Hail Abizar, laki-laki mapan berusia 31 tahun. Belum menikah dan belum punya pacar. Tapi tiba-tiba saja ada anak yang memanggilnya Papa?
"Papa... papa...!" rengek gadis itu sambil mendongak dengan senyum lebar.
Binar penuh rindu dan bahagia menyeruak dari sorot mata kecilnya. Pria itu menatap ke bawah, terpaku.
Siapa gadis ini? pikirnya panik.
Kenapa dia memanggilku, Papa? Aku bahkan belum menikah... kenapa ada anak kecil manggil aku papa?! apa jangan- jangan dia anak dari wanita itu ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memilih
Suasana di ruangan itu mendidih. Udara yang tadi dingin kini terasa berat, panas, seperti hendak meledak dalam hitungan detik. Nafas Ishak memburu, dan matanya menyalak penuh amarah. Namun Hail tetap tegak berdiri, menggenggam tangan Evelyn erat, seolah ingin menegaskan siapa yang kini ingin ia lindungi.
Evelyn mematung matanya menatap Hail dengan kebingungan, kenapa dia bisa ada di sini? matanya terkunci pada Hail dengan perasaaan bercampur aduk. Bagaimana dia harus menghadapi Hail sekarang, bagaimana Hail menatapnya? Dia hanya seorang anak dari koruptor yang jelas tak pantas bersanding dngan laki-laki sebaik dia.
Perlahan, Hail menarik Evelyn berdiri, lalu menempatkannya di belakang tubuhnya—membentengi wanita itu dengan tubuh tegapnya. Evelyn hanya bisa menatap punggung pria itu, punggung yang tak sedikit pun bergetar oleh tekanan. Tapi tangannya yang menggenggam tangan Evelyn, bergetar. Bukan karena takut—melainkan karena amarah yang ia redam habis-habisan. Perlahan pandangan Evelyn turun, menatap tangan yang saling bertaut erat, sangat erat. Genggam Hail begitu kuat.
Air mata menggenang di pelupuk matanya, tapi tidak ia biarkan untuk jatuh. Nanar Evelyn menatap tangan kekar dan hangat yang mengenggamnya begitu erat. Ada harap yang terselip, untuk bisa menjadikan detik ini selamanya. Serakah kah jika dia ingin tangan itu terus bersamannya. Pelan, sudut bibir Evelyn naik. Seulah senyum penuh harap dan doa terbit, namun tak bosa ia sembunyikan rasa takut yang juga membelenggu.
"Apa kau sadar apa yang baru saja kau katakan, Hail?!" suara Ishak meninggi, nyaris meraung.
"Dia anak dari penghianat! Kau pikir itu hal sepele?!"
"Bagaimana kalau Papa tau kau berhubungan dengan wanita ini?!" sentak Ishak dengan jari menegang ke arah Evelyn.
Mata Evelyn terpejam, air matanya jatuh bersama harap yang sempat ia gantungkan. Bodoh, seharusnya dia tidak berharap pada sesuatu yang tidak mungkin.
"Iya. Aku sadar," balas Hail, tenang tapi tajam. Matanya tidak bergeming, tak berkedip, menusuk balik tatapan Ishak.
"Dan aku tetap memilihnya. Aku akan menjelaskannya sendiri pada Papa, kau tidak perlu khawatir soal itu!" tegas Hail dengan tenang, setenang raut wajahnya yang tak gentar sama sekali.
Wajah Ishak mengeras. Rahangnya menggembung. Ia meninju meja dengan keras, membuat beberapa dokumen jatuh ke lantai. Tapi Hail tak bergeming. Evelyn di belakangnya menggigit bibir bawah, tubuhnya terjingkat, gemetar.
"Wanita itu sudah mempengaruhimu. Dia ... berdarah kotor, Hail! Dia tidak pantas untukmu!"
"Tidak pantas untuk menjadi keluarga Hendrawan! Dia bahkan lebih rendah dari anj!ng yang menjaga rumah kita!" tukas Ishak dengan mata merah menyala, rahangnya mengeras begitu kuat menahan emosi yang meledak-ledak.
Ishak tidak bisa meneriman bantahan yang terus Hail lontarkan, dia tidak suka pembangkang.
"Saya juga bukan bagian dari kalian jika Anda lupa," suara Hai tegas tanpa keraguan, seketika Ishak mendelik tajam pada adik angkatnya itu.
"KAU!"
"Saya hanya anak angkat, nama Hendrawan terlalu berat untuk saya," sela Hail cepat.
Deg
Evelyn mengangkat pandanganya cepat, menatap punggung tegap yang berdiri di hadapannya. Ia mematung, masih berusaha mencerna ucapan Hail yang tidak masuk akal.
'Anak angkat?Hail anak angkat?' tanya Evelyn berkali-kali dalam pikirannya.
"Jika kau memang tahu tempatmu, seharusnya kau patuh! Kami tidak membesarkan mu untuk menjadi seorang pembangkang Hail!"
"Dia wanita ku," tegas Hail, menekankan setiap katanya.
“Sudah seharusnya saya melindungi dia dari siapapun termasuk Anda, meski saya dianggap pembangkang. Saya tidak peduli siapa ayahnya. Yang aku lihat adalah siapa dia hari ini.”
Genggaman tangan semakin kuat mencengkram tangan Evelyn, tapi ada yang berbeda. Tangan itu gemetar, seolah minta dikuatkan. Perlahan Evelyn membalas genggaman tangan Hail dengan sama eratnya. Meyakinkan pria itu jika dia ada di sana, untuknya.
"Dia akan menghancurkanmu!" suara Ishak memekik, penuh emosi.
"Dia akan menjatuhkan nama kita!"
Hail tersenyum kaku, tak ada niatan lagi untuk membalas kata-kata Ishak dengan amarah
"Lebih baik aku jatuh karena mencintai orang yang benar," bisik Hail dengan nada dingin,.
"Daripada berdiri tinggi dengan kebencian seperti ini."
Hening.
Yang terdengar hanya napas berat. Evelyn nyaris tak bisa percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Tangannya menggenggam lebih kuat, namun Hail tak menoleh, hanya tetap berdiri tegak, melindungi.
Lalu, tanpa berkata apa-apa lagi, Hail menarik Evelyn keluar dari ruangan itu. Genggaman tangan mereka tak terlepas.
"Agh ... bangsat!" Ishak menendang kursi yang tadi Evelyn duduki melampiaskan amarah yang belum sepenuhnya terluapkan.
Dia merasa terhianati dengan tingkah Hail. Anak angkat keluarga Hendrawan yang begitu berani membantah ucapannya, pembangkang!
"Kau akan menerima hukuman mu Hail, kau sudah terlalu banyak bertingkah," ujar Ishak dingin dengan seringai menakutkan.
Langkah melangkah cepat, penuh ketegasan, melewati koridor demi koridor, menuruni lift yang terasa sesak meski kosong, keluar dari gedung tinggi yang tadi sempat memberi harapan... lalu menghancurkannya. Sepanjang perjalanan itu Evelyn hanya diam menatap punggung Hail.
Di luar, langit mendung. Tapi tangan mereka masih bertaut.
Tak satu pun dari mereka bicara. Namun genggaman itu... berbicara lebih dari cukup.
"Masuk," perintah Hail dingin setelah membuka pintu mobilnya.
jangan sampai ada cakra ke dua lagi yaa pakk...
kamu pasti bisa membuktikan kalau papa nya evelyn gak bersalah. dia hanya di fitnah seseorang.
aduduh untung bgt ya ada ob lewat bawa mie goreng jadi hail gak lama² deh di luar nya
eh kebetulan yg disengaja nih, ada OB bawa makanan. jadi alasan hail tepat
sudah saatnya hail berjuang untuk mencari kebenaran untuk ayahnya Eve