NovelToon NovelToon
SABDA ARIMBI

SABDA ARIMBI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Teen School/College / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Lel

Bagaimana perasaan kamu kalau teman SMAmu melamar di akhir perkuliahan?
Itulah yang dialami Arimbi, selama ini menganggap Sabda hanya teman SMA, teman seperjuangan saat merantau untuk kuliah tiba-tiba Sabda melamarnya.
Dianggap bercanda, namun suatu sore Sabda benar-benar menemui Ibu Arimbi untuk mengutarakan niat baiknya?
Akankah Arimbi menerima Sabda?
Ikuti kisah cinta remaja ini semoga ada pembelajaran untuk kalian dalam menghadapi percintaan yang labil.
Happy Reading

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERSIAPAN

Kalau dari awal menjadi keluarga ‘artis’ di perumahan, mau berulah apapun akan disoroti. Begitu Arimbi pulang dengan membawa setumpuk kardus dan koper, banyak tetangga yang tiba-tiba menyapanya.

Loh kuliahnya sudah selesai, Mbak Arimbi?

Kapan wisuda?

Kerja di mana nanti?

Dan berbagai pertanyaan lain yang membuat Arimbi pasang senyum dan menjawab sesopan mungkin, yang penting tidak ada pertanyaan yang menyindir atau menyudutkan dirinya, aman.

“Baju kamu, Mbak!” protes Ibu melihat koper dan kardus banyak yang berisi baju. Arimbi hanya nyengir saja. Sejak menjadi putri kampus, Arimbi rela tidak makan daripada tidak beli baju. Oleh sebab itu, selain menjadi putri kampus ia mencari side job dengan mengikuti berbagai lomba dan pengajuan beasiswa, agar jatah dari Ibu bisa dialokasikan buat beli baju.

“Mantan putri kampus sok cantik,” ucap Sadewa sewot, yang tak pernah menganggap sang kakak cantik. Bahkan saat pengumuman pemenang dulu, Sadewa spontan bilang Kok bisa lo menang sih, Mbak? Adik lucknut emang.

“Tapi kata orang gue cantik, pintar, ramah, berbakat mau ape lo,” wajah Sadewa tak bisa dikondisikan, aura DIH tampak jelas setelah mendengar kenarsisan kakaknya itu.

“Lihat dulu dong emaknya siapa,” ini lagi si ibu ikut-ikutan narsis. Sadewa pura-pura muntah, ibu dan Arimbi pun tertawa ngakak.

Wajah ibu sangat bahagia saat Arimbi bilang sudah boyong dan tidak meneruskan kos. Ke sana mungkin yudisium dan wisuda saja. Urusan revisi skripsi dan kuliah lainnya sudah beres. Kini tinggal fokus ke persiapan pernikahan.

Undangan sudah dibuatkan Sabda, bagi dia membuat undangan digital seperti membalikkan telapak tangan, sangat mudah. Ibu pun sudah ditunjukkan oleh Arimbi. Saran Arimbi ibu share undangan ke Pak RT saja biar Pak RT meneruskan ke grup warga, toh ada juga undangan fisik untuk walimatul ursy.

Arimbi pun bertanya kesiapan soal catering, Ibu pun sudah list menu prasamanan ala perumahan di sini. Tidak perlu pesan di WO untuk catering, toh banyak tetangga yang siap membantu.

“Bu, ATMnya Sabda kan aku bawa,” belum sempat Arimbi meneruskan. Ibu sudah melotot kaget.

“Kok bisa kamu bawa, Mbak?”

“Aku disuruh beli seserahan sendiri, Bu.”

“Terus?”

“Ya aku udah beli untuk seserahan sesuai keinginanku lah.”

“Di mana sekarang seserahannya.”

“Tadi aku mampir ke rumah Sabda, ada ART nya yang mengurus seserahannya. Karena sampai saat ini orang tua dia tidak memberi kabar.”

Ibu tampak sedih, sudah menyiapkan mental bila tetangga akan mengomentari keluarga Sabda. Arimbi pun menyentuh lengan sang ibu, seolah memberikan pengertian bahwa kedatangan keluarga Sabda bukan yang utama, karena sejak awal Sabda sudah jujur dengan kondisi keluarganya.

“Ibu juga harus menyiapkan mental bila mendengar tetangga bertanya atau ghibah soal kerjaan Sabda. Mereka tak tahu jenis pekerjaan Sabda seperti apa, Bu. Ibu cukup percaya sama Arimbi.”

“Sebagai Ibu yang pasti kurang sreg dengan pekerjaan Sabda, Mbak. Cuma ibu percaya karena kamu sendiri sudah yakin.

“Ibu pernah lihat youtube kan?” Ibu mengangguk.

“Itu salah satu pekerjaan Sabda, Bu. Namanya konten kreator.”

“Emang bisa menghasilkan?”

“Sangat, Bu!” Arimbi pun membuka dompetnya, menunjukkan kartu debet prioritas yang bertuliskan nama Sabda. “Ibu tahu isinya?” Ibu menggeleng.

“Kurang lebih 500 juta.”

Ibu melongo, anak semuda itu punya uang sebanyak itu. Sedangkan dirinya dan suami bisa punya uang banyak saja menunggu sang suami meninggal sehingga mendapat pesangon sebanyak itu, lah ini umur 20an sudah punya uang sebanyak itu. “Dan ini salah satunya dari Ytb,” jelas Arimbi. “Tapi please jangan dikasih tahu orang-orang ya, Bu. Cukup kita berdua saja. Aku lebih suka mereka menganggap kita gak punya, Bu.”

Ibu mengangguk. Memang sang putri sangat tidak suka dengan karakter tetangga di sini. Orang berada tapi tidak aware dengan pendidikan, ada yang hidup papasan tapi mau terlihat kaya. Belum lagi bagaimana mengomentari hidup orang seperti mereka tak punya dosa saja.

“Terus ibu bilang apa kalau ditanya Sabda kerja apa?”

“Coding gitu aja! Biar keren,” ucap Arimbi sembari menaik-turunkan alisnya. “Ya pokoknya berurusan dengan komputer gitu aja deh,” sekali lagi ibu mengangguk saja.

Zaman sekarang jenis pekerjaan memang bermacam-macam, apalagi yang memiliki jenjang pendidikan tinggi, jelas saja mereka akan lebih kreatif untuk mengembangkan pengetahuannya.

“Aku aja, Bu. Mau kayak Mas Sabda, gak usah kerja ikut orang, di rumah saja, tapi uangnya banyak!” sahut Sadewa yang paham konten kreator itu seperti apa.

“Jangan lihat uangnya aja, Wa. Lihat kerja keras Mas Sabda juga. Lo sanggup seharian gak tidur untuk mengerjakan proyek?”

“Kok lo tahu, Mbak. Kalau dia tidak tidur, hayo?” emang mulut Dewa ini minta ditabok kok, mancing pikiran buruk ibu saja. Sontak saja, telinga Arimbi dijewer sang ibu. Seolah Arimbi sudah mendampingi Sabda seharian.

“Lo ngapain aja sama Sabda, heh?” mulai deh ngamuk mode on. Arimbi sudah mengadu kesakitan, sedangkan Sadewa tertawa saja.

“Sumpah, Bu. Arimbi belum ngapa-ngapain sama Sabda.”

“Terus kok tahu kalau dia tidak tidur?”

“Kan dia bisa chat, Bu. Punya ponsel buat kirim chat lah,” ucap Arimbi sembari menggosok teliinganya yang panas. Lalu kaki panjangnya menendang sang adik. Kesal lama-lama sama Sadewa itu.

“Awas kalau kamu udah ngapa-ngapain.”

“Enggak!” sentak Arimbi kesal.

Drama kecurigaan Ibu Suri pun berakhir, kembali ke pembahasan pernikahan. Untuk souvenir tamu, Ibu sudah merancang satu souvenir gelas dan juga satu kotak ciffon pandan, dan juga satu kotak buah pir dan apel. Arimbi setuju saja, toh kebiasaan di sini kalau ada hajatan cukup satu kotak wafer tango dan satu botol minuman teh kemasan begitu. Souvenir yang dipilih ibu sudah sangat bagus.

“Berarti Ibu butuh uang berapa?”

“Kamu pakai uangmu atau Sabda buat nyumbang Ibu?”

“Kata Sabda pakai uang di ATM ini saja, Bu.”

Ibu tampak berpikir, tentu uang yang dibutuhkan pasti banyak. Ibu merasa kasihan kalau pakai uang Sabda semua. “Pakai uang kamu kek, Mbak? Masih ada kan?” memang setelah pembagian uang warisan, uang Arimbi sempat dikelola sang ibu, namun semenjak Arimbi berusia 20 tahun, uang jatah Arimbi diberikan semua agar dikelola sendiri.

“Masih, Bu.” Arimbi juga sebenarnya tak mau memberatkan Sabda, dengan membeli seserahan, emas dan Ant*m saja sudah berapa. Kasihan lah. Jangan semua dibebankan ke pihak laki-laki semua, meski dia juga sanggup. Kesepakatan pun terjadi antara Arimbi dan Ibu terkait uang hajatan, sama-sama Ikhlas juga tanpa melibatkan uang Sabda.

Setelah warung tutup, Arimbi dan ibu segera meluncur untuk pesan buah, kue, dan juga belanja bahan sembako, tak lupa ia membeli souvenir gelas karena ibu belum membelinya beserta tas souvenir. Sadewa mengomel di dalam mobil karena menunggu ibu dan kakaknya yang belanja tak lekas balik. Entah apa saja yang dibeli mereka, tahu begini mending dia ikut sekalian daripada menunggu gak jelas begini.

1
Yunita Dwi Lestari
lanjut kakak
Yunita Dwi Lestari
suka suka /Kiss//Kiss/
lanjut kak
Sheva Linda
bagus bgt ceritanya, karakter Sabda keren, gentle, baik... paket komplit pokoknya
Yunita Dwi Lestari
/Heart//Heart//Heart//Heart/ lanjutt kak
Yunita Dwi Lestari
/Heart//Heart//Heart//Heart/
gojam Mariput
wkwkwk.....sabda gr tuh
gojam Mariput
seindah itu masa kuliah
gojam Mariput
kangen masa2 itu, udah puluhan tahun berlalu. kk othor bikin aku muda lagi nih
Lel: othornya juga sedang mengenang masa muda
total 1 replies
gojam Mariput
serunya masa remaja
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak/Heart/
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak /Heart/
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak/Heart/
gojam Mariput
suka banget sama karakter sabda yg strong, manly , visioner
Yunita Dwi Lestari
lanjut kaaakkk /Heart//Heart/
Yunita Dwi Lestari
semangat kak
Yunita Dwi Lestari
kereeen kak
semangat terusss ya /Heart/
Yunita Dwi Lestari
bagus kak 😍😍
lanjut ya kak
semangat
Lel: terimakasih
total 1 replies
Yunita Dwi Lestari
bacaan ringan tp menarik. tidak melulu ttg org pemilik perusahaan n CEO.
Yunita Dwi Lestari
lanjut ya kak. cerita nya ringan tp asik bgt. dr segi bahasa jg menarik.
Lel: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!