Lin Muwan terkubur di makam kuno Permaisuri Qing dari Era Jingyuan yang tidak dikenal ketika menjalankan misi mencari jejak sejarah.
Namun, dia kemudian terbangun di tubuh selir Pangeran Kesembilan Dinasti Jing yang dibenci karena merupakan keturunan pemberontak. Lin Muwan kemudian menyadari bahwa dia datang ke masa saat Permaisuri Qing hidup.
Plum dan aprikot yang mekar di taman adalah kesukaannya, namun kehidupan yang bagus bukan miliknya. Hidupnya di ujung tanduk karena harus menghadapi sikap suaminya yang sangat membencinya dan masih mencintai cinta pertamanya. Dia juga mau tidak mau terlibat dalam persaingan takhta antara putra Kaisar Jing.
Pangeran Kedua yang lemah lembut, Pangeran Keempat yang penuh siasat, Pangeran Kesembilan yang dingin, siapakah di antara mereka yang akan menjadikannya Permaisuri? Dapatkah dia kembali ke kehidupan asalnya setelah hidupnya di Dinasti Jing berakhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 25: SELIR KURUS SEKALI
Lin Muwan baru saja membuka matanya setelah matahari agak naik. Tubuhnya pegal. Sudah lama sekali dia tidak olah raga.
Menunggangi kuda secara mendadak memang membuat tubuhnya tidak terbiasa. Dia sangat ingin tubuh ini segera pulih sepenuhnya agar bisa bergerak dengan bebas.
Para pelayan di halaman bekerja dengan giat. Xuezhi memimpin sambil mengawasi mereka.
Lin Muwan memang tidak salah memilih orang. Xuezhi cekatan dan bisa diandalkan. Urusan halaman Zhouhua ini jad cepat selesai berkat ketangkasannya.
“Nona, petugas dari Biro Jahit Istana sudah tiba. Apakah Nona mau langsung menemuinya?” tanya Biyi.
“Cepat sekali datangnya,” gumam Lin Muwan. Pasti karena Kaisar memberi perintah secara langsung makannya mereka tidak berani bermalas-malasan.
“Baguslah. Kaisar tidak memberi gaji sia-sia.”
“Nona?”
“Biarkan aku membersihkan diri dulu.”
Biyi manut. Dia keluar untuk memberi tahu agar para petugas dari Biro Jahit Istana menunggu sebentar sampai majikannya selesai mempersiapkan diri.
Petugas yang datang berjumlah dua orang dan semuanya wanita. Mereka sering bekerja mengukur dan membuatkan pakaian untuk para selir Kaisar.
Selain para istri resmi pangeran dan putri kekaisaran, biasanya mereka jarang diminta keluar. Itu seperti penjahit khusus untuk keluarga kekaisaran.
Namun, hari ini mereka disuruh bangun pagi sekali dan pergi ke istana kediaman Pangeran Kesembilan untuk mengukur tubuh seorang selir yang bahkan namanya sangat buruk di mata publik.
Ini seperti sebuah kemunduran. Orang yang biasa mereka bantu adalah orang terhormat, bukan orang berstatus rendah seperti selir Pangeran Kesembilan. Tapi, mereka tidak mungkin melanggar perintah Kaisar. Akhirnya hanya bisa datang meski terpaksa.
Lin Muwan keluar setengah jam kemudian. Kedua petugas wanita memberi hormat ala kadarnya. Raut wajah mereka masam sekali, sangat tidak enak dipandang.
Lin Muwan jadi sedikit kesal. Pagi-pagi begini mereka malah merusak suasana hatinya seperti itu, sungguh tidak tahu diri!
“Tampaknya kalian tidak bersedia mengukur tubuhku. Karena kalian begitu enggan, bagaimana jika kalian kembali saja? Sampaikan terima kasihku kepada Kaisar atas kebaikannya membuatkanku pakaian yang layak.”
Kedua petugas wanita terkejut. Nona Lin ternyata punya lidah yang sangat fasih bicara dan mulutnya setajam pisau.
Hanya dalam satu tatapan mereka dibuat ketakutan dan gelisah. Jika mereka kembali sekarang, maka hanya ada hukuman yang akan mereka dapatkan.
“Biyi, antarkan tamu!”
“Baik, Nona.”
Tapi sebelum Biyi bisa mengantar, kedua petugas itu lebih dulu mengulangi salam. Mereka memperbaiki ekspresi wajah mereka dan dibuat seramah mungkin.
Salah satu dari mereka berkata bahwa mereka diutus untuk mengukur tubuh Lin Muwan guna membuatkannya pakaian sesuai perintah Kaisar. Secara tidak langsung pula meminta maaf atas sikap mereka yang tadi.
Mereka mulai mengukur tubuh Lin Muwan. Mulai dari lingkar dada, lingkar perut hingga panjang kaki dan tangan.
Ketika mereka melihat hasil yang dituliskan di kertas, mereka membelalak. Pengukuran menunjukkan bahwa tubuh Nona Lin jauh lebih kurus dari yang terlihat!
Meski wanita suka menjaga berat badan, tapi ukuran ini terlalu kecil!
Selir di istana saja tidak sekurus ini padahal mereka paling menjaga tubuh agar tetap disukai Kaisar. Mengapa selir Pangeran Kesembilan bisa sekurus ini?
“Tidak perlu heran. Ini berkat perlakuan baik Pangeran Kesembilan kalian yang terhormat itu. Pulang dan segera buatkan pakaian untukku.”
Mereka menunduk. Beberapa waktu lalu Pangeran Kesembilan meminta Biro Jahit Istana membuatkan gaun warna hijau. Ukurannya sedikit lebih besar dari yang hendak mereka buat kali ini.
Tampaknya, gaun hijau tersebut tadinya diberikan kepada Nona Lin. Tapi karena ukurannya tidak pas, gaun hijau itu akhirnya menghilang entah ke mana.
Tapi hal itulah yang justru membuat Kaisar memberinya hadiah besar ini. Ketidaktahuan Pangeran Kesembilan terhadap ukuran tubuh Nona Lin membuat Kaisar harus turun tangan sendiri.
Ini memang agak konyol. Tapi bisa dibilang ini adalah berkah di tengah kemalangan.
Kedua petugas wanita itu kemudian berpamitan. Pakaiannya akan dikirimkan dua hari lagi. Mereka meminta Lin Muwan menunggu karena pakaian barunya akan diantarkan langsung kemari.
Usai dua pengganggu kecil itu pergi, Lin Muwan berjalan-jalan di halaman. Taman sudah mulai terawat.
Sejak dia tiba di sini, dia mulai memerintahkan Biyi untuk memperbaiki taman. Lin Muwan ingin suasana di sini lebih hidup. Setidaknya agar dia merasa dia tidaklah sendirian di dunia ini.
“Plum dan aprikot tidak bisa mekar di musim ini. Krisan memang lebih cocok mengunggulkan dirinya di musim gugur.”
Lin Muwan memandangi pohon aprikot dan pohon plum yang tumbuh berjejer di sepanjang taman. Jumlahnya lebih banyak dari bunga lain yang ditanam di tempat itu.
Ternyata selera ini mengikutinya sampai ke peti mati. Di makam itu dia juga menemukan sisa bunga plum dan aprikot yang mengering selama ribuan tahun.
“Biyi, petik beberapa kuntum krisan dan keringkan untukku,” ucap Lin Muwan.
“Nona ingin membuat teh?”
Lin Muwan mengangguk. Biyi mengerti. Teh bunga krisan punya banyak mannfaat untuk tubuh. Itu baik untuk pemulihan luka Lin Muwan dan dapat mengurangi tekanan dalam dirinya.
Xuezhi yang mendengarnya langsung memerintah pelayan lain memetik bunga krisan dan mengumpulkannya.
Murong Changfeng keluar lebih awal hari ini. Pagi-pagi sekali dia sudah pergi ke istana bersama Zifang. Dia belum tidur sama sekali.
Tadinya berniat istirahat di kediaman, tapi Kaisar mengirim utusan memanggilnya segera. Perintah Kaisar tidak bisa dilanggar.
Dia tiba di ruang baca Kaisar saat matahari sudah naik. Kaisar ternyata sudah ada di sana, berdiri membelakanginya. Entah menatap ke mana, yang jelas Murong Changfeng tahu kalau Kaisar sedang dalam tekanan besar.
“Ayahanda,” ucapnya.
Kaisar berbalik. Ekspresinya begitu rumit, seolah ada banyak kata tertahan di tenggorokannya. Mana yang harus dikatakan lebih dulu?
“Apa yang membuat ayahanda memanggilku pagi-pagi begini?”
“Apakah kau hanya akan datang saat rapat istana saja? Tidak bisakah aku memanggilmu lebih awal?”
“Tidak juga.”
Kaisar menghela napasnya. Sungguh rumit, pikirnya.
“Aku sudah dengar kejadian di Taman Fuxi semalam. Dia tidak terluka, kan?”
“Ayahanda khawatir? Harusnya ayahanda menanyakan itu untuk Zhou Ying, bukan untuknya.”
“Kalian masih muda, belum juga mengerti. Mengapa harus menabur perselisihan sejak dini?”
“Aku tidak ada di sana saat Lin Muwan menembakkan panah sampai Zhou Ying jatuh ke kolam. Kalau ayahanda ingin tahu, Kakak Keempat lebih bisa menjelaskan kejadiannya padamu.”
“Jangan berpikir aku tidak tahu bersama siapa kau malam tadi,” ucap Kaisar.
Murong Changfeng terdiam. Sulit sekali menyembunyikan sesuatu dari Kaisar. Bahkan pertemuannya dengan Sheng Jiayin pun dapat diketahui.
Mereka hanya berbicara sebentar dan tidak melakukan sesuatu yang di luar batas. Mereka bahkan tidak bersentuhan tangan.
“Kau sudah menyiapkan alasan untuk menjelaskan pada Guru Agung Kekaisaran?”
“Menurutku lebih baik ayahanda saja yang menjelaskan.”
“Lin Muwan selirmu. Apapun yang dia lakukan, kau yang harus menanggungnya.”
“Wanita sangat merepotkan.”
Kaisar diam-diam menghela napas lega. Tampaknya putranya sudah menyiapkan rencana menghadapi Guru Agung yang akan bertanya terkait peristiwa yang menimpa putrinya semalam.
Kekhawatirannya sedikit berkurang. Kaisar merasa bersyukur, setidaknya ada sedikit kepedulian di hati Murong Changfeng sekarang.
pada akhirnya jadi fatner yg sangat cocok karna tujuan yg sama