menjawab dengan nada datar.

"Ada apa dengan senyumku?" Tanya Elizabeth.

"Lengkungan senyuman di bibir Anda mulai bengkok." Ucap Alex sambil tersenyum.

Elizabeth menatap Alex seolah hendak menangis.

"Alex ini penyiksaan, aku mau pulang..!" Seru Elizabeth.

Alex menggelengkan kepalanya.

"Yang Mulia Pangeran tampaknya tidak menginginkan itu." Ucap Alex.

Elizabeth menggembungkan pipinya karena kesal.

"Ini menyebalkan." Ucapnya.

"Apa?" Tanya Pangeran Lewis sambil berbisik di telinga satunya.

Rasa ngeri menjalar di punggung Elizabeth saat Pangeran Lewis berbisik di telinganya. Dia menutup telinga tempat Pangeran Lewis berbisik, lalu menoleh ke arahnya.

"Tidak ada apa-apa, Yang Mulia Pangeran." Ucapnya.

Pangeran Lewis tersenyum padanya sebelum menggenggam tangannya. Sebelum Elizabeth sempat protes, Pangeran Lewis membawanya ke balkon yang tersembunyi dari keramaian. Tanpa membuang waktu sedetik pun, Elizabeth mendesah keras dan bersandar di balkon. Kakinya sakit dan otot-otot wajahnya mungkin sudah patah sekarang.

Elizabeth menatap ke luar balkon, dia menatap bintang-bintang yang berkelap-kelip di bawah sinar bulan yang terang. Angin berhembus lembut menerpa kulitnya.

'Bintang-bintang di sini lebih cantik dari duniaku...' ucap Elizabeth dalam hati.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?"

Elizabeth mendengar suara Pangeran Lewis dari belakang. Sesuatu bersandar di bahunya, dia melirik bahunya, ternyata itu blazer yang dikenakan Pangeran Lewis ke pesta dansa.

Elizabeth melepaskan blazer itu dan menyerahkannya kembali pada Pangeran Lewis.

"Saya tidak membutuhkannya," kata Elizabeth terus terang sebelum mengalihkan perhatiannya kembali ke bintang-bintang.

"Kasar sekali," kata Pangeran Lewis sambil terkekeh kecil.

"Yang Mulia Pangeran, saya harap Anda menyadari bahwa saya sungguh-sungguh dan sangat bersungguh-sungguh dengan apa yang saya katakan tadi." Ucap Elizabeth menghadap Pangeran Lewis kali ini, dengan ekspresi tenang.

Elizabeth menambahkan, "saya tidak tertarik pada Anda. Saya tidak mencintai Anda."

Pangeran Lewis mengangguk.

"Aku tahu." Balas Pangeran Lewis.

"Jadi tolong hentikan ini..." Ucap Elizabeth.

Dia berkedip beberapa kali, sementara Pangeran Lewis menatapnya.

"Tunggu dulu apa...?" Elizabeth terbata-bata.

Pengeran Lewis mengangguk, meregangkan lengannya sebelum bersandar di balkon juga.

"Aku tahu kau tidak tertarik padaku." Ucap Pangeran Lewis.

Elizabeth menatapnya tak percaya sebelum memijat pelipisnya.

"Lalu kenapa Yang Mulia Pangeran melakukan ini pada saya?" Tanya Elizabeth.

Pangeran Lewis bangkit dari lantai dan duduk di tepi balkon, mengayunkan kakinya dengan santai. Sambil bersenandung pelan, dia menjawab,

"Karena reaksimu lucu."

"Anda ini..."

Elizabeth hampir saja membentak Pangeran Lewis namun segera menenangkan diri.

'Kau di depan Pangeran, pemeran utama pria. Ingat itu, kau berada di depan Pangeran, dia ini pemeran utama pria dalam kisah ini...'

Sambil terus mengulang kalimat yang sama dalam kepalanya, Elizabeth mengendurkan tinjunya yang terkepal dan mengirimkan senyuman kepada Pangeran Lewis.

Dengan nada sarkasme, Elizabeth membalas, "Senang sekali karena saya bisa membuat Yang Mulia Pangeran terhibur."

Tawa tertahan di bibir Pangeran Lewis sebelum dia menutup mulutnya.

"Ah, kamu benar-benar lucu sekarang." Ucap Pangeran Lewis.

Elizabeth memaksakan tawa.

"Bagus sekali." Ucapnya.

Dia melirik ke belakang, tempat Alex berdiri di pintu masuk balkon, tampak tegap dan diam. Dia memperhatikan tatapan Alex dan mengangguk ringan. Elizabeth membalas senyuman Alex sebelum mengalihkan perhatiannya kembali ke Pangeran Lewis yang tiba-tiba mencolek pipinya.

"Wah pipimu lembut sekali," komentar Pangeran Lewis sambil menusuk-nusuk lagi.

"Terima kasih." Ucap Elizabeth, sambil menjauhkan jari Pangeran Lewis, tetapi pria itu masih terus menusuk pipinya.

Elizabeth membiarkan Pangeran Lewis melakukannya, karena dia lelah berusaha menghentikannya.

"Yang Mulia Pangeran, Anda bisa kembali ke pesta sekarang." Ucap Elizabeth.

Pangeran Lewis berhenti menusuk pipi Elizabeth.

"Bagaimana denganmu?" Tanya Pangeran Lewis.

"Saya akan tinggal di sini lebih lama lagi. Kerumunan di dalam sana terlalu menyesakkan!" Balas Elizabeth.

"Kalau begitu aku akan menemanimu." Ucap Pangeran Lewis.

"Tidak, terima kasih." Elizabeth langsung menjawab tanpa berpikir dua kali.

Pangeran Lewis menatapnya sebelum tertawa terbahak-bahak. Elizabeth berdiri canggung di sana, menunggunya berhenti tertawa mendengar jawabannya. Pada titik ini, dia sudah menyerah untuk bersikap lebih anggun dan memutuskan untuk bersikap lebih seperti dirinya sendiri. Tentu saja, tetap menahan diri agar tidak ketahuan olehnya.

Elizabeth menghela napas sebelum duduk di tepi balkon, persis seperti yang dilakukan Pangeran Lewis. Dia berbalik, menghadap ke luar. Kakinya menjuntai, memperlihatkan kakinya saat roknya terangkat untuk menyesuaikan tubuhnya.

"Nona.."

Elizabeth bisa mendengar Alex menggumamkan sesuatu tetapi dia memilih untuk mengabaikannya. Sementara Pangeran Lewis terkekeh, memperhatikannya.

"Siapa sangka Nona Elizabeth berani melakukan ini." Ucap Pangeran Lewis.

Elizabeth tersenyum padanya.

"Ada banyak hal yang tidak Anda ketahui tentang saya, Yang Mulia Pangeran." Ucap Elizabeth.

"Oh ya, benarkah?" Tanya Pangeran Lewis.

"Saya juga tidak berencana memberitahu Anda." Jawab Elizabeth.

"Itu menyakitkan." Pangeran Lewis tertawa, tidak mengambil hati kalimat Elizabeth.

Mereka sempat ngobrol sebentar sebelum akhirnya duduk dalam diam, mendengar celoteh dan alunan musik dari dalam gedung. Namun mereka tetap bertahan di area balkon, tidak ingin kembali ke dalam.

Pangeran Lewis tiba-tiba mulai bercerita tentang pertemuannya dengan pencuri yang mencoba merampoknya di kerajaan lain.

'Kerajaan lain..' gumam Elizabeth dalam hati sambil mendengarkan cerita Pangeran Lewis.

Dia tidak pernah benar-benar menulis tentang negeri lain karena sang tokoh utama tidak pernah meninggalkan negeri ini. Satu-satunya saat dia menyebutkan kerajaan lain adalah ketika Pangeran Lewis harus pergi beberapa hari ke kerajaan lain untuk urusan bisnis.

Bersambung...

1
gaby
Pelayan ko songong, pecat aja. Masa nona muda di bentak diem aja
gaby
Awal yg bagus & smoga rajin upnya sampai tamat
aku
ini menuju kmn? apa hilal nya blm kliatan?
Sri Supeni
semakin ruwet bagiku
Sri Supeni
ikut mikir
Sri Supeni
awal yg bagus
Dewi hartika
ceritanya seru lanjut...
aku
next tor
aku
lah....gaje bgt tuh putmah. 😌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!