NovelToon NovelToon
Perjalan Cinta Kembar Ezara

Perjalan Cinta Kembar Ezara

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Kantor / Romansa / Dokter
Popularitas:44.5k
Nilai: 5
Nama Author: farala

Ini adalah perjalanan cinta kedua putri kembar Ezar dan Zara.

Arsila Marwah Ezara, si tomboy itu akhirnya berhasil bekerja di sebuah perusahan raksasa yang bermarkas di London, Inggris, HG Corp.
Hari pertama nya bekerja adalah hari tersial sepanjang sejarah hidupnya, namun hari yang menurutnya sial itu, ternyata hari di mana Allah mempertemukan nya dengan takdir cintanya.

Aluna Safa Ezara , si gadis kalem nan menawan akhirnya berhasil menyelesaikan sekolah kedokteran dan sekarang mengabdikan diri untuk masyarakat seperti kedua orang tuanya dan keluarga besar Brawijaya yang memang 90% berprofesi sebagai seorang dokter.
Bagaimana kisah Safa sampai akhirnya berhasil menemukan cinta sejatinya?


Karya kali ini masih berputar di kehidupan kedokteran, walau tidak banyak, karena pada dasarnya, keluarga Brawijaya memang bergelut dengan profesi mulia itu.

Untuk reader yang mulai bosan dengan dunia medis, boleh di skip.🥰🥰

love you all


farala


💗💗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 23 : Ada apa dengan Claudia?

Liam berlalu meninggalkan Barra tanpa menghiraukan panggilan atasannya itu.

" Apa itu tadi , cium?" Liam berbalik dan menatap pintu kamar Barra yang tertutup rapat.

Liam menggelengkan kepala." Ku rasa, aku harus resign. Sepertinya, bos ku sudah mulai sakit jiwa." Lanjutnya benar benar meninggalkan ruangan Barra.

Liam berhenti tepat di samping tempat duduk Marwah. Cukup lama dia di sana, hingga Marwah tidak nyaman dan akhirnya bertanya." Ada apa , Liam?"

" Jangan mau, nona." Ujar Liam spontan membuat Marwah kebingungan.

Kening Marwah mengernyit. " Maksud nya?"

Liam tersadar. " Tidak , aku hanya asal bicara saja."

Liam akhirnya pergi, kembali ke ruangannya dengan terus memikirkan perkataan Barra.

" Dia itu kenapa?" Gumam Marwah menatap kepergian Liam.

Sementara itu, Barra masih betah berada di dalam kamar tempatnya biasa beristirahat saat berada di kantor.

Netranya menatap tangan yang bersentuhan dengan Marwah beberapa saat lalu.

Tidak ada rasa gatal, tidak ada sensasi panas, apalagi mual dan muntah.

" Apa aku sudah sembuh atau ini hanya kebetulan saja?" Gumamnya meremas tangannya sendiri.

Barra mengingat candaannya yang ingin mencium Marwah, tetiba saja dia tertawa membayangkan raut Liam yang tidak terima dengan keinginannya itu.

" Bisa bisanya dia menganggap ku serius." Ujar Barra . Tapi sepersekian detik berlalu, dia benar benar berangan itu terjadi. " Kira kira, reaksi apa yang akan dia tunjukkan saat aku menciumnya? " Barra membayangkan wajah Marwah, alis tebal terpahat indah, bulu mata lentik alami tanpa adanya sentuhan salon kecantikan, mata bulat yang terlihat menggemaskan, hidung mancung, bibir tipis dengan polesan lipstik seadanya.

Dan Barra berhenti di bibir tipis itu. Semakin mengingatnya, hasrat nya semakin besar." Sial....bagaimana aku bisa berimajinasi liar dengan nya? Tidak....ini tidak boleh terjadi." Gumamnya lalu keluar kamar dengan tergesa dan mulai menyibukkan diri untuk menyingkirkan pikiran pikiran gila nya itu.

*

*

Singapura.

Hujan mulai reda, Arga memilih duduk di dalam mobil sembari memainkan ponselnya.

Bukan berselancar di dunia maya yang biasa di lakukan kebanyakan orang saat sedang bersantai . Dia justru sibuk melihat beberapa foto yang baru saja dia abadikan di koridor rumah sakit.

Sesekali tersenyum, sesekali juga rautnya berubah sedih.

Rowan yang duduk di belakang kemudi menyaksikan perubahan ekspresi Arga yang tidak menentu itu.

Sejam berlalu, keduanya masih betah di dalam mobil. Dan dengan hanya menatap foto Safa, dua bungkus rokok yang sudah Arga siapkan di anggurkan begitu saja.

" Tuan."

" Mmm.." Jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

" Kapan kita kembali ke London? "

Arga menyimpan ponselnya dan menatap Rowan.

" Kapan rapat dewan di istana Westminster di laksanakan?"

" Besok pagi, tuan."

Arga menghela nafas. Jujur, dia masih ingin berada di Singapura, walau hanya menatap Safa dari kejauhan dia sudah cukup puas. Tapi, tugas negara juga sedang menunggunya. Dan dia harus mengesampingkan egonya demi kepentingan rakyat London yang selalu menunggu gebrakan gebrakan menguntungkan darinya.

" Persiapkan keberangkatan sekarang juga."

" Baik tuan."

Di kamar bersalin.

Arhan mendekati Safa yang sedang sibuk di depan komputer. Dia mengambil tempat duduk tepat di sebelah calon istrinya itu.

" Pernikahan kita minggu depan , kapan kamu akan kembali ke Indonesia? "

" Rencananya tiga hari sebelum acara, mas." Ucapnya pelan, takut di dengar orang sekitar apalagi dia tidak memanggil Arhan dengan panggilan hormat seperti biasa.

" Mau bareng dengan ku?"

Safa menggeleng.

" Tidak usah , mas." Ucapnya tersenyum.

" Baiklah. Selesaikan pekerjaanmu secepatnya lalu kita makan siang, aku sudah sangat lapar."

" Iya."

Duduk di belakang Safa, tangan Claudia gemetar memegang ponselnya. Tidak ada yang memperhatikan jika wanita cantik itu sejak beberapa saat lalu duduk di belakang Safa bahkan sebelum Arhan datang.

" Menikah? Aku tidak salah dengar , kan?" Claudia membatin.

Agar tidak menangis, Claudia menggigit bibirnya.

" Bagaimana ini?" Batinnya menggumam.

Butuh banyak usaha ekstra untuk meredam rasa sakit di hati Claudia . Sesekali dia menarik nafas panjang agar paru parunya bisa mengembang sempurna. Karena rasa rasanya, ada sebuah batu besar yang terjatuh dan menghimpit dadanya.

Arhan kembali ke ruangannya setelah makan siang bersama pujaan hati. Safa sedang menuju ke kamar operasi mempersiapkan operasi pengangkatan rahim. sementara Claudia , dia sedang menatap pintu ruangan Arhan yang tertutup rapat.

Ingin masuk dan bertanya guna meyakinkan apa yang tadi dia dengar, nyalinya tidak cukup kuat untuk itu.

Tapi, dia juga tidak bisa membiarkan pernikahan itu terjadi.

Ingatannya kembali ketika Arhan memperlakukan Safa sangat istimewa. Ternyata, dugaannya benar. Mereka menjalin hubungan yang Claudia tidak pernah duga sebelumnya kalau hubungan mereka akan sampai ke jenjang pernikahan.

Hingga, pada akhirnya, Arhan sendiri yang membuka pintu dan menatap wajah sembab Claudia.

" Kamu menangis?"

Claudia mengusap netranya, tiba tiba saja cairan bening itu luruh, padahal sejak tadi, dia berusaha mati matian untuk menahannya.

" Tadi ada yang masuk ke mataku."

" Sini aku liat."

" Tidak perlu."

" Ya sudah. Lalu apa yang kau lakukan di sini? Kamu mau menemui ku?"

Meski ragu, Claudia mengiyakan dengan menganggukkan kepala.

" Mau masuk? Kita bicara di dalam."

Arhan membuka pintu lebar lebar dan mempersilahkan Claudia masuk ke dalam ruangannya.

" Duduk, mau minum apa?" Tanyanya sembari membuka kulkas mini yang berisi beberapa minuman dingin.

" Apa saja."

Arhan mengambil dua minuman bersoda untuknya dan untuk Claudia.

Arhan meletakkan kaleng minuman itu di depan Claudia.

" Minumlah."

" Iya, terima kasih."

Claudia tidak menyentuh minuman bersoda itu.

Netranya justru fokus menatap Arhan.

" Ada yang ingin kau bicarakan?"

" Maaf kalau aku lancang." Ucap Claudia.

Jari jemarinya saling terpaut pertanda dia sedang gugup.

Arhan meletakkan kaleng minumannya di atas meja.

" Katakan saja."

" Aku tidak sengaja mendengar kalau kamu akan menikah dengan residen tahun pertama kita, Arhan."

Arhan tersenyum.

" Kau benar, aku belum mengumumkan secara resmi pada teman teman di departemen obgyn."

Claudia tersenyum getir, bahkan tarikan bibirnya itu terlihat sangat di paksakan.

" Kalian sudah lama saling mengenal?"

" Kenal secara harfiah tidak juga. Kami baru dekat beberapa waktu ini. Hanya saja, secara pribadi, aku sudah lama mengenalnya, orang tuanya, dan seluruh keluarga besarnya. Aku sudah jatuh cinta padanya sejak lama. " Arhan begitu menggebu gebu menceritakan kisahnya, tidak memikirkan sama sekali perasaan wanita cantik yang hatinya sudah remuk redam karena pengakuannya.

" Oo..."

" Tenang saja, aku pasti akan mengundang mu."

Bunyi dering ponsel di meja mengakhiri sesi tanya jawab menyakitkan itu.

Arhan harus segera ke kamar operasi.

" Aku harus pergi. Nanti kita bicara lagi."

Tanpa mendengar jawaban Claudia, Arhan bergegas keluar dari ruangannya.

" Jangan menikah dengannya, Arhan." Kalimat itu yang harusnya di katakan Claudia, tapi begitu sulit dia ucapkan.

Untuk saat ini, Claudia masih sadar diri. Selama ini, Arhan menganggapnya hanya teman. Sayangnya, Claudia berharap lebih.

Selesai operasi, Safa menemani Arhan visit.

Safa tersenyum dari balik masker medisnya. Dia baru saja menemani Arhan mengganti perban pasien VIP yang meminta langsung perban nya di ganti oleh dokter yang bertanggung jawab menangani nya selama di rawat di rumah sakit.

" Kenapa kau tersenyum?" Tanya Arhan ikut sumringah.

" Saya mengingat awal awal residensi beberapa bulan lalu. Seorang wanita memuji caraku mengganti perbannya, dia mengatakan jika pernah ada seorang dokter yang mengganti perban nya dengan sangat baik, membuat perban itu sulit terlepas karena bentuknya yang out of the box, dan cara dokter itu mirip dengan apa yang saya lakukan."

" Hahahaha.." Arhan tertawa.

" Itu adalah ilmu yang sangat berharga yang aku dapatkan dari Abi Ezar saat masih koas di departemen bedah thorax. Wajar kalau itu mirip, karena kita punya guru yang sama."

Safa pun tertawa pelan. Ternyata dokter yang di maksud ibu itu adalah calon suaminya sendiri.

" Dan tidak lama lagi, guru itu akan menjadi ayah ku juga."

...****************...

1
SasSya
Oooo
SasSya
hayo siapa 😃🤔
SasSya
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Dea Yunia
haiiish
sedih nian rasanya,dua manusia berbeda jenis kelamin memendam cinta dalam diam,Claudia + Arhan,Arga + Safa,,hm
yud Thor,jodohin aja mereka lah drpd merek nanti berpotensi k hal yg tidak baik ,,hihi
lanjut
Tiah Fais
lanjut kak
Srie Handayantie
tpi ntah knpa pas baca arhan dan Safa GK menggebu2 kaya Marwah dan bara, apa krna inginnya sama Arga yah 🤔
Srie Handayantie
gak tau mau ngomong untuk Arga dan Claudia , krna memang cinta itu gak bisa dipaksakan 😔
darsih
ga ada yg greget KA
lanjut ka
Khadijah Nafisah
walah ku kira siapa ternyata dia ini to dokter itu 😁
riri
Penasaran pada akhirnya Safa menjatuhkan hatinya pada siapa ya Arhan atw Arga...
Fittar
Arga cinta dalam diam pada Safa dan Claudia cinta dalam diam juga pada Arhan. kok sedih amat sih

Safa kayaknya lempeng aja saat bicara pada Arhan. gak seperti Arhan yang terlihat menggebu. Apa sebenarnya Safa masih berat menerima Arhan sebagai calon suaminya ya
gathem Toro: semoga Claudia jodohnya arhan....dan Arga jodohnya safa
total 1 replies
aisyhana lupsh
/Cry/Knapa y aq baca kisah arahan Safa kok sedih gk bahagia kyak baca kisahnya Marwah n Bara...knpa yakkk/Grievance/
ir: kita lihat aja episode selanjutnya, aku sih berharap kayak Zayn yaa, tapi ga tau juga sih nanti sama kaka penulis nya Safa di buat janda kan ga tau 😁
aisyhana lupsh: iya kakk..coba klo sama Arga mgkin seru kali critanya yakk...tnggu gebrakan dari author ajh kak,klu ajh jdohnya safa arga🥰
total 3 replies
Bak Mis
kayaknyk gak sesederhana itu itu ya si arhan iruuj
Dea Yunia
apa iya Safa jodohnya Arhan,ko kaya ragu y hatiku,,hm
bisakah Arhan membuat Safa tersenyum??
Thor,piye Iki..
yellya
kejar dong ga, masa.udh nyerah aja 💪💪😁
Naftali Hanania
sesederhana itu ya Arga...aku yg baca aja nyesek rasanya...mangat
Naftali Hanania
haiiisss ....itu sih nafsu...emang pengen ne si barra ..../Facepalm/
Elma Wati
kok q LBH srek Arga sama Safa y 🤗🤗🤗🤗
Naftali Hanania
waahhh...penyakit barra nggak mempan pas sentuhan sama marwah
buat pak saga...aku tim kamu berjodoh sm safa
Tiah Fais
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!