Hayi, seorang remaja yang akrabnya di panggil Ay, terpaksa menuruti kemauan ayahnya untuk di kirim ke salah satu pesantren agar dirinya sedikit berubah dari kebiasaan buruknya. dari sanalah sebuah kejadian yang tak pernah terbayangkan dalam hidupnya terjadi, ketika tiba-tiba saja ia di ajak ta'aruf oleh seorang anak pemilik pesantren bernama Altair, yang kerap di panggil Gus Al.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26
"Dimana Samantha?" tanya Nyai Harsyi dengan celingukan begitupun juga yang lainnya.
"Itu nyai, di sana. Tuh kan, kakinya masih nyangkut. Gimana ini, nyai.?" kata Hayi dengan menunjuk seekor kambing betina yang akan melahirkan.
Sontak saja semua orang saling tatap dan menatap ke arah Hayi dengan tatapan yang sulit di artikan. Bahkan gadis itu sudah melompat ke dalam kandang dan berusaha menarik paksa kaki anak kambing itu.
"Astagfirullah hal'adzim, Samantha? Kambing ternyata. Yaallah umi sampe kaget dengernya." kata nyai Harsyi dengan menggelengkan kepalanya saja karena tidak menyangka siapa yang Hayi sebut Samantha.
"Dimana yang mau lahiran? Ini mobilnya sudah siap?" kata kyai Ilham yang baru datang dengan langkah tergopoh-gopoh.
Nyai Harsyi menatap suaminya dan menunjuk ke suatu tempat tentang siapa Samantha yang di maksud Hayi. Kyai Ilham yang bingung pun hanya menatapnya saja dengan heran.
"Mana umi? ayo kita bawa ke rumah sakit sekarang juga." kata kyai Ilham.
"Mas!! Ya itu Samantha yang di maksud, kambing betinamu." kata Nyai Harsyi membuat kyai Ilham bingung.
"Hayi!! Turun kamu!!" kata Gus Altair dengan nada serius.
"Gus, ini terus bagaimana, nggak bisa keluar kasian." kata Hayi yang masih enggan turun.
"Turun saya bilang!!" kata Gus Altair dengan menekankan kata-katanya.
Sontak saja hal itu membuat Hayi langsung melompat. Ia menatap Gus Altair dan semua orang yang sudah ada di sana. Ia juga nampak heran kenapa ada mobil terparkir di depan sana.
"Itu mobil siapa, Gus?" tanya Hayi dengan polosnya.
"Apa kamu bercanda, hah!!" kata Gus Altair
"Bercanda bagaimana maksudnya?" tanya Hayi bingung
"Ini kambing, Hayi!! Kambing!!" kata Gus Altair dengan kesalnya.
"Ya emang kambing, Gus. Saya kan nggak bilang kalau yang lahiran itu orang, ya kambing bukan orang." kata Hayi dengan tatapan herannya.
"Ya kenapa kamu manggilnya Samantha?" tanya Gus Altair
"Ya itu kan emang nama panggilannya, Dia Samantha, Itu Brian, itu Renaldi, Romeo, Juliet, Patricia, Jenni..."
"Aakhhh, sudah cukup!!!!" seru Gus Altair dengan kesalnya kemudian langsung melengos pergi tanpa mengatakan apapun.
"Maaf kyai, nyai, itu Gus Al kenapa ya? Kok marah? Emang saya salah? saya kan cuman mau nolongin Samantha." kata Hayi membuat pasangan suami istri tidak bisa berkata-kata lagi.
"Ukhti, nggak salah kok, cuman harusnya kamu bilangnya kambing aja, karena kita semua panik sampai kyai juga bawa mobil, di pikir yang mau lahiran itu manusia." kata Bela memberikan pengertian pada Hayi.
"Terus sekarang bagaimana ini, kyai?" tanya Hayi sambil memperhatikan Samantha.
"Sudahlah, nanti biar di urus kang Rudi." kata kyai Ilham.
"Loh, kan kang Rudi pulang kampung kyai, istrinya mau lahiran katanya, dan untuk sementara, ya saya yang ngurusin mereka. Ehh tapi kyai jangan bilang sama Gus Al, nanti kena omel lagi, dia itu suka banget ngomelin saya ngga tau salah apa enggak tetep selalu salah di mata dia hehehe maaf kyai, nyai, nggak sopan ya." kata Hayi dengan tersenyum canggung.
"Kang Rudi pulang kampung? Kok tidak bilang sama saya? Jadi kamu yang urusin kambing-kambing ini?" tanya kyai Ilham.
"Iya, tapi tenang kyai, sudah di ajari kok sama kang Rudi, Aman aman." kata Hayi.
"Kamu kembali saya ke asrama, nanti biar saya panggil orang lain buat gantiin kamu. Kamu juga kenapa tidak bilang sama saya." kata Kyai Ilham.
"Ehh nggak usah dong, saya bisa kyai, aman." kata Hayi dengan meyakinkan kyai Ilham.
"Sudah, kamu kembali ke asrama saja. " kata kyai Ilham
"Ini adalah amanah dari kang Rudi langsung kyai, jadi saya nggak bisa serahin pada orang lain, harus saya sendiri." kata Hayi.
"Saya pemilik kambingnya. Sudah, kembali ke asrama sekarang." kata Kyai Ilham.
"Nggak bisa kyai, sebelum kang Rudi kembali yang tetep akan jaga Samantha dan kawan-kawan." kata Hayi bersikeras yang membuat kyai Ilham hanya menghela nafasnya saja.
"Ummi, ayo pulang, Abi mau telpon Rudi dulu." kata kyai Ilham.
"Habis solat ashar, kamu ke Ndalem ya, saya mau ngobrol sama kamu." kata nyai Harsyi yang membuat Hayi bingung.
"Memang ada apa, nyai?" tanya Hayi penasaran.
"Lebih baik kamu kembali ke asrama saja, nanti kyai bakal suruh orang buat jagain kambingnya. yaudah saya permisi dulu, assalamualaikum." kata Nyai Harsyi
"Assalamualaikum ukhti." kata Bela.
"Walaikumsalam."
Hayi pun melanjutkan kegiatannya. sesekali ia memperhatikan Samantha yang terlihat kesulitan untuk melahirkan. Sementara di sisi lain, Gus Altair masih terlihat begitu kesal dengan tingkah Hayi yang di rasa tidak masuk di akal. Bisa-bisanya gadis itu memberikan nama pada kambing dan membuat panik semua orang.
Kyai Ilham yang sudah selesai menelpon kang Rudi juga menghampiri Gus Altair. Ia hanya tersenyum saja mengingat tingkah Hayi yang di luar nurul. Ia menepuk punggung anaknya membuat sang pemilik punggung melirik sekilas.
"Kenapa, Abi?" tanya Gus Altair.
"Kamu kesal? Altair, usia dia masih sangat muda, jadi sikap seperti itu harus kamu maklumi. Dia juga tidak melakukan kesalahan apapun, hanya kita saja yang salah tidak bertanya lebih jelasnya." kata Kyai Ilham.
"Entahlah, Abi. saya benar-benar tidak habis fikir kenapa tingkahnya selalu adaaaa saja, selalu membuat saya pusing." kata Gus Altair.
"Abi ada kenalan, beliau punya anak perempuan cantik sekali, namanya Ning Ilma." kata Kyai Ilham.
"Maaf, Abi tidak. Tapi saya tidak tertarik. Sudahlah Abi, berhenti menjodohkan saya seperti itu. Saya sudah punya pilihan sendiri, dan saya yakin itu yang terbaik buat saya." kata Gus Altair membuat kyai Ilham hanya menggelengkan kepalanya saja sambil tersenyum.
"Terus kenapa kamu marah kalau gitu?" tanya kyai Ilham.
"Saya tidak marah. sudah mau masuk waktu ashar, saya ke masjid dulu, Abi. assalamualaikum." kata Gus Altair yang tak mau memperpanjangnya atau jika tidak maka akan bertambah panjang urusannya.
Secara diam-diam, Gus Altair ternyata memperhatikan para santri yang sedang masuk masjid. Hanya saja, ia tidak mendapati keberadaan Hayi sama sekali. Karena tidak ingin memikirkan hal lain lagi, ia pun hanya cuek bebek saja. Ya, memang saat ini Hayi masih sibuk dengan urusan kambing. Ia begitu gembira tak kala Samantha berhasil melainkan 2 anak. Ia juga memberi mereka nama Kenzi Kenzo. setelah memastikan semua pekerjaannya selesai, kini pukul setengah 4 sore Hayi kembali ke asrama, tak lupa ia juga langsung mengerjakan solat ashar. Ia juga hampir lupa jika setelah solat ashar ia di suruh nyai Harsyi untuk pergi ke Ndalem.
"Emang mau ngapain kamu ke Ndalem, ay?" tanya Intan penasaran.
"Ya nggak tau. aku kesana dulu ya, assalamualaikum." kata Hayi dengan berlalu keluar.
"Akhir-akhir ini saya merasa kok dia super sibuk sekali ya, apa sih yang dia lakukan?" tanya Asiyah penasaran.
"Tanya aja sama orangnya langsung. Tapi, iya juga kan, Hayi saja akhir-akhir ini jarang ke masjid ikut solat berjamaah, sudah hampir seminggu ini kan setiap pagi pas mau berangkat sekolah dia selalu menghilang entah kemana." timpal Intan.
"Astaghfirullah, kalian ini malah ghibah, Dosa!!" tegur Hilya.
